Duel klasik Pelita Jaya melawan Satria Muda akan tersaji di Final IBL. Kedua tim asal ibukota Jakarta ini begitu perkasa dan tak tergoyahkan di semifinal dengan menundukkan Louvre Surabaya dan West Bandit Solo.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Dua raksasa bola basket ibu kota, Satria Muda dan Pelita Jaya, terlalu perkasa musim ini dengan skuad mayoritas pemain tim nasional. Mereka melaju ke final IBL 2021 tanpa kesulitan setelah menghentikan sensasi dua tim kuda hitam. Duel klasik Derbi Jakarta pun tersaji di final.
Pelita Jaya memastikan langkah ke final lewat kemenangan atas Louvre Surabaya pada gim kedua semifinal, 91-67, di BritAma Arena, Jakarta, Minggu (30/5/2021). Kontribusi besar dari Agassi Goantara (25 poin, 11 rebound) dan Reggie Mononimbar (20 poin, 10 rebound) membuat Pelita Jaya menyapu bersih seri ini, 2-0.
Pada lga berikutnya, Satria Muda juga memperoleh tiket final berkat kemenangan telak atas West Bandits Solo, 72-48. Mereka juga sukses menyapu bersih seri berkat penampilan apik pemain andalan, Arki Wisnu (19 poin, 8 rebound)
Dengan ini, duel klasik dipastikan tersaji pekan depan. Satria Muda dan Pelita Jaya adalah rival terbesar sejak IBL berganti nama pada 2015. Sejak itu, mereka sudah bertemu dua kali di final. Masing-masing menang satu kali.
Pelatih West Bandits Raoul Miguel Hadinoto berkata, duo tim Jakarta itu sangat pantas bertemu di final. Kedua tim punya materi pemain paling baik di liga, dan paling konsisten dengan segala keterbatasan di musim pandemi Covid-19.
”Dua tim ini dari persiapan, kualitas pemain, memang paling siap. Dengan berjalannya liga ini sampai selesai, mereka bisa bertahan seperti ini memang sesuatu yang luar biasa. Di tengah segala keterbatasan, dua tim ini memang layak di final musim yang berat ini,” kata Ebos, sapaannya.
Dalam seri semifinal, kualitas Satria Muda dan Pelita Jaya memang sangat dominan. Kedua tim yang dihuni banyak bintang nasional, seperti Arki Wisnu (Satria Muda) dan Andakara Prastawa (Pelita Jaya), tetap dalam kondisi terbaik meski diganggu jeda kompetisi 48 hari.
Mereka yang menunggu di semifinal, sebagai juara divisi masing-masing, tanpa kesulitan menaklukkan West Bandits dan Louvre Surabaya. Dua gim semifinal berakhir dengan selisih poin yang besar. Pelita Jaya menang rata-rata 20,5 poin per gim atas Jamarr Andre Johnson dan kawan-kawan, sedangkan Satria Muda unggul rata-rata 16 poin per gim atas pasukan muda tim lawan.
Padahal, West Bandits dan Louvre sempat mengejutkan di babak awal playoff. Tim yang diisi mayoritas pemain muda menaklukkan dua tim veteran. West Bandits mengalahkan tim calon juara Prawira Bandung dan Louvre menaklukkan tim berpengalaman Bima Perkasa Jogja.
Tantangan
Bagi Pelita Jaya, perjalanan musim ini sangat panjang. Mereka melalui banyak tantangan, antara lain menjadi tim terakhir yang masuk ke “gelembung” Cisarua pada musim reguler karena mayoritas pemain positif Covid-19.
Kata Agassi, perjuangan ekstra keras mereka tidak sia-sia. “Ini anugerah yang luar biasa. Butuh usaha super keras sejak hari pertama. Kami siap untuk menghadapi final nanti. Siapa pun lawannya,” ucap pemain baru Pelita Jaya tersebut.
Agassi pernah menghadapi Satria Muda di final IBL 2019, ketika masih membela Stapac Jakarta. Pemain berposisi guard ini yang masih menjadi rookie membawa tim juara dengan menaklukkan sang rival di partai puncak, 2-0.
Dua tim ini dari persiapan, kualitas pemain, memang paling siap. Dengan berjalannya liga ini sampai selesai, mereka bisa bertahan seperti ini memang sesuatu yang luar biasa.
“Yang pasti mereka tim yang solid. Mereka punya pemain bagus juga berpengalaman seperti Arki dan Hardi. Mereka lebih punya size. Karena itu, kami harus lebih keras bertarung, terutama dalam rebound. Harus mau mati-matian nanti,” lanjut Agassi.
Pelatih Pelita Jaya Ocky Tamtelahitu fokus pada persiapan seminggu ke depan. Dia mengutamakan pemulihan kondisi sekaligus persiapan mental anak asuhnya. “Terutama menyiapkan strategi untuk lawan kami nanti,” jelasnya.
Pelita Jaya memiliki rekor terbaik selama musim reguler, 15-1, di atas rekor kemenangan Satria Muda, 14-2. Namun, Satria Muda akan sedikit di atas angin karena unggul rekor pertemuan, 1-0, pada musim reguler.
Menurut Arki, alasan mereka bisa berada di final adalah karena kerja keras semua orang yang ada di dalam tim. Hal itu pula yang akan diulang dalam partai puncak nanti.
“Kami tetap fokus untuk memperbaiki kekurangan di laga selanjutnya. Fokus kami adalah satu laga ke depan. Kalau dari sisi sejarah, rekor pertemuan, rivalitas, kami tidak memikirkan itu. Yang paling penting hanya fokus pada diri sendiri,” ucap kapten Satria Muda tersebut.