Hijrahnya Neymar dari Nike ke Puma, terkait dengan sponsor, menghadirkan drama baru. Nike memutus kontrak sang bintang karena ada dugaan kasus pelecehan seksual yang terjadi lima tahun lalu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
NEW YORK, JUMAT — Perusahaan olahraga asal Amerika Serikat, Nike, akhirnya buka suara terkait pemutusan kontrak lebih awal dengan bintang Paris Saint-Germain, Neymar Jr, Agustus 2020 lalu. Neymar diduga telah melakukan pelecehan seksual terhadap salah satu karyawan perempuan Nike di sela-sela kegiatan komersial di New York, AS, pada 2016.
Setelah tidak lagi didukung oleh Nike, Neymar pun telah mengumumkan kerja sama dengan perusahaan olahraga asal Jerman, Puma, sebagai pemasok sepatunya di lapangan hijau sejak September 2020. Bersama Puma, Neymar menjadi pesepak bola dengan nilai kontrak termahal, yaitu 25 juta euro atau sekitar Rp 436,1 miliar per tahun. Nilai itu mengalahkan nilai kontrak Cristiano Ronaldo dengan Nike yang mencapai 16 juta euro (Rp 279,1 miliar) per tahun.
Nike membutuhkan waktu sekitar delapan bulan untuk mengungkapkan kronologis penghentian kontrak kemitraan dengan Neymar yang seharusnya baru kedaluwarsa pada akhir 2028. Menurut laporan The Wall Street Journal, Neymar pernah memaksa salah satu karyawan Nike untuk melakukan kegiatan seks di kamar hotel pemain tim nasional Brasil itu.
Korban ditugaskan untuk mengantar Neymar kembali ke penginapannya di salah satu hotel mewah di New York setelah aktivitas komersial bersama Nike pada 2016. Kondisi Neymar sudah mulai mabuk saat meninggalkan lokasi acara. Ketika tiba di kamar hotel, Neymar justru berusaha menghalangi korban keluar dan mengejarnya di lorong hotel. Padahal, pemain yang identik dengan nomor punggung 10 itu tengah tidak berpakaian.
Sang karyawan langsung menceritakan kejadian itu kepada beberapa teman dan sejumlah koleganya di Nike. Setelah mampu melewati masa-masa sulit sebagai korban pelecehan seksual, karyawan Nike itu pun akhirnya melayangkan surat resmi kepada Kepala Sumber Daya Manusia dan Penasihat Umum Nike pada 2018 agar melakukan proses hukum terhadap kasus yang menimpanya itu. Karyawan itu pun masih bekerja di Nike hingga saat ini.
”Nike mengahiri hubungan kemitraan dengan sang atlet (Neymar) karena ia menolak untuk bekerja sama dalam penyelidikan dengan maksud baik terkait dengan tuduhan tindakan asusila kepada seorang karyawan,” ucap Hilary Krane, penasihat umum Nike, dikutip dari The Wall Street Journal edisi Kamis (27/5/2021).
Nike mendukung korban
Krane menegaskan, sejak korban ingin menempuh jalur hukum, Nike mendukung penuh dan memfasilitasi semua kebutuhan korban. Untuk itu, Nike menyewa pengacara di Cooley LLP untuk memulai penyelidikan dan menuntut Neymar secara hukum pada 2019.
Pernyataan resmi Nike ini terasa amat lambat. Ketika rumor Nike memutus kontrak Neymar, Agustus 2020, pihak perusahaan seolah menutup diri dan tidak mau berkomentar. Krane mengungkapkan, pihaknya enggan berkomentar ketika itu karena belum ada bukti kuat dari peristiwa tersebut. Adapun setelah proses investigasi berjalan lebih dari satu tahun, Nike mulai menemukan bukti terkait dengan kasus itu.
”Nike, sebelumnya, belum bisa bicara secara substantif tentang masalah ini karena belum ada satu bukti kuat pun. Sebab, kami tidak akan membuat pernyataan yang menuduh tanpa memberikan fakta pendukung,” kata Krane.
Alhasil, sejak pertengahan 2019, Nike menghentikan segala aktivitas pemasaran yang melibatkan Neymar. Mereka akhirnya memutus kontrak sang pemain yang telah dikontrak Nike sejak usia 13 tahun itu. Sejak 2011, Neymar menerima bayaran sekitar 10 juta euro (Rp 174,4 miliar) per tahun dari Nike.
Kasus dugaan pelecehan seksual yang menimpa Neymar itu bukanlah yang kali pertama. Pada 2019, seorang model asal Brasil sempat menempuh jalur hukum dengan menuduh Neymar melakukan pemerkosaan di sebuah hotel di Paris.
Nike sejatinya telah menghubungi Neymar untuk membantu proses penyelidikan. Namun, langkah kooperatif yang berusaha ditempuh Nike ditolak Neymar.
Sang bintang asal Brasil membanmuatah se tuduhan itu. pun Saya tidak diberikan kesempatan membela diri. Saya tidak pernah punya hubungan atau pendekatan apa pun dengan orang ini. Saya bahkan tak punya kesempatan untuk berbincang dengannya dan mengetahui alasan sebenarnya dari rasa sakitnya,” kata Neymar di Instagram.
Kasus dugaan pelecehan seksual yang menimpa Neymar itu bukanlah yang kali pertama. Pada 2019, seorang model asal Brasil sempat menempuh jalur hukum dengan menuduh Neymar melakukan pemerkosaan di sebuah hotel di Paris, Perancis. Neymar berkilah tindakannya itu bukan pemerkosaan karena terjadi sesuai keinginan dan kesepakatan kedua belah pihak.
Hasilnya, otoritas Brasil yang menangani kasus itu membatalkan proses penyelidikan kasus tersebut. Setelah itu, pihak Neymar justru menuntut sang model dengan tuduhan fitnah, pemerasan, dan penipuan prosedural.
Otoritas Brasil yang menangani tiga dakwaan itu membatalkan kasus terkait dengan fitnah dan pemerasan karena tidak ada bukti. Di sisi lain, sang model sempat menjalani persidangan atas tuduhan penipuan prosedural. Pada 2020, majelis hakim akhirnya memutuskan bahwa sang model itu tidak bersalah dalam tuntutan kasus penipuan prosedural. (SAN)