Identitas “La Furia Roja” sebagai rakasasa dunia sempat padam seiring layunya generasi emas mereka. Namun, asa kejayaan Spanyol mulai berkobar lagi berkat gairah pasukan “banteng” muda Enrique.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
SEVILLA, MINGGU – Spanyol sering dijuluki sebagai “La Furia Roja” yang berarti “Si Merah yang Penuh Amarah”. Ironisnya, julukan ini padam selama nyaris satu dekade terakhir dalam turnamen besar. Di bawah asuhan pelatih Luis Enrique bersama skuad mudanya, identitas tersebut mulai berkobar lagi pada Piala Eropa 2020.
Spanyol melepas “mahkotanya” pada turnamen kali ini. Mereka datang sebagai tim non-unggulan untuk pertama kali sejak menjuarai Piala Eropa beruntun, 2008 dan 2012. Enrique meninggalkan skuad tua generasi emas, lalu membawa skuad termuda di antara seluruh negara lain, rata-rata berusia 24,1 tahun.
Nama yang paling mengundang perhatian adalah Pedri (18), bocah ajaih dari Barcelona. Dia baru berusia 5 tahun ketika Sergio Ramos dan rekan-rekan merajai Eropa pada 2008. Sekarang, gelandang kreatif ini menjadi salah satu “banteng” paling berbahaya di bawah kepimpinan Enrique sebagai “matador”.
Energi darah muda ini yang diharapkan hadir di depan publik sendiri. Spanyol akan menjamu tim “kuda hitam” Swedia dalam laga pembuka Grup E di Estadio de La Cartuja, Sevilla, pada Selasa (13/6/2021) pukul 02.00 WIB.
Cesc Fabregas, mantan bintang generasi emas “La Furia Roja”, bisa merasakan api yang membara dalam skuad asuhan Enrique. Skuad ini mengingatkannya pada tim muda Piala Eropa 2008, ketika Spanyol berjaya bersama rezim sang “diktator” Luis Aragones.
“Saya berusia 21 tahun ketika dipanggil pada 2008. Semua meragukan kami karena pemain andalan seperti Raul (Gonzales), (David) Albelda, (Michel) Salgado, tidak dipanggil. Pada akhirnya kami memenangi turnamen itu, dan semua tahu apa yang terjadi setelahnya,” kata Fabregas dikutip Goal.com.
Ketika itu, Aragones membawa banyak pemain di bawah 25 tahun seperti Fabregas, Andres Iniesta, dan Fernando Torres. Hasilnya sukses besar. Skuad itu menjadi salah satu tim tersukses sepanjang sejarah. Mereka meraih 3 gelar juara dalam 6 tahun di turnamen besar, dua kali Piala Eropa dan sekali Piala Dunia.
Kata Fabregas, pemain muda bisa mengeluarkan potensi terbesarnya tanpa kehadiran para veteran. Situasi serupa bisa terulang kali ini. Sebab, generasi emas Spanyol sudah layu ditelan usia. Prestasi terbesar mereka hanya lolos babak 16 besar Piala Dunia Rusia 2018.
“Semua itu memberi kami ruang lebih. Ini semua tentang bagaimana memberi peluang pada potensi terbaik. Itu yang dilakukan Enrique. Dia sangat mengerti sebagai pelatih dan mantan pemain. Publik Spanyol harus mendukung mereka,” lanjutnya.
Pedri dan rekan-rekan mengincar pembuktian tersebut dalam laga pertama melawan Swedia. Ancaman “banteng-banteng” Enrique sangat nyata dengan formasi favorit sang pelatih 4-3-3.
Formasi ini menjanjikan pola permainan umpan pendek segitiga, yang dimainkan Enrique ketika melatih Barcelona. Taktik ini bagaikan menciptakan "Segitiga Bermuda" di lini tengah Spanyol. Mereka akan menarik perhatian lawan ke tengah, lalu memanfaatkan area sayap yang kosong.
Lini tengah ini berisi pemain-pemain berkualitas seperti Rodri (Manchester City), Thiago (Liverpool), dan Pedri. Trio ini punya kemampuan menguasai bola dan umpan pendek di atas rata-rata gelandang Eropa.
Bahaya laten di sayap juga mengintai tim tamu. Mereka punya duo penyerang sayap yang bisa bertukar posisi kapan saja, Ferran Torres (City) dan Mikel Oyarzabal (Real Sociedad). Torres punya kecepatan lari sprint amat kencang, sementara Oyarzabal punya teknik tinggi umpan dan dribel menawan. Duet ini akan saling melengkapi keberadaan ujung tombak aasl Juventus, Alavaro Morata.
Kelebihan terbesar tim ini adalah skuad muda yang punya napas panjang. Hanya duo bek sayap Jordi Alba dan Cezar Azplicueta, pemain di atas 30 tahun yang berpotensi tampil dalam laga pembuka. Karena itu, mereka bisa bermain eksplosif sepanjang laga seperti ditampilkan pada babak kualifikasi, dengan rekor cemerlang 8 menang – 2 kalah.
Unggulan pastinya juara bertahan (Portugal) dan juara dunia (Perancis). Tetapi seharusnya posisi kami tidak terlalu jauh dari itu, mungkin posisi ketujuh. Saya dengan senang hati menerima fakta itu.
Bagi Enrique, skuad Spanyol saat ini bukanlah unggulan dalam turnamen. “Unggulan pastinya juara bertahan (Portugal) dan juara dunia (Perancis). Tetapi seharusnya posisi kami tidak terlalu jauh dari itu, mungkin posisi ketujuh. Saya dengan senang hati menerima fakta itu,” katanya.
Tim tamu justru merasa ketidakhadiran pemain veteran sebagai keuntungan mereka. Penyerang 21 tahun Swedia Alexander Isak melihat pertahanan Spanyol akan lebih rapuh tanpa benteng terkokohnya, Sergio Ramos.
“Dia (Ramos) adalah pemain yang bisa menentukan hasil pertandingan, dengan pengalaman yang sangat banyak. Sangat positif untuk kami dia tidak berada di lapangan. Tetapi tentu kami tidak bisa sepenuhnya melupakan pemain penggantinya nanti,” kata penyerang yang bermain di Liga Spanyol bersama Real Sociedad tersebut.
Swedia tetap menyeramkan meskipun tanpa pemain legendarisnya, Zlatan Ibrahimovic, yang cedera jelang Piala Eropa. Skuad asuhan pelatih Janne Andersson ini punya gelandang spartan berkualitas seperti gelandang RB Leipzig, Emil Forsberg. Dengan formasi 4-4-2, mereka akan menyerang cepat dalam setiap kesempatan setiap serangan balik.
Spanyol dan Swedia sudah bertemu dua kali dalam babak penyisihan Piala Eropa, tahun lalu. Spanyol menang sekali, 3-1, sedangkan satu pertandingan lagi berakhir imbang, 1-1.
Badai Covid-19
Spanyol dan Swedia sama-sama dilanda badai Covid-19 sebelum laga. Dua pemain tuan rumah gelandang Sergio Busquets dan bek Diego Llorente terbukti positif pada pekan lalu. Tim tamu juga diganggu kasus positif penyerang Dejan Kulusevski dan gelandang Mattias Svanberg.
“La Furia Roja” punya keuntungan lebih karena Llorente sudah dipastikan negatif Covid-19 dalam dua kali tes terakhir. Bek tengah Leeds United ini pun bisa tampil dalam laga nanti.
“Saya sangat berterima kasih terhadap sambutan pemain, pelatih, dan seluruh tim ini setelah saya negatif. Semua menyambut saya dengan baik. Hal ini sangat spesial dan menandakan persatuan kami semua di tim ini. Kami sangat menyatu,” kata Llorente.
Sementara itu, Spanyol harus kehilangan sang kapten, Busquets. Swedia juga belum bisa memainkan dua pemainnya di laga pembuka. Hal ini akan menjadi pertarungan strategi kedua pelatih untuk mencari kepingan paling tepat dalam tim. (AP/AFP)