Ciri khas pertahanan yang ditanamkan sang pelatih Milos Pejic sejak awal tidak mengkhianati Satria Muda. Berkat pertahanan, mereka keluar sebagai juara liga.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelatih Satria Muda Milos Pejic berkata pada awal musim, pertahanan akan membawa mereka ke takhta juara. Ucapannya terbukti nyata. Dengan benteng kokoh, Satria Muda menjuarai IBL 2021 dengan menumbangkan Pelita Jaya, tim paling berbahaya dalam serangan.
Satria Muda mengangkat trofi musim ini seusai menang dramatis atas Pelita Jaya pada gim ketiga final, 68-60, di Arena BritAma, pada Minggu (6/6/2021). Tanpa kapten Arki Wisnu yang foul out pada awal kuarter keempat, Juan Laurent menjadi pahlawan dengan sumbangan 18 poin dan 7 rebound.
Setelah bel panjang berbunyi, skuad berjuluk ”Pasukan Biru” ini larut dalam pesta. Milos memeluk Arki begitu erat. Pelatih yang terkenal dengan sikap dingin itu mengeluarkan senyum paling lebarnya musim ini. Semua pemain saling berpelukan diiringi ribuan potongan kertas yang jatuh dari atas arena.
Bersamaan dengan momen haru, banyak pemain tidak sanggup menahan emosinya. Juan dan Kevin Sitorus berteriak sekencang mungkin, diikuti air mata yang berlinang di kelopaknya. Di sebelahnya, Rizal Falconi bersujud mengucap syukur.
Pesta juara Satria Muda yang sempat tertunda karena kalah pada gim kedua akhirnya terwujud malam ini. Arki dan rekan-rekan dipastikan meraih juara liga nasional ke-11 dengan keunggulan tipis di final, 2-1.
Pesta penuh tawa dan air mata itu cukup untuk menggambarkan perjuangan besar mereka sepanjang musim. Satria Muda adalah tim terlama yang menjalani karantina, 32 hari di Cisarua, Bogor dan 15 hari di Kelapa Gading, Jakarta.
Selama itu mereka menahan kebosanan di dalam karantina. Mereka juga harus menahan rindu bertemu keluarga. Tantangan itu belum pernah dihadapi semua pemain sepanjang karier mereka.
Ini pastinya salah satu gelar tersulit yang pernah saya dapat. Kami harus melewati musim yang unik pada era pandemi dengan karantina dan protokol kesehatan. Tentunya tidak mudah jauh dari keluarga selama sebulan. Itu memengaruhi mental kami, jadi bisa jenuh.
”Ini pastinya salah satu gelar tersulit yang pernah saya dapat. Kami harus melewati musim yang unik pada era pandemi dengan karantina dan protokol kesehatan. Tentunya tidak mudah jauh dari keluarga selama sebulan. Itu memengaruhi mental kami, jadi bisa jenuh,” kata Arki, yang merayakan gelar liga keempatnya.
Satria Muda meraih gelar juara musim ini berkat andil besar sistem pertahanan sang pelatih Serbia. Benteng pertahanan mereka sangat sulit ditembus sepanjang musim, termasuk dalam laga final.
Pelita Jaya yang rata-rata menghasilkan 82,5 poin per gim musim ini kehilangan tajinya. Produktivitas Andakara Prastawa dan rekan-rekan ditekan oleh pertahanan Satria Muda menjadi hanya rata-rata 60,3 poin per gim dalam tiga laga final.
”Pertahanan adalah ciri khas kami. Kami bermain bagus dalam bertahan sepanjang musim, terutama di final melawan Pelita Jaya. Mereka adalah tim terbaik dengan pemain hebat dalam menyerang. Tetapi, kami bisa mengendalikan itu,” ucap Milos, yang meraih gelar pertama dalam debut di final.
Menurut Milos, prinsip bertahan ini merupakan hal utama yang ditanamkan kepada anak asuhnya. Dia percaya, pertahanan akan menghasilkan gelar juara. Pertahanan yang baik tidak akan berkhianat. Hal itu bisa mengatasi inkonsistensi yang terjadi di serangan karena sedang tidak beruntung.
Terbukti, efektivitas lemparan mereka sebenarnya tidak terlalu baik musim ini. Misalnya di final, Satria Muda hanya mencatatkan akurasi lemparan sekitar 36 persen. Namun, skuad asuhan Milos bisa memenangi final, termasuk hanya kalah tiga kali sepanjang musim ini.
”Tentunya pertahanan memberikan kepercayaan diri ketika kami memulai serangan. Saya sudah memberi tahu Anda sebelumnya, lemparan tiga poin kami akan membaik seiring waktu. Pada akhirnya dengan pertahanan baik, itu akan diikuti serangan juga sehingga tercipta keseimbangan,” tambah sang pelatih.
Kualitas pertahanan ini tidak lepas dari tinggi pemain di atas rata-rata liga. Mereka punya banyak pemain dengan tinggi rata-rata 1,9 meter. Hebatnya, pemain tinggi itu sangat atletis. Mereka bisa bermain di lebih dari dua posisi, punya kelincahan dan kecepatan lateral. Para raksasa itu membentuk benteng tinggi yang sulit ditembus para lawan.
Tinggi pemain itu juga mebawa dominasi pada rebound. Sejak laga pertama musim reguler sampai gim ketiga final, mereka baru sekali kalah dalam urusan rebound. Hal itu terakhir kali terjadi di laga pembuka melawan Prawira Bandung. Sisanya mereka mendominasi rebound.
Artinya, tim tersukses di era IBL ini bisa menghasilkan penguasaan lebih dengan offensive rebound. Saat bersamaan, mereka tidak memberikan kesempatan kedua mencetak angka kepada lawan dengan defensive rebound.
Musim luar biasa
Meski tidak juara, Pelita Jaya sudah menampilkan musim yang luar biasa. Musim ini penuh rintangan bagi mereka. Prastawa dan rekan-rekan merupakan tim terakhir yang masuk ”gelembung” Cisarua, sepekan lebih lambat dibandingkan yang lain.
Skuad asuhan Pelatih Ocky Tamtelahitu ini sempat didera badai positif Covid-19. Problem tersebut mengganggu persiapan mereka. Namun, tim ini tetap mampu menjadi tim dengan rekor kemenangan terbaik di musim reguler, 15-1.
Masa depan Pelita Jaya terlihat cerah. Skuad mereka dipenuhi pemain muda, seperti Agassi Goantara dan Reggie Mononimbar. Dengan rata-rata usia skuad 25 tahun, mereka punya kesempatan membalas kekalahan dari skuad Satria Muda yang rata-rata 27 tahun, pada musim-musim berikutnya.
”Kami sebagai tim sudah memberikan yang terbaik. Tetapi mungkin belum waktunya untuk juara. Kami tadi kehilangan momentum. Ini jadi pelajaran buat musim depan,” kata Agassi, yang menyumbang 18 poin dan 6 rebound malam tadi.
Dengan berakhirnya musim, IBL menjadi kompetisi olahraga profesional pertama yang sukses diselenggaran pada era pandemi Covid-19. ”Ini adalah musim yang sulit. Tetapi dengan kerja sama dan komitmen semua mulai dari liga, pemain, dan staf, kita bisa mengalahkan Covid-19,” ucapnya.
Meski berlangsung tanpa penonton umum, IBL menggunakan penonton undangan pada laga final. Setiap pemain boleh mengundang dua anggota keluarganya. Mereka pun turut meramaikan Arena BritAma.