Villarreal harus menunggu hampir seabad untuk mengakhiri impian meraih gelar juara. Maka, trofi juara Liga Europa menjadi perayaan besar bagi klub dari kota kecil yang hanya berpenduduk sekitar 50.000 jiwa itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
GDANSK, KAMIS — Seperti julukan ”Si Kapal Selam Kuning”, Villarreal adalah tim yang berisi mayoritas para pemain dan pelatih yang mulai tenggelam di klub mereka terdahulu. Pelatih Villarreal Unai Emery, misalnya, dianggap telah kehilangan daya magisnya setelah dipecat Arsenal pada November 2019. Namun, kehadiran mereka di Villarreal mampu menghadirkan prestasi terbaik bagi klub yang berusia 98 tahun itu.
Kerangka tim utama Villarreal di bawah asuhan Emery, yang mulai menangani klub pada akhir Juli 2020, berisi sejumlah pemain yang tersingkir dari tim sebelumnya, seperti Raul Albiol, Juan Foyth, Etienne Capoue, Paco Alcacer, dan Carlos Bacca. Bersama Emery, kelima pemain itu mampu membuktikan diri masih dapat bersaing di Liga Spanyol dan Eropa.
Selain mereka, Emery mampu mengembangkan potensi terbaik dari tiga pilar tim yang merupakan lulusan akademi Villarreal. Mereka adalah bek Pau Torres, gelandang Manu Trigueros, serta penyerang Gerard Moreno. Torres dan Albiol menjadi duet bek Spanyol terbaik di La Liga Spanyol musim ini. Penampilannya di Villarreal membawa Torres menyegel satu tempat utama di lini belakang tim nasional Spanyol pada Piala Eropa 2020.
Adapun Trigueros adalah pemain serba bisa di lini tengah Si Kapal Selam Kuning. Ia menjadi pemain dengan penampilan terbanyak bagi Villarreal. Trigueros tampil di 54 dari total 56 pertandingan yang dijalani Villarreal di musim 2020-2021.
Sementara itu, Moreno adalah sumber gol utama Villarreal. Pada musim ini, pemain berusia 29 tahun itu mencetak 30 gol dan 11 asis dari 46 penampilan. Salah satu gol Moreno merupakan gol tunggal Villarreal ke gawang Manchester United dalam laga final Liga Europa, Kamis (27/5/2021) dini hari WIB, di Stadion Energa, Gdansk, Polandia. Laga itu berakhir imbang, 1-1, dalam waktu normal. Villarreal lantas juara karena menang adu penalti.
Kolaborasi para pemain ”terbuang” dan lulusan akademi menjadi senjata yang mampu dimaksimalkan Emery untuk kembali menjuarai Liga Europa. Emery mengungkapkan, secara kualitas, skuad Villarreal memang tidak bisa mengimbangi kekuatan MU.
Menurut Transfermarkt, skuad Villarreal memiliki nilai pasar 247,7 juta euro (Rp 4,32 triliun), sedangkan akumulasi pemain MU bernilai 716,75 juta euro (Rp 12,5 triliun). Namun, semua pemain Villarreal, lanjutnya, bersedia bekerja keras sejak hari pertama latihan pada musim ini untuk mengejar prestasi.
”Sejak kami mampu menembus semifinal, semua pemain berlatih lebih keras. Mereka rela bangun pukul empat pagi karena kami memulai sesi latihan sejak pukul enam pagi. Inilah hasil yang kami dapatkan dan saya bangga dengan perjuangan mereka,” ujar Emery dilansir Sky Sports.
Ketika memastikan satu tempat di semifinal, Emery mengatakan, seluruh tim bertekad untuk mengakhiri kutukan semifinal di ajang Eropa. Sebelumnya, Villarreal paling jauh melaju ke babak empat besar yang terdiri dari tiga kali di Liga Europa/Piala UEFA serta satu kali berlaga di semifinal Liga Champions.
Liga Europa adalah trofi mayor perdana yang pernah diraih Si Kapal Selam Kuning. Villarreal menjadi tim ke-29 yang pernah merasakan gelar juara Liga Europa/Piala UEFA. Di kancah kompetisi domestik, prestasi tertinggi Villarreal ialah menduduki peringkat kedua pada liga edisi 2007-2008.
Bagi Emery, juara bersama Villarreal menjadikannya pelatih tersukses di Liga Europa. Emery adalah pelatih pertama yang mampu meraih empat trofi Liga Europa. Istimewanya, prestasi itu hanya diraih dalam kurun waktu delapan musim.
”Emery pantas mendapatkan kehormatan untuk nama baru trofi Liga Europa. Keberhasilannya meraih empat trofi adalah sebuah capaian luar biasa,” kata mantan gelandang MU, Owen Hargreaves, kepada BT Sport.
Kota terkecil
Trofi Liga Europa yang diraih Villarreal tidak hanya bermakna besar dalam hal bidang olahraga. Titel itu juga bermakna besar bagi kehidupan sosial budaya masyarakat kota Villarreal. Si Kapal Selam Kuning pun menjadi klub dari kota terkecil yang mampu meraih gelar juara di kompetisi antarklub Eropa.
Berada dalam wilayah Provinsi Castellon, yang merupakan salah satu provinsi di Komunitas Valencia, kota Villarreal hanya memiliki luas areal sekitar 55,1 kilometer persegi atau hampir setara dengan luas wilayah Jakarta Pusat yang seluas 47,9 km persegi.
Jumlah penduduk kota Villarreal hanya sekitar 50.000 jiwa. Sebagian penduduk kota pun sudah bisa ditampung oleh kapasitas stadion klub, yakni Stadion El Madrigal, yang berkapasitas sekitar 23.500 tempat duduk.
Masa Solskjaer di MU semakin berada di ujung tanduk setelah dalam 2,5 musim gagal mempersembahkan gelar. Laga final (Liga Europa) itu menunjukkan MU telah kehilangan identitas sebagai tim juara.
Oleh karena itu, Presiden Villarreal Fernando Roig menegaskan, keberhasilan timnya di Liga Europa adalah sebuah kebahagiaan terbesar yang pernah dirasakan penduduk kota. Apalagi, musim depan, Villarreal akan kembali menyambut para pemain terbaik di Eropa karena akan tampil di Liga Champions Eropa.
”Kami mendapatkan satu hari yang akan selalu dikenang masyarakat kota. Menjadi juara Liga Europa dan tampil di Liga Champions adalah sebuah langkah maju yang besar bagi Villarreal, baik dari sisi sepak bola maupun finansial,” kata Roig, sang pengusaha retail, dilansir laman UEFA.
Di ujung tanduk
Apabila Emery meraih pujian atas kemampuannya meraih empat trofi Liga Europa, kondisi sebaliknya dirasakan Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer. Sejak menangani MU pada Desember 2018, prestasi terbaik Solskjaer tercipta di musim ini, yakni menjadi runner-up di Liga Inggris dan Liga Europa.
Manajer asal Norwegia itu menjadi manajer ”Setan Merah” pertama yang menjalani lebih dari 150 laga tanpa meraih satu pun gelar trofi mayor. Solskjaer hanya kalah dari Dave Sexton (Juli 1977-April 1981) yang gagal mempersembahkan satu trofi setelah menjalani 201 pertandingan.
”Masa Solskjaer di MU semakin berada di ujung tanduk setelah dalam 2,5 musim gagal mempersembahkan gelar. Laga final (Liga Europa) itu menunjukkan MU telah kehilangan identitas sebagai tim juara,” tulis Kepala Editor Olahraga Telegraph Oliver Brown.
Sorotan tajam diberikan kepada Solskjaer, terutama karena tidak melakukan pergantian selama 100 menit. Padahal, selama 90 menit waktu normal, MU hanya mampu mencetak gol penyama kedudukan melalui sepakan Edinson Cavani pada menit ke-55.
Terlambatnya pergantian pemain membuat penampilan MU gagal berkembang sehingga Villarreal mampu menahan berbagai gempuran MU. Akhirnya, Setan Merah tumbang 10-11 dalam drama adu penalti.
Solskjaer berkilah, timnya tampil lebih baik di musim ini dibandingkan dua musim terdahulu. Ia pun optimistis MU akan kembali meraih trofi juara dalam waktu dekat.
”Jarak kami dengan gelar juara sudah semakin sedikit. Satu-satunya cara untuk menjangkau jarak itu ialah meningkatkan kualitas skuad ini dan bermain lebih baik,” ucap Solskjaer. (REUTERS)