Solskjaer Belum Mampu Hadirkan Mental Juara bagi MU
Manchester United gagal mengulangi prestasi saat menjadi juara Liga Europa musim 2016-2017. Di final edisi 2020-2021, ”Setan Merah” tumbang 10-11 dalam drama adu penalti setelah bermain imbang 1-1 selama 120 menit.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
GDANSK, KAMIS — Ketika datang untuk menggantikan Jose Mourinho pada Desember 2018, Ole Gunnar Solskjaer diharapkan menghadirkan permainan menyerang dan menghibur, yang tidak terlihat ketika Manchester United dilatih manajer asal Portugal itu. Solskjaer mampu mewujudkan harapan itu, bahkan di musim ini MU mampu mengakhiri Liga Inggris di peringkat kedua.
Namun, Solskjaer masih jauh di belakang Mourinho dalam urusan meraih trofi. Meskipun hanya menjalani 144 laga menjadi juru taktik ”Setan Merah”, Mourinho mampu mempersembahkan tiga trofi. Mourinho mampu memenangi tiga laga perebutan titel juara bersama MU. Itu merupakan sumbangan trofi terbanyak bagi seorang manajer MU seusai era Sir Alex Ferguson berakhir pada musim 2012-2013.
Adapun Solskjaer sudah menjalani laga ke-152 ketika MU menghadapi Villarreal di final Liga Europa, Kamis (27/5/2021) dini hari WIB, di Stadion Energa, Gdansk, Polandia. Dari jumlah laga, Solskjaer adalah pelatih yang paling lama mengabdi di Stadion Old Trafford dibandingkan empat nama terdahulu yang sempat menjadi pengganti Ferguson, yaitu David Moyes (51 laga), Ryan Giggs (4), Louis van Gaal (103), dan Mourinho.
Meskipun tampil dengan sepak bola menyerang, bahkan menciptakan rekor baru sebagai tim yang tidak terkalahkan di laga tandang Liga Inggris selama satu musim, Solskjaer terbukti belum memiliki ramuan yang ideal untuk menyuntikkan mental juara kepada skuadnya. Di final perdananya bersama MU, Solskjaer memang telah mengeluarkan komposisi pemain terbaik timnya untuk memenangi trofi Liga Europa. Namun, MU hanya ditahan imbang 1-1 di waktu normal, kemudian tumbang 10-11 dalam drama adu penalti.
”Sekarang bukan waktunya mencari kesalahan dari kegagalan ini. Namun, ketika mengakhiri musim ini tanpa trofi, kami tidak melakukan hal dengan benar,” ujar Solskjaer, dilansir laman UEFA.
Neil Lennon, mantan manajer Glasgow Celtic, menilai, banyak hal yang harus dibenahi Solskjaer agar timnya bisa mampu mengakhiri paceklik gelar. Menurut dia, penampilan hingga kekuatan mental MU di era Solskjaer belum menunjukkan sebagai sebuah tim yang memiliki tradisi juara.
”Mereka (MU) memang tengah di dalam proses untuk kebangkitan, tetapi proses menuju keberhasilan itu masih amat jauh,” ucap Lennon kepada BT Sport.
Meski begitu, penyerang MU, Marcus Rashford, masih percaya Solskjaer bisa menghadirkan trofi bagi MU di musim-musim berikutnya. Ia berjanji skuad MU tidak akan menyerah setelah kekalahan menyakitkan di final Liga Europa.
”Ketika Ole (Solskjaer) tiba, ada sebuah proses yang ia mulai. Kami percaya dengan proses ini. Kekalahan ini bukanlah akhir dari proses yang telah kami mulai dalam dua musim terakhir. Pemain dan manajer tidak akan menyerah untuk menghadirkan trofi,” kata Rashford.
Tampil menyerang
MU, yang memiliki nilai pasar skuad sekitar 716,75 juta euro (Rp 12,5 triliun), menurunkan permainan menyerang. Edinson Cavani, Rashford, Mason Greenwood, Bruno Fernandes, dan Paul Pogba diturunkan sejak menit awal. Solskjaer bahkan percaya penuh kepada 11 pemain utamanya karena tidak melakukan satu pun pergantian pemain selama 90 menit.
Penampilan menyerang Setan Merah tetap tidak mampu menembus permainan disiplin yang ditampilkan skuad Villarreal, yang hanya memiliki nilai pasar 247,7 juta euro (Rp 4,32 triliun). MU memang menguasai jalannya pertandingan, tetapi Villarreal yang mampu lebih dulu mencetak gol.
Penyerang Villarreal, Gerard Moreno, menjadi pemain pertama yang mencetak gol di Gdansk. Ia menyontek bola dari sepakan tendangan bebas yang dieksekusi Dani Parejo pada menit ke-29. Moreno dapat lolos dari penjagaan bek MU, Victor Lindelof. Gol Moreno itu adalah satu-satunya tembakan tepat sasaran yang dihasilkan skuad ”Si Kapal Selam Kuning” selama 120 menit laga.
Dengan penguasaan bola yang mencapai 60 persen di waktu normal, MU nyatanya hanya mampu mencetak gol penyama kedudukan lewat sepakan Cavani ketika babak kedua baru berjalan 10 menit. Gol itu pun berbau keberuntungan karena diawali tendangan keras Bruno Fernandes yang membentur pemain belakang Villarreal sehingga kiper Villarreal, Gino Rulli, telah salah langkah.
Setelah gol itu, praktis tidak ada peluang berbahaya yang diciptakan MU melalui proses permainan terbuka. Alhasil, laga harus ditentukan melalui tendangan adu penalti. Kepastian kemenangan Villarreal pun tercipta setelah kedua tim melakukan tendangan ke-11. Rulli mampu menaklukkan kiper MU, David de Gea, sebaliknya sepakan De Gea mampu ditepis oleh Rulli. Hal itu memastikan Villarreal meraih gelar mayor perdana sejak klub berdiri pada 10 Maret 1923.
Solskjaer menegaskan, timnya akan belajar dari kegagalan di Liga Europa. ”Kami telah semakin dekat dan semakin baik untuk bersaing meraih trofi. Satu hal yang perlu kami lakukan ialah terus meningkatkan tim agar semakin baik di musim depan,” kata manajer asal Norwegia itu.
Penantian satu dekade
Dengan meraih trofi Liga Europa, Villarreal akan menjadi tim kelima dari Liga Spanyol yang tampil di Liga Champions musim 2021-2022. Sebelumnya, Villarreal, yang finis di peringkat ketujuh di La Liga musim ini, hanya berhak meraih tiket ke musim perdana Liga Konferensi Eropa. Setelah Villarreal tampil di Liga Champions, maka tidak ada wakil Spanyol di Liga Konferensi Eropa edisi 2021-2022.
Bagi Villarreal, tampil di Liga Champions adalah terwujudnya impian selama satu dekade. Pasalnya, Si Kapal Selam Kuning terakhir kali tampil di fase grup Liga Champions musim 2011-2012.
”Musim depan ada lima tim Spanyol di Liga Champions. Itu adalah hal membanggakan bagi negara kami. Untuk Villarreal tampil di Liga Champions adalah langkah maju yang besar, baik dari sisi sepak bola maupun finansial,” ujar Presiden Villarreal Fernando Roig.
Pelatih Villarreal Unai Emery juga tidak menyembunyikan kegembiraannya bisa membawa Villarreal kembali tampil di Liga Champions. Berkat meraih trofi Liga Europa bersama Villarreal, Emery menjadi pelatih dengan jumlah trofi Liga Europa/Piala UEFA terbanyak, yaitu empat trofi. Ia melampaui catatan pelatih legendaris Italia, Giovanni Trapattoni, yang telah meraih tiga trofi Piala UEFA.
”Saya ingin memenangi trofi Liga Europa, tetapi saya lebih menginginkan kami bermain di Liga Champions. Klub ini akhirnya akan tampil lagi di Liga Champions dan kami akan menikmati pengalaman kami itu di musim depan,” ucap Emery. (REUTERS)