Federer Pertimbangkan Mundur dari Roland Garros demi Wimbledon
Roger Federer mempertimbangkan untuk tak meneruskan penampilannya di Roland Garros. Petenis berusia 40 tahun itu tidak memprioritaskan Roland Garros, tetapi memilih Wimbledon sebagai target utama.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
PARIS, SABTU — Melalui laga ketat, Roger Federer melaju ke babak keempat Grand Slam Perancis Terbuka untuk berhadapan dengan Matteo Berrettini. Namun, kondisi fisik dan demi target lebih besar, petenis Swiss itu mempertimbangkan untuk tak meneruskan penampilannya di Roland Garros.
Saya tidak tahu apakah akan bermain. Saya akan mendiskusikan dengan tim untuk memutuskan terus bermain atau tidak. Apakah terlalu berisiko untuk terus memberi tekanan pada lutut? Apakah sudah waktunya untuk beristirahat.
”Saya tidak tahu apakah akan bermain. Saya akan mendiskusikan dengan tim untuk memutuskan terus bermain atau tidak. Apakah terlalu berisiko untuk terus memberi tekanan pada lutut? Apakah sudah waktunya untuk beristirahat?” katanya.
Pernyataan itu dikemukakannya setelah memenangi babak ketiga melawan Dominik Koepfer (Jerman) di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Paris, Sabtu (5/6/2021), mulai pukul 21.00 waktu setempat. Menjalani laga hingga Minggu pukul 00.45, Federer menang dengan skor 7-6 (5), 6-7 (3), 7-6 (4), 7-5.
Berrettini, petenis Italia yang akan menjadi lawan berikutnya, mengalahkan Kwon Soon-woo (Korea Selatan), 7-6 (6), 6-3, 6-4. Berretini dan Federer pernah dua kali berjumpa pada 2019. Kedua laga dimenangi Federer.
Tampil pertama kalinya di ajang Grand Slam sejak Australia Terbuka 2020, Perancis Terbuka tak menjadi target utama Federer. Dia menjadikan penampilannya di lapangan tanah liat Roland Garros ini sebagai masa persiapan untuk Grand Slam lapangan rumput, Wimbledon, yang akan berlangsung 28 Juni-11 Juli.
Seperti beberapa kali disebutkannya, sebelum dan di sela Perancis Terbuka, Federer mengatakan bahwa target besarnya adalah Wimbledon. Dia juga masih memiliki motivasi untuk mewakili negaranya pada Olimpiade Tokyo 2020, 23 Juli-8 Agustus.
Federer memang lebih nyaman bermain di Wimbledon dibandingkan di Roland Garros yang menuntut daya tahan fisik tinggi karena karakter permainan yang cenderung lambat. Apalagi, petenis yang akan berusia 40 tahun pada 8 Agustus itu menjalani dua kali operasi lutut kanan pada 2020. Dia pun melewatkan hampir semua kompetisi pada tahun tersebut yang dihentikan sejak Maret dan dimulai kembali pada Agustus karena pandemi Covid-19.
Main untuk penonton
Laga melawan Koepfer menjadi pengalaman baru bagi Federer pada masa pandemi. Dia bertanding pada malam hari dengan stadion tanpa penonton. Ini karena Pemerintah Perancis memberlakukan jam malam mulai pukul 21.00.
Maka, seperti dikatakan petenis peringkat kedelapan dunia itu, hanya semangat juang yang bisa mengantarkannya pada kemenangan atas Koepfer. ”Anda harus mencintai apa yang Anda lakukan dan saya seperti itu,” katanya.
Federer mengatakan, bermain tanpa penonton memberi keuntungan bagi petenis senior seperti dia. ”Itu menguntungkan karena saya dan mungkin petenis lain bisa sangat fokus pada latihan pada usia seperti ini. Ini berbeda dengan masa muda saya yang tidak terlalu menyukai latihan. Bagi saya, yang terpenting saat itu adalah pertandingan dan atmosfernya,” tuturnya.
”Saya belum pernah latihan selama 3 jam 35 menit, itu pasti memberi tekanan besar. Pada pertandingan tadi, saya pun mendorong diri sendiri untuk menyelesaikannya. Pada set kedua, saya sebenarnya tak yakin apakah masih memiliki energi atau tidak. Namun, ini akhirnya menjadi langkah besar. Saya dan tim tak menduga bisa memenangi tiga pertandingan di sini,” lanjut pemegang 20 gelar Grand Slam itu.
Koepfer pun memuji penampilan mantan petenis nomor satu dunia itu. ”Roger adalah Roger. Penampilannya sangat luar biasa untuk petenis berusia 39 tahun. Dia bermain dengan baik dan dengan kondisi fit. Dia juga bermain sangat baik pada momen penting,” katanya.
Meski bukan zona nyamannya, gerakan Federer dalam menguasai lapangan cukup baik. Dia bahkan masih fit untuk melakukan sprint lalu meluncur, mengejar bola dari belakang baseline ke dekat net. Backhand satu tangan yang tajam juga masih menjadi senjatanya untuk menghasilkan winner.
Penampilan itu pun menginspirasi mantan petenis nomor satu dunia, Andy Murray, yang menyaksikan Federer dari siaran TV di rumahnya. Melalui Twitter, Murray berkomentar, ”Saya tak masalah dengan apa pun hasil pertandingan ini. Menonton Federer dalam usia 39 tahun, pernah dua kali operasi lutut, dan dalam stadion kosong pada pukul 00.30 membuat saya terinspirasi. Lakukan apa yang kamu sukai.”
Selain semangat, ada hal lain yang menjadi motivasi Federer untuk tampil seperti yang diperlihatkannya pada tengah malam itu. ”Saya memikirkan penonton TV di rumah. Saya membayangkan mereka ingin melihat pertandingan pada Sabtu malam. Jadi, saya bermain untuk mereka,” katanya. (AFP)