UEFA menghadirkan hal baru dalam penggunaan VAR dalam debut di Piala Eropa 2020. Terobosan yang dibuat UEFA akan memudahkan kerja wasit utama sekaligus berupaya memberikan keputusan yang semakin tepat.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Cristiano Ronaldo, megabintang Portugal, tidak akan pernah melupakan laga melawan Serbia yang berakhir imbang 2-2 pada kualifikasi Piala Dunia 2022, 28 Maret lalu. Wasit Danny Makkelie menganulir golnya di menit akhir karena bola dianggap belum melewati garis gawang. Padahal, dari siaran ulang televisi, bola sudah sepenuhnya melewati garis gawang sebelum di sepak keluar oleh kapten Serbia, Stefan Mitrovic.
Meskipun tidak menyaksikan siaran ulang, Ronaldo amat yakin dirinya telah menciptakan gol kemenangan bagi ”A Selecao”. Keputusan wasit itu pun membuat ”CR7” murka. Ia meninggalkan lapangan ketika wasit belum meniupkan peluit akhir sekaligus melepaskan ban kapten di lengannya, kemudian melempar ban kapten itu di atas lapangan.
Wasit adalah manusia dan membuat kesalahan. Itulah mengapa VAR dan teknologi garis gawang hadir untuk menghindari (kekeliruan) seperti itu.
”Wasit adalah manusia dan membuat kesalahan. Itulah mengapa VAR dan teknologi garis gawang hadir untuk menghindari (kekeliruan) seperti itu,” ucap Pelatih Portugal Fernando Santos yang dilansir Eurosport seusai laga itu.
Asosiasi Sepak Bola Uni Eropa (UEFA) memang sulit menerapkan sistem asisten wasit peninjau video (VAR) di kualifikasi Piala Dunia. Hal itu disebabkan belum semua stadion di seluruh Eropa telah dilengkapi fasilitas untuk menunjang VAR.
Namun, pada pergelaran Piala Eropa 2020, UEFA memutuskan untuk menggunakan VAR. Itu akan menjadi kehadiran perdana VAR di ajang pesta sepak bola antarnegara di Eropa. Laga Turki kontra Italia di Stadion Olimpico, Roma, Sabtu (12/6/2021) pukul 02.00 WIB, akan menjadi debut VAR di Piala Eropa.
Tidak hanya sekadar menjadi momen pertama VAR digunakan, Piala Eropa 2020 juga akan menghadirkan babak baru bagi penggunaan teknologi itu. Berbeda dengan penggunaan VAR yang telah digunakan di sejumlah liga top Eropa sejak musim 2017-2018 atau Piala Dunia 2018, VAR di Piala Eropa akan tampil dengan sedikit perombakan.
Perubahan itu ialah dengan tidak memberikan tanggung jawab kepada wasit untuk menyaksikan sendiri siaran ulang insiden di dalam laga. Sebagai gantinya, UEFA telah menetapkan bahwa keputusan VAR diputuskan secara terpusat oleh tim petugas VAR yang berada di kantor pusat UEFA di Nyon, Swiss.
Pusat pengamatan VAR itu disiapkan khusus UEFA di Nyon. Dalam fasilitas itu terdapat dua ruangan yang masing-masing berisi 11 layar yang akan secara jeli mengamati setiap jengkal insiden di dalam pertandingan.
Dengan sistem itu, wasit utama hanya akan menunggu laporan dari petugas VAR terkait tiga insiden yang bisa dianalisis ulang, yaitu gol, potensi kartu merah, dan offside. Alhasil, wasit tidak perlu lagi berlari ke sisi lapangan untuk menyaksikan tayangan video insiden tertentu.
”Kami sangat nyaman dengan sentralisasi sistem VAR dan tes yang kami lakukan juga berjalan positif. Tujuan dengan inovasi ini ialah agar VAR lebih hati-hati, jelas, serta menunjukkan konsistensi dan keseragaman dalam mengambil intervensi,” ujar Kepala Komite Wasit UEFA Roberto Rosetti dilansir Kicker.
Penambahan personel
Selain pengamatan VAR yang tersentralisasi, UEFA juga akan menambah petugas pengawas video. UEFA menetapkan tujuh personel untuk bertugas di ruang pengawasan VAR selama Piala Eropa. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan seorang VAR yang mengawasi insiden penting di laga Liga Champions dalam dua musim terakhir. Pada laga Liga Champions, Liga Europa, serta liga di Eropa, VAR bertugas di ruangan khusus di dalam stadion.
Tujuh personel itu ialah seorang asisten wasit peninjau video (VAR), seorang asisten (AVAR), asisten peninjau offside (OVAR), asisten pendukung VAR, dan tiga operator. Ketujuh personel itu memiliki peran yang berbeda.
Dari ketujuh individu itu, tiga di antaranya adalah para wasit berlisensi UEFA yang telah lulus ujian sertifikasi VAR. Ketiga wasit bertugas sebagai VAR, AVAR, dan OVAR. Peran VAR ialah fokus meninjau insiden di pertandingan, terutama kejadian di kotak penalti dan potensi kartu merah, serta menjadi individu yang berkomunikasi langsung dengan wasit utama di lapangan. AVAR adalah pihak yang akan menyaksikan lanjutan pertandingan ketika VAR tengah menyaksikan peristiwa tertentu yang berpotensi terjadi kekeliruan. Adapun OVAR khusus memantau insiden offside.
Selain ketiganya, ada pula empat orang yang bukan wasit. Mereka adalah tiga operator yang membantu urusan teknis video. Lalu, asisten pendukung VAR yang berkoordinasi dan mengawasi seluruh aktivitas di ruang pengawasan VAR.
Rosetti optimistis penambahan personel VAR bisa semakin baik menghadirkan keputusan di dalam pertandingan. Menurut dia, VAR telah memberikan dampak signifikan dalam dua musim terakhir diterapkan di Liga Champions dan Liga Europa.
”Sejak Februari 2019, VAR telah diterapkan di 453 laga UEFA, terdiri dari 297 laga di Liga Champions dan 115 pertandingan di Liga Europa. Dari jumlah laga itu, sistem VAR telah mengoreksi 139 keputusan,” ucap Rosetti yang menjadi wasit pada laga final Piala Eropa 2008 Spanyol kontra Jerman.
Lebih lanjut, Rosetti mengungkapkan, dari jumlah keputusan yang dikoreksi itu, maka satu keputusan VAR tercipta di setiap 3,25 pertandingan. Ia menegaskan, VAR justru tidak mengganggu kinerja wasit utama dan dua hakim garis. Sebab, jumlah keputusan yang dikoreksi itu hanya 5,5 persen dari situasi yang dianalisis VAR.
Secara total, VAR mengamati ulang 2.522 situasi di 453 pertandingan itu. Sebanyak 2.383 keputusan yang diputuskan wasit di atas lapangan telah tepat.
Stuart Carrington, penulis buku Blowing The Whistle: The Psychology of Footbaal Refereeing, mengatakan, VAR tidak serta-merta mengurangi ketepatan wasit dalam menentukan keputusan. Menurut dia, banyak pihak, terutama para penonton, tidak memahami bahwa wasit telah menjalani latihan dan persiapan ketat yang membuat mereka sangat terlatih untuk mengambil keputusan sesempurna mungkin di setiap pertandingan.
”Dalam laga berlangsung 90 menit, seorang wasit rata-rata membuat 300 hingga 350 keputusan. Alhasil, mereka harus menentukan keputusan dan meniup peluit setiap 10-12 detik. Itu membuat mereka harus berpikir dan mengambil keputusan tepat secara cepat tanpa memikirkan untuk mengulang momen yang sudah terlewat,” ucap Carrington dilansir laman UEFA.
Wasit lisensi UEFA asal Polandia, Szymon Marciniak, menyatakan, setiap wasit tentu ingin tampil sempurna di setiap laga. Namun, situasi pertandingan yang bisa berubah dalam hitungan detik, lanjutnya, membuat wasit terkadang membuat kekeliruan. Atas dasar itu, VAR hadir untuk menyempurnakan setiap keputusan wasit.
”Kami bukan robot, hanya manusia biasa yang terkadang membuat kesalahan. Meskipun telah berpengalaman memimpin banyak laga, kami selalu ingin tampil lebih baik dan meningkatkan performa di pertandingan selanjutnya,” kata Marciniak dalam film dokumenter Man in the Middle.
Patut disaksikan terobosan sistem VAR yang dikreasikan oleh UEFA. Semoga VAR semakin menghadirkan keadilan di dalam pertandingan, bukan justru memunculkan kontroversi baru.