Resep Kualitas Turnamen Piala Eropa
Kompetisi yang rutin bergulir dengan pertandingan dan jadwal yang begitu terpadu membuat legiun Eropa bisa begitu matang dan selalu siap jika tampil di ajang dunia seperti Piala Eropa dan Piala Dunia.
Tidak mudah menghadirkan sebuah turnamen sepak bola berkelas dunia. Pembinaan pemain muda dan manajemen kompetisi berjenjang menjadi resep jitu kualitas Piala Eropa.
Kejuaraan sepak bola Piala Eropa memiliki magnet bagi negara peserta dan pemainnya. Di ajang ini, bertemu kesebelasan dari negara-negara di benua yang paling glamour sepak bolanya. Turnamen ini dapat bersaing dengan pamor Piala Dunia jika Brasil, Argentina, dan Uruguay, tiga negara di luar Eropa yang punya kiprah cemerlang di World Cup, ikut bergabung menjadi peserta.
Piala Eropa menjadi ujian bagi peserta dan organisasi penyelenggara. Dari sisi peserta, turnamen ini akan menguji kekuatan negara-negara peserta. Sementara dari pihak penyelenggara, yaitu Badan Sepak Bola Eropa (UEFA), aspek manajemen menjadi faktor penentu tetap terjaganya mutu turnamen.
Bagi kesebelasan yang menjadi peserta, ujian ketangguhan akan ditunjukkan dengan bertanding sebanyak tujuh kali selama empat pekan menghadapi negara-negara yang sudah terbukti kualitasnya di level dunia. Kalaupun tidak bisa lolos ke babak 16 besar, paling tidak setiap negara peserta mendapat kesempatan bertanding tiga kali di fase penyisihan grup.
Bertanding di level dunia dengan jadwal yang ketat membutuhkan keberadaan pemain dengan stamina yang prima. Ini artinya, turnamen yang rutin dilakukan setiap empat tahun sekali ini membutuhkan stok pemain-pemain yang dapat dihandalkan.
Konsentrasi negara-negara Eropa bukan hanya di level Piala Eropa, namun juga menjangkau Piala Dunia. Dua tahun setelah Piala Eropa, tim-tim Eropa juga harus mempersiapkan berlaga di level puncak sepak bola dunia.
Menghadapi dua turnamen dunia yang penyelenggaraannya selang-seling dua tahun, mau tidak mau negara-negara Eropa harus menyiapkan lebih banyak pemain. Ajang turnamen Piala Eropa, tidak hanya berlangsung satu bulan saat putaran final digelar, tapi sudah dimulai sejak babak penyisihan yang dilakukan jauh-jauh hari.
Tidak heran jika negara-negara peserta menyiapkan timnya juga dalam skema jangka panjang. Pola penyiapan pemain dilakukan dengan mencari dan membuka pelatihan bagi pemain-pemain muda melalui pembinaan di klub-klub sepak bola di masing-masing negara. Persemaian pemain-pemain remaja tersebut kemudian dilanjutkan oleh bagi UEFA.
Inilah resep dasar yang dilakukan untuk menjaga performa turnamen Piala Eropa. Tanpa regenerasi, mustahil tim-tim Eropa dapat menyuguhkan pertandingan bermutu dan bersaing di tingkatan yang lebih tinggi secara konsisten. UEFA tidak hanya membuat turnamen sepak bola bagi para pemain senior, tetapi juga menyelenggarakan turnamen serupa bagi pemain muda.
UEFA rutin menggelar turnamen di bawah usia 17 tahun, 19 tahun, dan 21 tahun. Salah satu negara yang menuai model pembinaan ini adalah Spanyol. Pemain-pemain seperti Iker Casillas, Andres Iniesta, Gerard Pique, Thiago Alcantara, Isco, serta Ferrando Torres merupakan atlet yang mulai berlaga dari kejuaraan Piala Eropa U-17. Mereka kemudian berhasil mempersembahkan berbagai gelar bagi tim Spanyol di Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, serta Piala Eropa 2012.
Manajemen kompetisi
Di luar turnamen bagi pemain muda, kejuaraan antarklub juga rutin digelar setiap tahun seperti Liga Champions dan Liga Eropa. Liga Champions adalah kejuaraan antarklub papan atas di Eropa yang mempertemukan empat klub-klub peringkat teratas di liga masing-masing negara.
Kejuaraan tersebut sudah digelar sejak 1955. Awalnya bernama Piala Para Juara Eropa atau European Champion Clubs\' Cup. Jauh sebelum Liga Champions berlangsung, kejuaraan antarklub di Eropa sebenarnya sudah berlangsung sejak 1897. Hanya, saat itu kejuaraan tersebut belum digelar secara rutin.
Selain Liga Champions, ada pula kompetisi Liga Europa yang mempertemukan klub-klub papan tengah di Eropa. Merunut sejarahnya, kejuaraan ini sudah berulang kali berganti nama dan kriteria pesertanya.
Pertama kali digelar, kejuaraan tersebut bernama Fairs Cup yang berlangsung pada 1955-1958. Namanya kemudian berganti menjadi Runner’s Up Cup, UEFA Cup, hingga menjadi Liga Europa sejak musim 2009/2010 hingga saat ini.
Nuansa kejuaraan antarklub muncul seiring berdirinya klub-klub sepak bola di Eropa. Klub pertama yang berdiri adalah Sheffield Football Club di Inggris pada 1857. Beberapa klub kemudian bermunculan, seperti Nottingham Forest , Aston Villa, Manchester United, dan Liverpool.
Makin populernya sepak bola membuat banyak klub juga didirikan di berbagai negara, seperti Sevilla (Spanyol) Juventus (Italia), AC Milan (Italia), Olympique de Marseille (Perancis), dan Barcelona (Spanyol).
Munculnya klub-klub tersebut mendorong kebutuhan organisasi yang berfungsi melakukan manajemen kompetisi. Harapannya, pengembangan sepak bola dapat dilakukan terukur dan terencana dari berbagai aspek yang membuat klub-klub menjadi semakin maju.
UEFA tidak hanya membuat turnamen bagi para pemain senior, tetapi juga menyelenggarakan turnamen serupa bagi pemain muda.
Di Inggris, tidak lama setelah bermunculan klub-klub sepak bola berdirilah Asosiasi Sepak Bola Inggris. Football Association (FA) yang berdiri sejak 1863 tersebut merupakan organisasi sepak bola pertama di dunia. FA didirikan dalam pertemuan di kota London yang dilakukan 12 klub dan sejumlah perwakilan sekolah.
Keberadaan organisasi membuat manajemen kejuaraan sepak bola diadakan lebih sistematis dan terencana. FA membuat aturan yang jelas dalam sebuat pertandingan. Ini sekaligus menandai munculnya manajemen sepak bola profesional.
Saat ini FA menangani sejumlah kompetisi domestik di Inggris seperti Liga Premier, Piala FA, dan Piala Liga. Sebagaimana di Inggris, negara-negara Eropa lainnya juga memiliki asosiasi dan menyelenggarakan kompetisi dan turnamen yang rutin bagi klub-klub domestik. Spanyol memiliki La Liga, Piala Raja, dan Piala Super. Demikian pula Jerman yang memiliki kompetisi Budesliga dan turnamen Piala Liga dan Piala Super.
Pembuktian
Keberadaan kompetisi domestik di masing-masing negara merupakan persemaian awal pemain-pemain muda di Eropa. Liga dan turnamen domestik memungkinkan pemain-pemain dari klub besar dan klub dari liga kelas bawah untuk dapat terus bersaing mengembangkan diri sebelum berlaga di kelas dunia seperti Liga Champions bagi klub atau Piala Eropa dan Piala Dunia bagi tim negara.
Melihat manajemen sepak bola yang ada, berjenjang dari level negara hingga UEFA, dengan tingkatan kompetisi yang berkelanjutan dari usia remaja hingga senior, menjadi jaminan kualitas pemain-pemain Eropa. Kompetisi yang rutin bergulir dengan pertandingan dan jadwal yang begitu terpadu membuat legiun Eropa bisa begitu matang dan selalu siap jika tampil di ajang dunia seperti Piala Eropa dan Piala Dunia.
Baca juga: Romansa Piala Eropa Memeluk Dunia
Di luar kritik mengenai komersialisasi kompetisi dan eksploitasi terhadap pemain muda di tengah padatnya jadwal pertandingan, tim-tim Eropa nyaris selalu bisa menempatkan salah satu anggotanya untuk tampil di Piala Dunia hingga pertandingan final.
Dari 21 penyelenggaraan Piala Dunia sejak 1930 hingga 2018, wakil Eropa lolos di 19 pertandingan final. Bahkan dalam beberapa final, terjadi All European World Cup Finals seperti yang terjadi pada Piala Dunia 2006, 2010, dan 2018. Inilah buah sekaligus pembuktian dari pembinaan pemain muda dan manajemen kompetisi berjenjang di Eropa. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Ambisi Generasi Emas Belgia Kuasai Eropa