Kemenangan Perdana Brasil di Balik “Pincangnya” Turnamen
Brasil berpesta kemenangan dengan skuad penuh bintang, sementara Venezuela terpuruk dengan selusin anggota timnya terjangkit Covid-19. Situasi timpang ini menggambarkan awal pincangnya Copa America 2021 akibat pandemi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BRASILIA, SENIN – Memindahkan Piala Amerika atau Copa America 2021 ke Brasil dianggap ide gila. Ide dadakan ini ditentang warga lokal Brasil, pemain dan pelatih tim peserta, hingga tiga sponsor yang mundur jelang hari-H. Namun, ajang terbesar di Amerika Selatan ini tetap berlangsung, dibuka dengan laga timpang tim nasional Brasil versus Venezuela.
Tribune kosong tanpa penonton di Stadion Mane Garrincha, Brasilia, menjadi saksi dimulainya Copa America 2021 pada Senin (14/6/2021) pagi WIB. Di tengah kontroversi penyelenggaraannya yang seolah dipaksakan karena masih pandemi Covid-19, kejuaraan itu dibuka dengan kemenangan tim tuan rumah.
Sosok pahlawan tuan rumah, Neymar Jr, menyumbang satu gol penalti untuk kemenangan Brasil atas Venezuela, 3-0. Dua gol lain diciptakan Marquinhos dan Gabriel Barbosa. Brasil yang tampil dengan skuad penuh sangat mendominasi.
Kondisi jungkir balik dialami sang lawan. Venezuela menghadapi pertandingan ini setelah diterpa badai Covid-19 sehari sebelum laga. Total delapan pemain dan empat staf tim itu positif Covid-19. Pemain dan staf tersebut terpaksa absen dalam laga ini.
Venezuela sampai harus memanggil 15 pemain baru dari negaranya. Pemain-pemain itu langsung datang untuk menjadi pelapis skuad. Meski begitu, belum semuanya siap bermain. Mereka pun bertanding hanya dengan tujuh pemain cadangan dari jumlah maksimal 12 pemain.
“Bukan hanya bermain tanpa pemain kunci, kami juga tidak punya waktu untuk mempersiapkan tim ini lebih baik,” kata Pelatih Timnas Venezuela Jose Peseiro seusai laga itu.
Salah satu pemain baru yang langsung tampil sejak menit pertama adalah bek tengah Francisco La Mantía (25). Dia merupakan pemain dari tim divisi satu Liga Venezuela Dep. La Guaira. Laga itu merupakan penampilan keduanya untuk tim nasional setelah debut pada 2017 silam.
“Kami harusnya bisa melakukan sesuatu yang lebih, tetapi saya tetap bangga terhadap perjuangan anak-anak. Sudah pasti kasus ini (Covid-19) berpengaruh, tetapi itu tidak akan menghentikan kebahagiaan saya melihat perjuangan mereka,” tambah Peseiro.
Pertarungan ini menjadi sangat timpang. Brasil dengan pemain-pemain "top" Eropa seperti Neymar, Casemiro, dan Richarlison, sangat menguasai permainan hingga 62 persen penguasaan bola. Mereka menghujani pertahanan lawan dengan 18 tendangan, adapun tim tamu hanya mampu melepaskan 3 tendangan.
Casemiro, sebagai kapten Brasil, menilai kondisi apa pun tidak menjadi alasan mereka mengasihani lawan. “Baik itu laga persahabatan, Copa America, kualifikasi Piala Dunia, kami selalu bermain untuk menang. Venezuela ingin hasil seri dengan bertahan terus, tetapi kami fokus dan mampu agresif di sepertiga akhir (lapangan),” ucap gelandang Real Madrid tersebut.
Pertarungan pincang ini seakan menggambarkan kondisi gelaran Copa America kali ini. Brasil dipastikan menjadi tuan rumah baru pada 1 Juni 2021. Keputusan tersebut menyusul batalnya dua tuan rumah bersama, Argentina dan Kolombia.
Pemilihan Brasil menuai kontroversi. Banyak pihak menilai negara ini tidak siap menyelenggarakan kompetisi sepak bola di tengah pandemi. Bahkan, negara mereka saja masih sibuk menurunkan angka kematian akibat Covid-19, yang merupakan kedua terbanyak di seluruh dunia.
Seperti kata sosiolog dari Universitas Federal Fluminese, Rodrigo Moreira, pemerintah dan penyelenggara terlalu memaksakan ajang ini. “Pemerintah ingin memperlihatkan negara mereka siap. Padahal mereka sama sekali belum siap. Sementara penyelenggara tidak ingin kehilangan keuntungan dari hak siar televisi dan sponsor,” ucapnya.
Fakta ketidaksiapan tersebut muncul sangat jelas dalam timpangnya laga pembuka. Badai Covid-19 mengganggu kompetisi. Kasus positif tidak hanya menerpa skuad Venezuela, tetapi juga Bolivia dan Kolombia.
Bolivia memastikan tiga pemain dan satu pelatih mereka terpapar positif Covid-19 jelang laga melawan Paraguay, Selasa. Sementara Kolombia yang bermain melawan Ekuador pagi tadi juga tidak bisa menghadirkan asisten pelatih dan seorang terapis mereka akibat Covid-19.
Kami sangat peduli dengan situasi yang terjadi di tengah pandemi. Tetapi juga memahami ajang ini penting untuk sepak bola di Amerika Selatan. (Conmebol)
Banyaknya kasus positif dikhawatirkan menyebar cepat kepada skuad dan tim dari negara lain. Protokol kompetisi menjadi kekhawatiran utama. Misalnya, pemain Venezuela lain yang telah diuji negatif Covid-19 tetap boleh bermain.
Pemain tersebut tidak menjalani isolasi terlebih dulu. Padahal, sehari sebelumnya mereka masih melakukan kontak dengan rekan-rekannya. Adapun pemain yang positif harus menjalani isolasi selama 10 hari.
Kontroversi penyelenggaraan ini mengakibatkan tiga sponsor keluar, yaitu Mastercard, serta perusahaan minuman beralkohol Ambev dan Diageo. Mereka menarik diri beberapa saat sebelum upacara pembukaan pagi tadi.
Protes juga terus datang dari warga lokal, salah satunya Murilo Monteiro (29). “Sudah menjadi fakta bahwa semua yang berpartisipasi di ajang ini berisiko tertular virus (korona baru dan variannya). Kami hanya berharap mereka tidak semakin membesarkan (penyebaran) virus di Brasil,” katanya.
Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan atau Conmebol menyampaikan dalam keterangan persnya, pemilihan Brasil tidak tiba-tiba. Pergantian tuan rumah sudah direncanakan sejak tahun lalu. “Kami sangat peduli dengan situasi yang terjadi di tengah pandemi. Tetapi juga memahami ajang ini penting untuk sepak bola di Amerika Selatan,” bunyi keterangan resmi Conmebol. (AP/AFP)