Puncak Keletihan Para "Robot" Sepak Bola
Mayoritas pemain-pemain dari tim Eropa datang dengan kondisi fisik mengkhawatirkan. Jumlah waktu bermain yang sangat banyak di klub bisa berakumulasi menjadi petaka di Piala Eropa.
Cristiano Ronaldo terkapar tidak berdaya di lapangan. Pemain yang sangat maskulin ini meringis kesakitan. Dia memegangi lututnya. Tidak lama setelah itu, sang bintang terpaksa digantikan ketika laga final Piala Eropa 2016 baru berlangsung 25 menit.
Cedera itu terukir abadi dalam sejarah. Seusai diganti, Portugal justru menjadi juara Piala Eropa tanpa sang kapten di lapangan. Ronaldo turut berpesta merayakan gelar juara turnamen besar antarnegara pertama baginya, meski hanya membantu tim dari pinggir lapangan.
Banyak yang mengatakan pemain berjuluk ”CR7” ini sedang sial. Padahal, jika dilihat lagi, Ronaldo memang sudah sepantasnya cedera. Dia memainkan sangat banyak pertandingan pada musim 2015-2016 itu.
Di Real Madrid, Ronaldo memimpin timnya hingga juara Liga Champions, dalam drama adu penalti melawan Atletico Madrid. Keletihan tersebut bertambah dengan jadwal padat Liga Spanyol dan Piala Spanyol.
Baca juga: Modal Berharga Portugal Pertahankan Trofi Piala Eropa
Bersama timnas Portugal, dia menjalani dua babak perpanjangan waktu pada 16 besar dan 8 besar. Saking banyak bermain pada babak ekstra, Portugal bahkan menjadi tim juara dengan menit terbanyak sepanjang sejarah (720 menit).
Pada akhirnya tubuh Ronaldo yang dipaksa terus seperti mesin menyerah juga. Lututnya menyerah pada tekel keras gelandang Perancis, Dimitri Payet. Setelah ratusan tekel yang didapatkan tahun itu, Ronaldo cedera pada laga terpenting dalam hidupnya.
Kisah seperti Ronaldo sangat mungkin lagi terulang pada Piala Eropa 2020. Bedanya, ancaman kali ini lebih menyeramkan. Potensi badai cedera tersebut menghantui mayoritas pemain.
Pemain-pemain Eropa datang ke turnamen antarnegara ini dengan tubuh yang meraung keletihan. Misalnya dengan Marcos Llorente, gelandang Spanyol yang merupakan andalan Atletico Madrid.
Pada pertandingan terakhir Liga Spanyol, Llorente tampak tidak mampu lagi berlari ketika diganti pada babak kedua. Dia berjalan dengan tubuh lemas. ”Otak menginginkan lebih, tetapi tubuh ini mengatakan tidak,” katanya tentang keletihan yang melampaui batas, seperti dikutip The New York Times.
Baca juga: Menyambut Pesta dalam Sepi dan Kedewasaan
Llorente adalah gambaran paling tepat untuk pemain yang datang ke Piala Eropa. Nyaris semua pemain mengalami keletihan karena jadwal kompetisi ketat akibat pandemi Covid-19. Mereka harus menjalani kompetisi tak sampai 8 bulan, dari biasanya 10 bulan.
Data The New York Times menunjukkan, pemain yang datang ke Piala Eropa sebelumnya bermain di klub rata-rata 4,5 hari sekali. Jeda itu berubah menjadi 3,9 hari pada turnamen kali ini. Khusus pemain di liga besar seperti Inggris, Spanyol, dan Perancis, mereka harus bermain setiap 3,5 hari sekali.
Ironi Inggris
Alarm terbesar berdering di skuad Inggris. ”Tiga Singa” adalah tim dengan skuad yang paling sering bermain musim ini. Setiap pemain mereka bermain rata-rata 3.700 menit atau berkisar 40 laga. Jumlah itu lebih banyak sekitar delapan laga daripada rata-rata pemain dari seluruh peserta Piala Eropa.
Otak menginginkan lebih, tetapi tubuh ini mengatakan tidak.
Angka lebih ironis ditunjukkan oleh ESPN. Mereka mencatat jumlah menit bermain pesepak bola Eropa, selain kiper, pada Juni 2020-Juni 2021. Inggris menjadi tim dengan pemain terbanyak yang bermain melampaui 5.000 menit.
Mereka ialah Harry Maguire (6.545 menit), Mason Mount (5.768 menit), Marcus Rashford (5.498 menit), Harry Kane (5.479 menit), Raheem Sterling (5.096 menit), dan Conor Coady (5.014).
Maguire sudah membuktikan angka itu tidak berbohong. Dengan jumlah menit bermain sangat banyak, dia sudah cedera pada bulan lalu ketika Manchester United menjalani fase akhir musim.
Sebagai catatan, Maguire adalah satu dari empat pemain di Eropa yang bermain lebih dari 6.000 menit. Jumlah menit fantastis tersebut tidak pernah muncul pada musim-musim sebelumnya.
Baca juga: Diusik Wabah Penyakit Hingga Virus Politik
Keletihan pemain ini menjadi fokus utama bagi Pelatih Timnas Inggris Gareth Southgate. Pelatih yang juga mantan pemain ini tidak mau merusak tubuh anak asuhnya. Dia akan mencari cara agar rotasi tim bisa berjalan dengan baik, tetapi tidak mengurangi performa keseluruhan.
Southgate sedikit beruntung karena punya banyak pemain muda yang bugar. Dia bisa mengeksploitasi dua pemain energik yang sedang naik daun, Jack Grealish dan Jadon Sancho. Mereka hanya tampil di bawah 3.700 menit musim ini.
Perang kebugaran
Situasi juara bertahan Portugal juga tidak terlalu kondusif. Skuad asuhan Fernando Santos ini memiliki dua pemain dengan waktu bermain di atas 6.000 menit. Mereka ialah gelandang kreatif Bruno Fernandes (6.345 menit) dan bek tangguh Ruben Dias (6.088 menit).
Ancaman cedera sangat nyata menghantui skuad Portugal. Saat bersamaan, Ronaldo juga menjadi salah satu pemain dengan menit terbanyak musim ini, 5.779 menit. Tentu menit bermain tersebut tidaklah ideal bagi pemain senior berusia 36 tahun seperti dia.
Jika salah satu dari mereka cedera, tim berjuluk ”Selecao” ini pasti akan sulit mempertahankan gelar juara. Mengingat ketiga pemain tersebut merupakan pilar pada pos vital masing-masing.
Sangat mungkin ada kejutan. Ini bisa menjadi keuntungan tim yang tidak diunggulkan. Siapa pun punya kesempatan selama bisa mempertahankan kebugaran pemain dan memanfaatkan skuad mereka dengan baik.
Selain dua tim unggulan ini, juara dunia Perancis juga cukup rentan. Hal itu diakui langsung oleh sang pelatih, Didier Deschamps. Menurut dia, skuadnya memang bertaburkan bintang, tetapi sangat rentan dengan kelelahan fisik dan mental. Mereka semua punya peran penting di klub sehingga datang dengan kelelahan.
Sebab itu, pergelaran Piala Eropa kali ini akan menjadi pertarungan strategi rotasi pemain. Mereka harus memutar otak untuk memainkan 26 pemain dalam skuad. Tim yang lebih bugar sangat mungkin menang atas tim penuh bintang yang sedang kelelahan.
Misalnya saja Turki. Mereka datang dengan kondisi prima dengan hanya satu pemain yang bermain lebih dari 5.000 menit. Kondisi itu lebih menguntungkan lagi karena mereka merupakan tim termuda kedua. Perpaduan energi darah muda dan kondisi bugar tersebut bisa menjadi senjata mematikan.
Pelatih kebugaran Wales, Tony Strudwick, menilai turnamen ini akan bertajuk ”kesegaran melawan kelelahan”. Tim yang bisa menjaga kebugaran pemain hingga akhir punya peluang lebih besar.
”Sangat mungkin ada kejutan. Ini bisa menjadi keuntungan tim yang tidak diunggulkan. Siapa pun punya kesempatan selama bisa mempertahankan kebugaran pemain dan memanfaatkan skuad mereka dengan baik,” ucap Strudwick.
Keletihan pemain secara tidak langsung menambah bumbu drama Piala Eropa. Tim-tim ”David” punya peluang menumbangkan ”Goliath”. Tetapi, bahaya laten cedera juga mengancam karier pemain dalam 30 hari ke depan. Cedera bisa datang kapan saja, sebab mereka hanyalah manusia biasa, bukan robot sepak bola. (AFP)