Setelah gagal meloloskan atlet ke Olimpiade Tokyo, panjat tebing menargetkan meloloskan atlet dan meraih medali di Olimpiade Paris. Peluang terbuka karena nomor ”speed” yang jadi andalan Indonesia ada di Paris mendatang.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua atlet Indonesia mengukir prestasi bagus dengan merebut satu medali emas dan satu perak dari nomor speed pada Piala Dunia Panjat Tebing IFSC 2021 di Salt Lake City, Amerika Serikat, Sabtu (29/5/2021) WIB. Keberhasilan itu menguatkan Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia untuk menyiapkan program guna berprestasi pada Olimpiade Paris 2024.
Kedua atlet itu adalah Veddriq Leonardo yang meraih emas dan memecahkan rekor dunia dengan waktu 5,208 detik pada final, serta Kiromal Katibin peraih perak dan sempat memecahkan rekor dunia dengan 5,258 detik pada penyisihan. Dominasi pada nomor speed akan terus diperkuat agar Indonesia dapat meloloskan atlet ke cabang panjat tebing di olimpiade.
”Untuk Olimpiade Tokyo, kami tidak ikut (tidak ada atlet yang lolos). Sekarang, fokus kami ke Olimpiade Paris. Kami pasang target bisa menang (meloloskan atlet dan meraih medali) di sana. Atlet telah membuat target, mereka ingin mengumandangkan Indonesia Raya dan mengibarkan Merah-Putih di tiang tertinggi di Paris,” kata Yenny Wahid, Ketua Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (PP FPTI).
Pada Olimpiade Tokyo 2021, Indonesia gagal meloloskan atlet panjat tebing karena nomor yang diperlombakan hanya kombinasi lead and boulder dan speed. Tidak ada nomor speed saja yang menjadi andalan atlet Indonesia.
Atlet Indonesia mendominasi nomor speed, tetapi lemah di nomor lead and boulder sehingga kewalahan dalam kualifikasi. Pada Olimpiade Paris 2024, nomor speed akan mulai diperlombakan.
Secara sederhana, nomor speed melombakan adu cepat pada dinding dengan tingkat kesulitan kecil. Sementara nomor lead and boulder lebih memerlukan ketangkasan dan stamina karena dinding yang dipanjat memiliki tingkat kesulitan tinggi.
Yenny mengatakan, program PP FPTI menuju Olimpiade Paris, antara lain, menjaga kualitas para pemanjat nomor speed agar konsisten menjadi yang terbaik di dunia. Selama ini, Indonesia memang unggul dalam nomor tersebut, yang terbukti lewat raihan rekor dunia di nomor putra ataupun putri.
Selain rekor baru yang diciptakan beruntun oleh Katibin dan Leonardo, pemanjat putri Aries Susanti Rahayu juga memegang rekor dunia dengan waktu 6,995 detik yang dibuat pada Piala Dunia 2019 di Xiamen, China. Namun, rekor itu dipecahkan pemanjat putri Rusia, Yulia Kaplina, dengan 6,964 detik dalam Kejuaraan Eropa 2020 di Moskwa, Rusia.
PP FPTI juga menyiapkan atlet-atlet yunior agar regenerasi pemanjat berprestasi terus berlanjut. Bahkan, pada Agustus tahun lalu, pemanjat muda asal Jawa Timur, Rahmad Adi Mulyono, meraih emas Kejuaraan Speed Dunia IFSC/IFSC Connected Speed Knockout 2020 yang digelar secara daring.
”Selama tiga tahun jelang Olimpiade Paris, kami akan terus memonitor perkembangan para atlet dan mengevaluasi mereka,” kata Yenny.
Sekretaris Jenderal PP FPTI Sapto Hardiono mengatakan, pihaknya menyiapkan masing-masing tiga pemanjat elite dan tiga pemanjat pelapis untuk kategori putra dan putri di nomor speed. Adapun di nomor lead and boulder, FPTI menyiapkan empat pemanjat putra dan empat pemanjat putri yang semuanya masih yunior.
Semua atlet menjalani sistem promosi dan degradasi. Walaupun berprestasi hebat saat ini, atlet bersangkutan belum tentu dikirim ke ajang internasional atau Olimpiade jika prestasinya menurun. Atlet harus menjaga performanya agar terus berada di pelatnas.
”Kami menargetkan bisa mengirim dua atlet putra dan dua atlet putri untuk nomor speed di Olimpiade Paris, serta satu atlet putra dan satu atlet putri untuk nomor lead and boulder,” kata Sapto.
Meskipun unggul di nomor speed, menurut Yenny, FPTI tetap ingin berprestasi di nomor lead and boulder. Untuk mewujudkannya, FPTI merekrut atlet yang kuat dan cerdas karena nomor lead and boulder menuntut atlet memiliki kecerdasan tinggi untuk menganalisis dan mengambil langkah terbaik secara cepat saat lomba.
”Kami juga berupaya menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, seperti fasilitas berlatih dan menghadirkan pembuat jalur yang kompeten agar ketrampilan atlet terus meningkat dengan medan lomba yang berbeda-beda. Para atlet pun perlu lebih sering berlatih bersama atlet negara lain dan ikut kejuaraan internasional. Semuanya butuh investasi besar dan kami harap dapat dukungan dari semua pihak, terutama dari Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga),” kata Yenny.
Menurut pelatih kepala pelatnas panjat tebing Caly Setiawan, untuk mencetak atlet lead and boulder berkualitas diperlukan pembinaan jangka panjang dan kompetisi internal yang ketat. ”Salah satu yang paling penting dalam sistem itu adalah kompetisi internal yang kualitasnya hampir selevel kejuaraan internasional,” kata Caly.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto mengatakan, prestasi pemanjat muda Indonesia harus konsisten dan turut menyumbangkan medali pada Olimpiade Paris. ”Kami akan terus mendukung karena panjat tebing merupakan salah satu dari 14 cabang prioritas pada grand design olahraga nasional,” kata Gatot.