"Vincero", "Opera" Kopenhagen, dan Kemenangan Sepak Bola
Piala Eropa 2020 resmi dimulai. Aria atau nyanyian tunggal Nessun Dorma oleh penyanyi tenor Andrea Bocelli mengawali laga pembuka di Roma, Italia. Sepak bola membawa pesan harapan manusia di tengah pandemi Covid-19.
“Dilegua, o notte! Tramontate, stelle! Tramontate, stelle! All\'alba vincerò! Vincerò! Vincerò!" (Lenyaplah, oh malam! Menghilanglah, bintang! Menghilanglah, bintang! Saat fajar aku akan menang! Aku akan menang! Aku akan menang!)
Aria atau nyanyian tunggal "Nessun Dorma" yang dibawakan penyanyi tenor, Andrea Bocelli, membahana di setiap sudut Stadion Olimpico di Kota Roma, Italia, dalam pembukaan UEFA Euro 2020, Jumat (11/6/2021) malam atau Sabtu (12/6/2021) dini hari waktu Indonesia. Komposisi bernuansa magis yang dilantangkan pangeran Calaf pada babak terakhir Turandot, opera karya Giacomo Puccini hampir satu abad lalu, itu membakar semangat sekaligus meniupkan asa menjelang perhelatan olahraga besar dunia pertama di masa pandemi Covid-19.
Turandot adalah opera tiga babak tentang kisah cinta tragis seorang putri nan kejam dengan Calaf, pangeran yang misterius. Berlatar belakang negeri Tiongkok, dikisahkan, Putri Turandot selalu membunuh para pria peminangnya yang tak mampu memecahkan tiga teka-teki darinya. Calaf, pangeran misterius, sudah diwanti-wanti Liu, abdi setianya, untuk tidak ikut tantangan itu. Apa daya, Calaf jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Turandot.
Pada babak kedua opera, Turandot menyajikan tiga teka-teki. Pertanyaan pertama, “Apakah yang terlahir setiap malam dan mati saat pagi menjelang?" "Harapan!" tukas Calaf. Teka-teki kedua, "Apa yang merah membara dan hangat seperti api, tapi tidak membakar?" "Darah", jawabnya.
Dua jawaban tepat mulai merisaukan putri. Tibalah pertanyaan ketiga. "Seperti es, tetapi dapat membakar?" Hening merayap seisi istana. Sejenak kemudian, sang pangeran menjawab, "Turandot!" Sang putri pun terhenyak dengan jawaban yang lagi-lagi benar.
Baca juga : Hiburan Sejati Bernama Piala Eropa
Turandot yang angkuh pun meminta ayahnya menolak pinangan sang pangeran. Calaf lalu menawarkan satu kondisi. Jika Turandot bisa menebak namanya, dia bersedia dipenggal. Namun, jika gagal, sang putri harus tetap menikah dengannya.
Di sini lakon memasuki babak akhir. Turandot memenuhi tantangan dan memerintahkan seluruh rakyatnya tidak tidur sebelum ada yang menemukan nama pangeran itu. Pada pagi hari, berlaku hukuman mati bagi rakyat yang gagal memberi tahu nama pangeran.
Pada adegan ini, aria Nessun Dorma (Tidak Ada yang Boleh Tidur) dilantangkan. Saat itu, rakyat takut ancaman Sang Putri. Mereka sedih dan depresi. Putri pun cemas. Di sisi lain, Calaf yakin, akan memenangkan sayembara itu karena satu-satunya yang tahu jati dirinya hanya Liu, sang abdi setia.
Turandot pun menyiksa Liu untuk mengungkapkan nama pangeran. Dalam kesetiaan dan cintanya pada Calaf, Liu bunuh diri. Di akhir hayat, ia berbisik, “Cinta...” Calaf marah. Namun, dia masih berusaha menyadarkan sang putri. Hingga akhirnya, dia mencium dan membisikkan namanya di telinga Turandot. Melihat kebesaran hati dan kesabaran Calaf, Turandot pun tersadar. Di depan rakyat, Turandot menerima pinangan Calaf dan berucap, “Namanya cinta".
Baca juga : Potret Sejumlah Kota Penyelenggara Menyambut Kick Off PIALA EROPA 2020
Opera Kopenhagen
Andrea Bocelli, melalui akun Instagramnya berujar, “Sebuah kehormatan bisa menyumbangkan suaraku di pembukaan Piala Eropa 2020. Ini kesempatan berharga menyampaikan pesan mendalam tentang harapan dan positivisme. Bahwa ‘Vincero’ (Aku akan menang), mewakili 24 negara peserta, sekaligus doa setiap orang di dunia, untuk mengatasi kesulitan dan tantangan.”
Tak disangka, ujian bagi sepak bola sudah menerpa pada pertandingan ketiga Piala Eropa 2020 di Grup B, Sabtu (13/6/2021) malam waktu Indonesia yang mempertemukan tuan rumah Denmark dan Finlandia di Stadion Parken, Kopenhagen. Opera kehidupan tersaji. Stadion yang sebelumnya penuh sorak sorai sekitar 16.000 penonton, mendadak berganti jerit dan tangis.
Pada pengujung babak pertama, gelandang kreatif Denmark, Christian Eriksen (29), tiba-tiba terjatuh dan pingsan saat hendak menerima lemparan bola ke dalam. Setelah sempat mendekati Eriksen, para pemain Denmark langsung memberi isyarat ke tim medis dan wasit Anthony Taylor bahwa Eriksen butuh penanganan serius.
Kalut melanda para pemain dan fans Denmark di tribune Stadion Parken. Selanjutnya, para pemain Denmark terlihat membuat pagar hidup saat gelandang Inter Milan itu mendapatkan resusitasi jantung paru (CPR). Di pinggir lapangan, kapten tim Denmark, Simon Kjaer, dan kiper Kasper Schmeichel tampak menenangkan seorang perempuan yang kemungkinan kerabat atau pasangan Eriksen.
Para penonton tampak menundukkan kepala dan mengatupkan tangan. Sebagian wajah tampak tidak percaya apa yang sedang mereka lihat di lapangan. Air mata menetes di paras sejumlah fans kedua tim. Arena mencekam. Sama seperti gambaran suasana malam di istana Turandot saat sang putri mengancam membunuhi rakyat yang tak bisa menunjukkan nama pangeran pelamarnya.
Selang lima menit seusai insiden itu, para pemain Finlandia meninggalkan lapangan menuju ruang ganti. Sesaat setelahnya, tim medis dikawal para pemain timnas Denmark membawa Eriksen meninggalkan lapangan dengan tandu dorong. Pertandingan pun secara ditunda sejenak karena alasan medis.
Meski resmi ditunda, suporter kedua tim enggan meninggalkan lapangan. Mereka masih terenyak dengan ambruknya Christian Eriksen dengan kondisi mengerikan di depan mereka. Beberapa saat kemudian, penyiar di Stadion Copenhagen mengumumkan bahwa Eriksen telah dibawa ke rumah sakit yang jaraknya hanya sekitar 500 meter dari stadion.
Bersamaan dengan itu, beredar foto Eriksen di atas tandu dorong dengan kondisi sadar, mengenakan masker oksigen. Sontak, seisi stadion pun bertepuk tangan. Sekitar 45 menit setelah laga itu resmi ditunda, layar monitor raksasa di stadion mengumumkan kondisi mantan gelandang Totenham Hotspur itu stabil.
Baca juga : Simpati untuk Eriksen Menjalar ke Roma hingga Rusia
Di Stadion Parken, sepak bola pun menjelma begitu indah seperti keagungan opera klasik. Para fans Finlandia dan Denmark, sama-sama memberi dukungan melalui yel-yel. Pendukung Finlandia meneriakkan yel-yel, “Christian! Christian! Christian!” Di pihak lain, fans tim dinamit Denmark membalasnya, “Eriksen! Eriksen! Eriksen!” Saling berbalas yel-yel itu disorakkan di antara riuh tepuk tangan. Itulah potret sportivitas yang meneguhkan bahwa kemanusiaan berada di atas semua persaingan dan kompetisi.
Setelah memastikan kondisi Eriksen stabil, pertandingan akhirnya tetap dilanjutkan atas permintaan kedua tim. Laga penuh drama itu berakhir 0-1 untuk kemenangan Finlandia melalui gol Joel Pohjanpalo pada menit ke-58.
Harapan dalam duka
Piala Eropa 2020 yang tertunda selama setahun memang dihelat dalam banyak kekhawatiran. Bahkan, sesudah Presiden UEFA Alexander Ceferin mengumumkan pada Januari 2021 bahwa Piala Eropa tetap digelar, banyak pihak mengkhawatirkan sejumlah hambatan dan situasi yang tidak mendukung.
Para pemain mesti bertanding dalam kondisi kelelahan akibat padatnya jadwal liga domestik Eropa selama pandemi. Dalam sepekan, sebuah tim di Liga Italia dan Inggris bahkan bisa bertanding hingga tiga kali. Dengan jadwal padat, pembatasan, serta protokol kesehatan ketat selama pandemi, para pemain pun rentan dilanda cedera.
Bahkan, sejumlah pemain meski urung berpartisipasi dalam Piala Eropa akibat cedera, salah satunya striker Swedia, Zlatan Ibrahimovic. Beberapa pemain juga dinyatakan positif Covid-19 menjelang turnamen. Mereka di antaranya kiper Belanda, Jasper Cillessen; gelandang Spanyol, Sergio Busquets, dan penyerang Swedia, Dejan Kulusevski.
Dari sejumlah tim yang sudah berlaga, cedera pun nyata menghantui para pemain. Alessandro Florenzi, bek kanan Italia, cedera dalam laga kontra Turki. Sementara, pada laga lainnya, pemain Rusia, Yuri Zhirkov, dan bek kiri Belgia, Timothy Castagne, juga dilanda cedera.
UEFA bukan tidak mengantisipasi kemungkinan badai cedera ini. Aturan pergantian pemain, misalnya, telah mengikuti prosedur yang diterapkan sejumlah liga Eropa yang memungkinkan lima pergantian pemain. Namun, semuanya mesti dilakukan dalam tiga kesempatan. Adapun pemain yang didaftarkan juga ditambah dari 23 menjadi 26 orang.
Baca juga : Penampilan Heroik Lukaku Dipersembahkan untuk Eriksen
Sejak awal 2021, UEFA memang telah berkukuh menghelat Piala Eropa 2020. Menurut Ceferin, seperti dikutip The New York Times, krisis finansial bakal terjadi jika ajang itu dibatalkan. Sejumlah federasi sepak bola Eropa selama ini bergantung dana dari UEFA. Untuk itu, UEFA membebani 11 kota penyelenggara Piala Eropa 2020 mendatangkan suporter, yaitu 25 hingga 100 persen dari kapasitas stadion.
Mengutip laporan Statista.com, kerugian akibat penundaan Piala Eropa 2020 mencapai 300 juta euro. Dari sisi ekonomi, ajang ini jelas tak semegah perhelatan sebelumnya. Laporan Centre for Sports Law and Economy (CDES) bersama industri penyelenggara event KENEO mencatat, tuan rumah Piala Eropa 2016, Perancis, mendapatkan keuntungan lebih dari 1,22 miliar euro atau sekitar Rp 21,2 triliun. Omzet terbesar disumbang akomodasi 2,4 juta fans dari berbagai negara yang berkumpul di Perancis dan mendatangkan Rp 10,78 triliun.
Melebihi pertimbangan finansial, tetap digelarnya Piala Eropa 2020 di tengah berbagai kendala, menurut Ceferin, dilandasi keinginan UEFA memberi pesan kepada dunia bahwa Eropa telah kembali ke kehidupan normal seperti sebelum diterjang pandemi. Tragedi Christian Eriksen pada pertandingan Swedia lawan Finlandia pun meneguhkan betapa sepak bola menyatukan dunia.
Pada akhirnya, lewat sepak bola, masyarakat dunia diharapkan kembali memiliki harapan untuk mengatasi segala kesulitan di tengah pandemi. Hal itu seperti adegan lakon Turandot, saat Pangeran Calaf memekik di antara rakyat yang tengah depresi atas ancaman Putri Turandot.
“Saya akan menang! Kita akan menang!”