Olahraga teratur menjadi keharusan bagi siapa pun yang menginginkan hidup sehat, terlebih di masa pandemi Covid-19. Penerapan sains menjadi hal vital agar kita bisa berolahraga secara benar dan meminimalisir risiko
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Ilmu pengetahuan keolahragaan atau sport science dinilai semakin berkembang dan penting dalam kehidupan keseharian masyarakat, terlebih pada masa pandemi Covid-19. Masyarakat butuh aktif bergerak dan berolahraga untuk menjaga kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk terus menggaungkan olahraga dan ilmu keolahragaan demi meraih hidup sehat.
Pendapat tersebut mengemuka dalam International Conference of Physical Education and Sport Science (ICPESS) pada 10-13 Juni 2021 bertema “Hidup Aktif Melalui Latihan dan Ilmu Olahraga: Tren Masa Depan untuk Kreativitas dan Keberlanjutan Global”. ICPESS dirancang untuk untuk memfasilitasi ide, inovasi, dan interaksi dengan peneliti dari seluruh dunia. Kegiatan ini diikuti sejumlah mahasiswa dan peneliti ilmu keolahragaan dari 24 negara.
Sejumlah pembicara kunci, seperti guru besar Fakultas Ilmu Keolahragaan UNJ James Tangkudung, Profesor Emeritus Departemen Ilmu Keolahragaan University of South Carolina Larry Durstine, dan Profesor Ilmu Olahraga Departemen Pendidikan dan Psikologi Freie Universitaet Berlin Gudrun Doll-Tepper, Kamis (10/6/2021), membeberkan pemikirannya mengenai pentingnya bergerak dan berolahraga di masa pandemi.
James menjelaskan, penelitian ilmu keolahragaan menemukan bahwa olahraga atau latihan fisik selama 30 menit setiap hari memiliki efek fisik dan psikososial bagi tubuh manusia. Kebiasaan tersebut efektif untuk melawan infeksi dan penyakit. Menghirup udara saat berolahraga akan membuat tubuh menjadi bugar dan sehat.
“Dengan menghirup oksigen secara maksimal, maka hemoglobin akan lebih cepat mengikat lebih banyak oksigen di dalam tubuh daripada virus korona yang membuat kadar sel darah merah mengadung virus. Kondisi itu membuat lebih sedikit oksigen di seluruh tubuh. Akibatnya, akan terjadi infeksi pada paru-paru, jantung, otak, dan ginjal,” tutur James.
Sirkulasi dan suplai darah yang cukup ke dalam tubuh secara otomatis akan menjaga sistem imun tubuh. Dengan begitu, tubuh akan siap menghadapi segala virus yang akan mengganggu kestabilan tubuh.
Oleh sebab itu, James menekankan betapa pentingnya menjaga kebugaran tubuh untuk melawan Covid-19. Caranya dengan rajin melakukan aktivitas fisik sehingga suplai oksigen ke paru-paru akan lebih optimal.
Sedangkan Larry menyampaikan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menaruh perhatian tinggi terhadap adanya peningkatan insiden berbagai penyakit kronis seperti kardiovaskular, paru, diabetes, obesitas, kanker, dan penyakit ginjal. Penyakit-penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomi dan kesehatan yang sangat besar akibat trennya yang meningkat.
Pentingnya penerapan ilmu pengetahuan keolahragaan (sport science) makin disadari sejumlah induk olahraga di Indonesia. Hal itu tecermin dari visi beberapa ketua umum induk olahraga yang baru terpilih di awal tahun ini.
Senada dengan James, Larry menggarisbawahi soal aktivitas fisik harian yang ia sebut memiliki dampak positif dan luar biasa pada pencegahan penyakit. Aktivitas fisik memberikan manfaat kesehatan seperti pengurangan risiko kondisi kesehatan kronis.
“Penyakit kronis seperti diabetes yang dulunya dianggap sebagai penyakit orang dewasa kini mulai banyak ditemui pada orang-orang muda,” ujarnya.
Oleh sebab itu, latihan dan aktivitas fisik seharusnya menjadi bagian dari keseharian. Para ahli, kata Larry, memandang olahraga sebagai obat yang mujarab untuk melawan segala penyakit.
Prestasi olahraga
Tak hanya dalam olahraga keseharian, sport science juga dipandang sebagai sebuah hal yang mutlak diterapkan untuk meningkatkan prestasi olahraga Indonesia. Penerapan sport science akan meningkatkan performa atlet dan menghindari mereka dari kemungkinan cedera.
Saat didapuk memberikan sambutan, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali menegaskan pentingnya sport science sebagai unsur penting dalam perkembangan olahraga di Indonesia. Hal itu juga akan memperkuat posisi prestasi Indonesia dalam kompetisi di dunia internasional.
Ia juga berharap, pemikiran yang lahir dari hasil penelitian para ahli yang diungkap dalam konferensi itu dapat memperkuat kebijakan pemerintah dalam bidang keolahragaan.
“Di era sekarang, olahraga tidak bisa dilepaskan dengan dukungan penuh sport science yang secara universal dapat diterapkan oleh semua negara. Sport science dapat mengukur secara teknologi tentang pengembangan jiwa, kejujuran, dan rasa kebersamaan antarsesama,” kata Zainudin.
Pentingnya penerapan ilmu pengetahuan keolahragaan (sport science) makin disadari sejumlah induk olahraga di Indonesia. Hal itu tecermin dari visi beberapa ketua umum induk olahraga yang baru terpilih di awal tahun ini.
Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PP Pertina) periode 2020-2024 Mayor Jenderal (Purn) Komaruddin Simanjuntak, misalnya, berkomitmen menghadirkan perubahan total setelah terpilih pada awal tahun 2021. Komaruddin menjadikan lima hal sebagai fokus yang akan dijalankan selama masa kepemimpinannya, yakni membenahi organisasi, sarana dan prasarana, program pembinaan usia dini, peningkatan prestasi, dan tidak ketinggalan penerapan sport science.
Di era sekarang, olahraga tidak bisa dilepaskan dengan dukungan penuh sport science yang secara universal dapat diterapkan oleh semua negara. (Zainudin Amali)
Di cabang atletik, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) 2021-2025 Luhut Binsar Pandjaitan menekankan pentingnya penerapan sport science untuk meningkatkan prestasi para atlet lari Indonesia. Luhut menginginkan PB PASI lebih banyak memakai data atau statistik dalam pembinaan agar tepat sasaran, termasuk mengirim atlet yang betul-betul bisa bersaing di ajang multicabang.
“Saya ingin atletik melakukan pendekatan lebih modern,” ujarnya.
Penerapan sport science juga yang mampu menjadi pembeda antara kesuksesan klub-klub sepak bola Eropa dibandingkan dengan Amerika Latin. Dari 17 pergelaran Piala Dunia Antarklub sejak tahun 2000, klub-klub Eropa 13 kali juara. Sebaliknya, Amerika Selatan--sebagai kiblat sepak bola dunia selain Eropa--hanya empat kali juara.