Kieffer Moore menyelamatkan Wales dari kekalahan saat menghadapi Swiss, Sabtu malam WIB. Dominasi Swiss terbuang sia-sia karena tumpulnya penyelesaian akhir para pemain depan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
BAKU, SABTU – Wales dan Swiss bermain imbang 1-1 dalam laga pertama Grup A, Sabtu (12/6/2021) malam WIB, di Stadion Olympic, Baku, Azerbaijan. Meskipun lebih banyak bertahan, “Si Naga” mampu menjaga tren meraih poin di partai pembuka sejak menjalani debut di Piala Eropa 2016. Penyerang Kieffer Moore menjadi senjata mematikan dari taktik permainan efektif Wales untuk menahan Swiss.
Ditekan selama 90 menit, Wales praktis hanya mampu menciptakan serangan melalui serangan balik dan bola mati. Wales hanya mengumpulkan 38 persen penguasaan bola dan melakukan sembilan tembakan. Angka statistik itu amat timpang dibandingkan koleksi 62 persen dan 18 tembakan yang dihasilkan Swiss.
Meski begitu, Wales beruntung memiliki Moore. Ia menjadi satu-satunya pemain Wales yang mampu mencatatkan tembakan mengarah ke gawang. Dalam laga itu, Wales hanya mengkreasikan dua tembakan yang mengancam kiper Swiss, Yann Sommer.
Moore menjadi pemain pertama di laga itu yang mencatatkan tembakan tepat sasaran. Pemain Cardiff City itu melakukan sundulan yang ditepis Sommer untuk melewati mistar gawang pada menit ke-14.
Kemudian, Moore pula yang menyelamatkan Wales dari kekalahan berkat sundulannya yang berbuah gol di menit ke-74. Gol itu diawali dari asis gelandang, Joe Morrell, melalui skema sepak pojok. Itu adalah gol keenam yang dicetak Moore untuk “Si Naga” sejak menjalani debut di tim nasional pada 2019.
Moore, yang pada 2016 masih berkiprah di liga semi-profesional Inggris, seakan menjadi pengganti Hal Robson-Kanu yang tampil gemilang sebagai penyerang tengah Wales pada lima tahun lalu. Robson-Kanu kala itu mencetak dua gol yang membantu "Si Naga" menembus babak semifinal.
Kami senang dengan hasil seri ini karena membawa kami ke posisi yang baik dalam persaingan grup. Gol ini secara pribadi adalah capaian terbaik bagi karier saya dan saya tidak sabar untuk mencetak gol kedua di Piala Eropa.
“Kami senang dengan hasil seri ini karena membawa kami ke posisi yang baik dalam persaingan grup. Gol ini secara pribadi adalah capaian terbaik bagi karier saya dan saya tidak sabar untuk mencetak gol kedua di Piala Eropa,” ucap Moore, yang dianugerahi pemain terbaik di laga itu, dilansir BBC.
Gol itu membantu Wales tidak terkalahkan di laga pembuka grup. Pada keikutsertaan perdana Wales di Piala Eropa edisi 2016, “Si Naga” mampu mengalahkan Slovakia dengan skor 2-1.
Adapun gol Swiss diciptakan oleh penyerang, Breel Embolo, ketika babak kedua baru berjalan empat menit. Gol itu pun berawal dari sepak pojok. Sayang, gol keenam Embolo bagi timnas Swiss belum mampu membuat “Rossocrociati” menyamai capaian di Piala Eropa 2016 yang meraih tiga poin pada laga pembuka fase grup.
Dengan hasil itu, Italia menguasai posisi puncak di klasemen sementara grup A dengan perolehan tiga poin. Kemudian, Swiss dan Wales, yang memiliki satu poin, membuntuti di urutan kedua dan ketiga. Posisi juru kunci ditempati oleh Turki.
Pada laga kedua yang berlangsung Rabu (16/6), Italia akan menghadapi Swiss di Roma. Sementara itu, Turki akan berjuang mencari poin pertama pada duel melawan Wales di Baku.
Pada laga pembuka Piala Eropa 2020, Sabtu (12/6/2020) dini hari WIB, di Stadion Olimpico, Roma, Italia membenamkan Turki 3-0. Skor kemenangan itu ialah jumlah gol terbanyak yang mampu dicatatkan “Gli Azzurri” di Piala Eropa. Dalam 38 laga sebelumnya di turnamen antarnegara Eropa, Italia hanya mampu mencetak maksimal dua gol dalam satu laga.
Kemenangan itu pun tidak lepas dari permainan kolektif yang ditampilkan anak asuh Roberto Mancini. Seluruh pemain Italia, yang didukung 12.916 penonton dari tribune stadion, menampilkan energi dan semangat yang sama.
Tiga gol yang tercipta berkat bunuh diri bek Turki, Merih Demiral, lalu tembakan terarah Ciro Immobile, dan sepakan melengkung Lorenzo Insigne dirayakan bersama oleh seluruh pemain Italia, baik pemain utama yang berlaga di atas lapangan maupun para pemain cadangan.
Tak hanya gol, keberhasilan sang kapten, Giorgio Chiellini, mencegah sepakan penyerang Turki, Burak Yilmaz, mengarah ke gawang Italia pada menit 90+3 pun langsung dipeluk oleh seluruh pemain yang berdiri dekat dengan bek Juventus itu.
Seusai laga 24 pemain Italia juga saling berpelukan dengan membentuk lingkaran di tengah lapangan untuk merayakan raihan tiga poin sekaligus saling memberikan semangat. Pemandangan kolektif itu terakhir kali terlihat ketika Italia berkiprah di Piala Eropa 2012. Pada edisi itu, “Gli Azzurri” melaju hingga partai final.
“Ketika memulai petualangan di Piala Eropa ini kami butuh tensi dan hasrat tinggi. Saya amat menantikan atmosfer ini ditunjukkan oleh tim (Italia),” ujar bek, Leonardo Bonucci, dilansir Sky Sport Italia.
Sementara itu, Mancini menganggap seluruh laga di Piala Eropa akan berlangsung sulit. Ia mengungkapkan, “Gli Azzurri” pun kesulitan untuk mencetak gol ke gawang Turki pada babak pertama. Italia, lanjutnya, mampu mencatatkan tiga gol di babak kedua berkat ketenangan dan daya juang untuk terus menyerang
“Kami harus mengeluarkan seluruh kemampuan di setiap pertandingan di Piala Eropa. Kami beruntung bisa didukung ribuan fans, sehingga (kemenangan) di awal ini adalah permulaan yang bagus dari perjalanan panjang menuju Wembley (tempat laga final),” kata Mancini kepada Rai Sport. (AFP)