Thomas Tuchel mempertahankan dominasi manajer Jerman di Eropa dalam tiga musim terakhir. Kemenangan di final Liga Champions Eropa membuat Tuchel menjaga kesempurnaan dalam tiga duel kontra Pep Guardiola pada musim ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
AFP/POOL//DANIEL LEAL-OLIVAS
Pendukung Chelsea turun ke jalan di sekitar Stadion Stamford Bridge, London, Inggris, seusai babak final Liga Champions di Stadion Dragao, Porto, Portugal, Minggu (30/5/2021) dini hari WIB.
PORTO, MINGGU — Boleh saja final Liga Champions Eropa musim ini mempertemukan dua tim Liga Inggris, tetapi gelar juara yang diraih Chelsea menegaskan dominasi manajer asal Jerman di Eropa. Dalam tiga musim terakhir, trofi ”Si Kuping Besar” diangkat oleh tim yang dilatih oleh juru taktik Jerman.
Manajer Chelsea Thomas Tuchel mengkuti jejak kompatriotnya, yaitu Juergen Klopp dan Hans-Dieter Flick, untuk mempertahankan kekuasaan manajer Jerman di Liga Champions Eropa. Klopp bersama Liverpool di musim 2018-2019, kemudian Flick membawa Bayern Muenchen selalu menang pada musim 2019-2020.
Prestasi yang dicapai Tuchel menjadi penyempurna capaian luar biasa manajer asal Jerman di Liga Champions Eropa musim ini. Untuk pertama kali dalam sejarah Liga Champions Eropa, terdapat empat manajer dari negara yang sama di babak perempat final. Keempat manajer itu ialah Edin Terzic bersama Borussia Dortmund, Klopp dengan Liverpool, Flick memimpin Bayern, serta Tuchel di Chelsea.
Prestasi Tuchel bersama Chelsea terasa kian gemilang karena mampu mengalahkan Manchester City yang dilatih oleh Pep Guardiola. Bagi setiap juru taktik muda Jerman, Guardiola adalah sosok panutan dalam menentukan cara bermain sepak bola modern. Alhasil, kemenangan ketiga Tuchel atas Guardiola di musim ini menjadi cara yang sempurna untuk menancapkan kekuasaan manajer asal Jerman di Eropa.
AP/POOL/PIERRE PHILIPPE MARCOU
Para pemain Chelsea merayakan gelar juara seusai mengalahkan Manchester City dalam babak final Liga Champions di Stadion Dragao, Porto, Portugal, Minggu (30/5/2021) dini hari WIB. Ini adalah gelar kedua yang mereka raih dalam sejarah klub. Sebelumnya, Chelsea menjadi juara pada edisi musim 2011/2012.
Tuchel pun mampu mengikuti dua capaian Klopp. Pertama, ia menjadi manajer pertama yang mampu mengalahkan Guardiola tiga kali beruntun. Sebelum mengalahkan City di final dengan skor 1-0 di Stadion Do Dragao, Portugal, Minggu (30/5/2021) dini hari WIB, Tuchel membawa ”Si Biru” mengalahkan City di semifinal Piala FA dan pekan ke-35 Liga Inggris. Ketiga laga itu hanya berjarak enam pekan. Berkat hasil itu, Tuchel memperbaiki rekor pertemuannya dengan Guardiola menjadi 3 kemenangan, 1 imbang, dan 4 kalah.
Adapun Klopp pernah memimpin Liverpool tiga kali mengalahkan City bersama Guardiola pada periode Januari hingga April 2018. Liverpool mengalahkan City, 4-3, di pekan ke-23 Liga Inggris edisi 2017-2018. Kemudian, ”Si Merah” menumbangkan City di dua laga perempat final Liga Champions Eropa 2017-2018 dengan skor 3-0 dan 2-1.
Kedua, Tuchel mampu meniru cara Klopp untuk mendapatkan trofi Liga Champions Eropa pertama dengan membawa tim asuhan menembus final dalam dua musim beruntun. Klopp gagal membawa Liverpool juara di musim 2017-2018, lalu berhasil mengangkat trofi ”Si Kuping Besar” pada musim berikutnya.
Tuchel pun kalah dari Flick dan Bayern saat menangani Paris Saint-Germain musim lalu, kemudian menjadikan Chelsea sebagai ajang penebusan rasa kecewanya pada musim ini. Hebatnya lagi, Tuchel mengantarkan dua tim berbeda masuk ke final dalam dua musim beruntun. Hanya Tuchel yang mampu mencatatkan prestasi tersebut di kompetisi antarklub terakbar di dunia itu.
Sebuah awal
Meski begitu, Tuchel menegaskan, kesuksesan di Liga Champions Eropa hanyalah sebuah awal baginya dan tim muda Chelsea. Ia pun mengungkapkan janji keduanya sebagai Manajer Chelsea.
Kami telah menentukan level tim ini selanjutnya. Ketika perayaan juara selesai, kami akan menjadikan prestasi luar biasa ini sebagai momen untuk tumbuh dan semakin baik. Tim ini akan tetap lapar gelar dan berambisi untuk meraih trofi lainnya di musim depan.
”Kami telah menentukan level tim ini selanjutnya. Ketika perayaan juara selesai, kami akan menjadikan prestasi luar biasa ini sebagai momen untuk tumbuh dan semakin baik. Tim ini akan tetap lapar gelar dan berambisi untuk meraih trofi lainnya di musim depan,” kata Tuchel seusai laga final seperti dikutip Sky Sport.
Sebelumnya, Tuchel mengucapkan janji pertamanya untuk Chelsea di konferensi pers perdana sebagai juru taktik Si Biru, akhir Januari lalu. Kala itu, ia berambisi mengantarkan Chelsea mengangkat trofi juara di akhir musim ini. Janji itu pun dipenuhi hanya dalam waktu empat bulan.
Harian olahraga terbesar Jerman, Kicker, menilai, keberhasilan Tuchel di final adalah buah dari kepercayaan dirinya terhadap taktik dan anak asuhannya. Sementara itu, Guardiola dianggap kehilangan kepercayaan diri karena perubahan taktik yang tidak memainkan salah satu dari dua gelandang bertahan, yaitu Rodri atau Fernandinho, sebagai pemain utama di final. Dari 60 laga yang dijalani City musim ini, Guardiola selalu memainkan Rodri atau Fernandinho dalam 59 laga sebelumnya.
AFP/POOL/SUSANA VERA
Pelatih Chelsea Thomas Tuchel merayakan gelar juara dengan trofi Liga Champions seusai laga babak final Liga Champions di Stadion Dragao, Porto, Portugal, Minggu (30/5/2021) dini hari WIB. Thomas Tuchel adalah orang Jerman ketiga yang menjuarai Liga Champions tiga tahun terakhir setelah Juergen Klopp (Liverpool) dan Hansi Flick (Bayern Muenchen).
”Tuchel tetap percaya pada struktur dan identitas taktik yang telah disiapkannya meskipun strategi itu sempat mengakibatkan Chelsea tersandung di pertandingan terakhir di Liga Inggris. Adapun Guardiola justru mengubah taktik yang memainkan (Raheem) Sterling dan mengorbankan gelandang paling tajam, Ilkay Gundogan, untuk bermain lebih bertahan,” tulis analisis di halaman utama Kicker edisi Minggu, (30/5/2021).
Tuchel pun menjadi manajer Jerman ketujuh yang membawa timnya mengangkat trofi Liga Champions Eropa. Selain itu, ia adalah juru taktik Jerman ketiga yang membawa tim non-Jerman menjadi penguasa Eropa. Pelatih kelahiran Krumbach, Jerman, itu telah menyejajarkan dirinya dengan Jupp Heynckes yang mengantarkan Real Madrid juara pada final 1997-1998 serta Klopp bersama Liverpool.
Selanjutnya, Chelsea berencana memperbarui kontrak Tuchel. Si Biru akan menawarkan kontrak baru kepada Tuchel hingga akhir musim 2022-2023 dengan klausul tambahan satu musim. Hal itu diungkapkan Tuchel setelah berbicara untuk pertama kali dengan pemilik Chelsea, Roman Abramovich di atas lapangan Do Dragao saat perayaan juara.
”Kami akan berbicara lagi dan saya akan meyakinkan dia (Abramovich) bahwa saya masih sangat berambisi dan senang menjadi bagian tim yang ambisius dan kuat ini. Tim ini telah memberikan dukungan secara sempurna kepada saya untuk memainkan sepak bola yang saya inginkan,” kata Tuchel.
AP/POOL/MICHAEL STEELE
Pemain Chelsea Kai Havertz (kanan) berhasil melewati hadangan kiper Manchester City, Ederson, untuk mecetak gol dalam babak final Liga Champions di Stadion Dragao, Porto, Portugal, Minggu (30/5/2021) dini hari WIB. Gol Kai Harvetz merupakan hasil asis Mason Mount melalui serangan balik cepat.
Pembuktian Havertz
Peran koneksi Jerman dalam keberhasilan Chelsea meraih trofi Liga Champions Eropa kedua semakin sempurna seiring sumbangan gol gelandang serang muda Kai Havertz. Pemain tim nasional Jerman itu mencetak gol perdananya di Liga Champions Eropa ke gawang City yang dikawal Ederson pada menit ke-42 di partai puncak.
Sebuah gol, yang berharga trofi ”Si Kuping Besar” itu merupakan cara terbaik bagi Havertz untuk membuktikan kepantasannya ditebus Chelsea dengan dana 72 juta pound sterling atau sekitar Rp 1,46 triliun dari Bayer Leverkusen, musim panas lalu. Tak ayal, Havertz adalah pemain termahal Si Biru.
”Saya tidak peduli (predikat pemain termahal) itu sebab yang terpenting saya telah memenangi Liga Champions. Saya mengidamkan momen ini selama 15 tahun sejak pertama bermain sepak bola,” kata Havertz (21) kepada BT Sport.
Kapten Chelsea, Cesar Azpilicueta, pun tidak ketinggalan memuji Havertz. Menurut dia, Havertz adalah pemain dengan mentalitas juara yang dibutuhkan Chelsea pada laga final.
AP/POOL/SUSANA VERA
Para pemain Chelsea merayakan kemenangan seusai laga melawan Manchester City dalam babak final Liga Champions di Stadion Dragao, Porto, Portugal, Minggu (30/5/2021) dini hari WIB.
”Kai (Havertz) sangat tenang. Tidak hanya itu, ia terus berlari dan bekerja keras membantu tim. Itulah mengapa ia pantas dilabeli pemain termahal,” kata Azpilicueta.
Setelah gagal di final Liga Champions Eropa pertamanya bersama City, Guardiola tidak akan menyerah. Manajer asal Spanyol itu ingin melanjutkan proyeknya bersama ”The Citizens”, terutama demi memenuhi ambisinya menjadi penguasa Eropa.
”Terlebih dulu saya akan pulang untuk bertemu dengan keluarga dan beristirahat. Setelah itu, saya akan kembali ke klub karena skuad ini memiliki masa depan cerah dan berpotensi menjadi tim terbaik di dunia dalam beberapa tahun mendatang,” ujar Guardiola. (AFP)