Real Madrid resmi menunjuk Carlo Ancelotti sebagai pelatih baru selama tiga musim, 2021-2024. Meski disambut dengan antusias tinggi, Ancelotti dibayangi menurunnya capaian pelatih Real di periode kedua.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Real Madrid secara mengejutkan menunjuk kembali Carlo Ancelotti sebagai pelatih untuk tiga musim hingga Juni 2024, Senin (1/6/2020). Ancelotti akan menerima gaji 6 juta euro (sekitar Rp 104 miliar) per musim. Keputusan ”Los Blancos” itu tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Sebab, sejak musim 2020-2021 berakhir, Real lebih dikaitkan dengan sejumlah nama, seperti Massimiliano Allegri, Raul Gonzalez, dan Mauricio Pochettino, sebagai suksesor Zinedine Zidane.
Proses perekrutan Ancelotti pun terbilang singkat. Hanya dalam waktu sekitar 12 jam sejak kabar Ancelotti didekati Real muncul, Senin pagi waktu Spanyol, rumor itu langsung menjadi kenyataan. Real mengumumkan kedatangan kembali Ancelotti pada Senin sore waktu setempat di laman resmi dan seluruh akun media sosial. Sebelum Real mengumumkan Ancelotti sebagai pelatih baru, Everton telah lebih dahulu mengumumkan mundurnya Ancelotti dari kursi manajer yang telah berlangsung dalam dua musim terakhir.
Pada periode melatih Real pada Juni 2013 hingga Mei 2015, Ancelotti mempersembahkan satu trofi Liga Champions, satu Piala Raja Spanyol, satu Piala Super Eropa, serta satu Piala Dunia Antarklub.
Jorge Valdano, mantan Direktur Olahraga Real, adalah salah satu pihak yang terkejut dengan penunjukan kembali Ancelotti sebagai pelatih Real. Meski begitu, ia menilai Ancelotti akan menghadirkan atmosfer hangat dan bersahabat di dalam ruang ganti Real.
Hubungan Ancelotti dengan pemain adalah salah satu kekuatannya. Saya pikir ia akan sangat diterima oleh skuad Real Madrid.
”Hubungan Ancelotti dengan pemain adalah salah satu kekuatannya. Saya pikir ia akan sangat diterima oleh skuad Real Madrid,” ucap Valdano kepada Radio Onda Cero.
Presiden Barcelona Joan Laporta juga tidak percaya dengan kabar kembalinya Ancelotti ke Real. Ketika menjawab pertanyaan di sela-sela aktivitasnya di Barcelona, Senin kemarin, Laporta berkata, ”Apakah itu benar? Itu (kabar) yang baik.”
Tidak seperti Real yang telah bergerak cepat untuk menunjuk pelatih baru demi persiapan musim baru, Laporta masih menggantung nasib Ronald Koeman. Dalam sebuah konferensi pers, pekan lalu, Laporta terang-terangan mengingnkan kehadiran pelatih baru bagi skuad Barca.
”Kami senang apabila Koeman bertahan, tetapi kami tengah mempertimbangkan sejumlah opsi untuk menghadirkan pelatih baru,” ujar Laporta dilansir Mundo Deportivo.
Ancelotti merupakan pelatih ke-12 yang mendapatkan kesempatan kedua menangani Real. Kehadiran pelatih berusia 61 tahun itu disambut positif pendukung Real. Ancelotti dinilai sebagai sosok yang pantas untuk membantu Los Blancos meraih trofi juara di musim 2021-2022. Di musim 2020-2021, Real gagal mendapatkan satu pun titel. Itu merupakan capaian terburuk Real sejak musim 2010-2011.
Dalam jajak pendapat daring yang dilakukan Marca, sebanyak 81 persen dari 20.767 responden optimistis Ancelotti bisa mengembalikan tradisi juara Real. Adapun 19 persen responden menilai periode kedua Ancelotti tidak akan berjalan semulus di periode pertama.
Keputusan Ancelotti untuk menerima pinangan Real sejatinya dibayangi risiko. Apabila gagal mengulangi prestasinya di periode pertama bersama Real, pelatih asal Italia itu akan dianggap telah memasuki masa senja dari karier kepelatihannya.
Sejak meninggalkan Real, Ancelotti memang mampu meraih tiga trofi bersama Bayern Muenchen, yang terdiri dari satu gelar Liga Jerman dan dua titel Piala Super Jerman, tetapi mulai terlihat penurunan performa dari tim asuhan Ancelotti. Bersama Real, Ancelotti mencatatkan 74,79 persen kemenangan dalam 119 laga.
Adapun bersama Bayern persentase kemenangannya hanya 70 persen. Di dua tim terakhir, yakni Napoli dan Everton, Ancelotti hanya mendapatkan 52 persen dan 46,27 persen kemenangan.
Dari sisi perolehan poin tiga, tim asuhan Ancelotti sesudah Real juga mengalami penurunan. Ancelotti meraih rata-rata 2,36 poin per laga saat melatih Real, kemudian hanya mencatatkan rata-rata 2,28 poin, 1,82 poin, dan 1,6 poin ketika masing-masing melatih Bayern, Napoli, dan Everton.
Risiko lainnya ialah, dari 11 pelatih yang telah merasakan periode kedua bersama Real, hanya tiga pelatih mampu meraih kesuksesan lebih baik di periode kedua. Ketiganya ialah Miguel Munoz, Luis Molowny, dan Vicente Del Bosque.
Munoz gagal mempersembahkan trofi di periode pertamanya pada Februari 1959 hingga April 1959, kemudian meraih 9 trofi Liga Spanyol, 2 Piala Raja Spanyol, 2 Liga Champions, dan 1 Piala Interkontinental pada periode kedua yang berlangsung April 1960-Januari 1974.
Adapun Molowny, yang hanya meraih satu titel Piala Raja Spanyol pada periode pertama melatih Los Blancos pada Januari 1974-Mei 1974, kembali menangani Real pada September 1977 hingga Juni 1979 dengan membawa pulang 2 trofi Liga Spanyol ke Stadion Santiago Bernabeu.
Selanjutnya, ada nama Del Bosque, yang gagal meraih satu pun gelar di periode pertamanya, Maret 1994-Juni 1994. Lalu, pulang ke Real untuk periode kedua pada November 1999 hingga Juni 2003 dengan mempersembahkan tujuh trofi, yaitu 2 liga, 2 Liga Champions, 1 Piala Super Spanyol, 1 Super Eropa, dan 1 di ajang Piala Interkontinental. Dengan prestasi di periode keduanya itu, Del Bosque mendapatkan predikat legenda bagi Real.
Sementara itu, Ancelotti adalah pelatih asal Italia kedua yang diberi kepercayaan untuk menangani Real dalam dua periode. Kesempatan langka itu untuk pertama kali dirasakan Fabio Capello. Dalam dua periode itu, Capello meraih capaian yang sama, yakni mempersembahkan masing-masing satu trofi Liga Spanyol. Periode pertama Capello berlangsung pada musim 1996-1997, sedangkan periode keduanya di musim 2006-2007.
Ancelotti pun paham tugasnya tidak mudah di periode kedua melatih Real. Ia tidak ingin bernasib seperti pendahulunya, Zidane, yang hanya meraih dua trofi di periode kedua setelah mempersembahkan sembilan titel di periode pertamanya.
”Saya memutuskan meninggalkan (Everton) karena saya memiliki sebuah tantangan besar di depan saya bersama sebuah tim yang selalu di hati saya, Real Madrid. Ini adalah keputusan yang tepat untuk saya dan keluarga setelah sebuah kesempatan yang tak terduga tiba,” tulis Ancelotti dalam takarir di akun Instagram pribadinya.
Akankah Ancelotti mampu membawa Real kembali berjaya di Eropa dan menguasai Spanyol? Akhirnya, hanya waktu yang akan menentukan jalan karier Ancelotti di periode kedua memimpin Real. (AFP)