Dua tim pendamba trofi, Villarreal dan Manchester United, akan berduel pada final Liga Europa, Kamis WIB. Villarreal berpeluang mendapatkan trofi mayor pertama dalam 98 tahun, sedangkan MU ingin mengakhiri puasa gelar.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
GDANSK, SELASA — Pelatih Villarreal Unai Emery adalah juru taktik dengan jumlah trofi terbanyak di ajang Liga Europa. Oleh karena itu, Emery amat berambisi mengalahkan Manchester United pada laga final yang berlangsung di Stadion Energa, Gdansk, Polandia, Kamis (27/5/2021) dini hari WIB, demi menjaga kekuasaannya di kompetisi antarklub Eropa tersebut.
Sejak Piala UEFA melakukan perubahan nama menjadi Liga Europa pada musim 2009-2010 tidak ada pelatih yang mampu membawa tim asuhannya menembus partai puncak dalam tiga musim beruntun, kecuali Emery. Pelatih asal Spanyol beretnis Basque itu membawa Sevilla menjadi juara pada edisi 2014 hingga 2016.
Emery sempat pula membawa Arsenal bermain di laga final. Hanya saja, tim berjuluk ”Si Meriam” itu tumbang 1-4 dari sesama tim asal London, Chelsea, pada final 2019 yang berlangsung di Baku, Azerbaijan.
Mengalahkan MU adalah harga mati bagi Emery. Pertama, juara di Liga Europa akan membantu Villarreal menyegel satu tiket di Liga Champions musim depan. Setelah hanya mampu finis di peringkat ketujuh Liga Spanyol musim ini, Villarreal berkesempatan mendapatkan jalan pintas untuk kembali ke Liga Champions sebagai juara Liga Europa. Terakhir kali tim berjuluk ”Kapal Selam Kuning” in berkontestasi pada fase grup Liga Champions musim 2011-2012.
Liga Europa akan menjadi gelar paling bergengsi dalam sejarah Kapal Selam Kuning. Pasalnya, Villarreal baru mendapatkan dua gelar Piala Intertoto edisi 2003 dan 2004 sepanjang 98 tahun berdiri.
Selain bagi klub, juara di musim ini akan memberikan makna besar bagi pribadi Emery. Apabila mampu kembali mengangkat trofi Liga Europa, Emery akan menjadi pelatih tersukses di Liga Europa dan Piala UEFA. Dengan menghitung Piala UEFA yang mulai digulirkan pada 1972, jumlah tiga trofi yang telah dikoleksi Emery serupa dengan milik pelatih legendaris asal Italia, Giovanni Trapattoni.
Mantan pelatih yang kini berusia 82 tahun itu membawa Juventus menjadi juara Piala UEFA edisi 1976-1977 dan 1992-1993, kemudian satu kali mempersembahkan trofi Piala UEFA untuk Inter Milan pada musim 1990-1991.
Menurut Emery, tingkat kesulitan Liga Europa semakin tinggi di setiap musimnya karena semakin banyak tim yang menginginkan trofi Liga Europa. Ia menyatakan, tidak mudah baginya untuk mengulangi capaian bersama Sevilla karena sejumlah tim besar Eropa di setiap musimnya selalu tampil sungguh-sungguh untuk juara, misalnya Manchester United dalam dua musim terakhir.
Dalam final nanti, kedua tim akan memiliki momen untuk mencetak gol, tetapi sang pemenang adalah tim yang mampu memanfaatkan setiap momen itu dan menghindari kekeliruan.
”MU tidak terbayangkan sebelumnya bermain di kompetisi ini dan beberapa musim terakhir amat menginginkan trofi ini. Dalam final nanti, kedua tim akan memiliki momen untuk mencetak gol, tetapi sang pemenang adalah tim yang mampu memanfaatkan setiap momen itu dan menghindari kekeliruan,” ujar Emery kepada Marca.
Ketika disinggung terkait dengan kekalahannya dari Chelsea di final 2019, Emery pun mengatakan, dirinya telah melupakan laga itu. Ia mengungkapkan, tiga kemenangan di final bersama Sevilla menjadi bekalnya untuk kembali mengejar kemenangan di laga final kelima.
”Anda belajar lebih banyak dari kemenangan karena akan kembali menyaksikan dan menganalisis pertandingan itu. Sementara itu, final melawan Chelsea adalah pertandingan yang tidak pernah saya analisis ulang. Sebab, saya senang dengan bagaimana kami menyiapkan diri dan saya menerima Chelsea tampil lebih baik dari kami pada babak kedua,” kata Emery yang telah mendapatkan delapan trofi saat melatih Sevilla dan Paris Saint-Germain.
Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer mengakui Emery adalah seorang pemenang. Setelah sempat menjalani periode sulit bersama Arsenal, lanjut Solskjaer, Emery telah kembali menunjukkan tangan dinginnya bersama Villarreal.
”Ia telah bangkit bersama Villarreal, Anda bisa menyaksikannya mereka adalah unit yang kuat, tim yang bekerja keras satu sama lain, serta membuka ruang bagi kecemerlangan teknik individu. Bagi saya, menang atau kalah di final, Emery adalah sosok yang paling saya hormati,” ujar manajer berkebangsaan Norwegia itu kepada UEFA.com.
Penyempurna capaian
Lebih lanjut, Solskjaer menilai gelar Liga Europa akan menyempurnakan penampilan MU musim ini. Solskjaer mampu membawa MU mengakhiri Liga Inggris musim ini di posisi kedua setelah terakhir kali menduduki peringkat itu pada musim 2017-2018. Itu adalah capaian terbaik yang mampu dihadirkan Solskjaer sejak menangani MU pada akhir 2018.
”Jika mampu memenangi trofi, musim ini berjalan fantastis bagi kami. Saya akan menikmati malam final nanti, apa pun hasilnya,” kata Solskjaer.
Penyerang MU, Marcus Rashford, menegaskan, trofi Liga Europa adalah capaian yang bisa melengkapi perjalanan MU musim ini. ”Mungkin memenangi trofi Liga Europa ini dapat memberikan dorongan yang kami butuhkan untuk mengembalikan tradisi yang selalu berjuang memenangi titel setiap musim,” ucap Rashford.
Keinginan ”Setan Merah” untuk mengulangi prestasi pada musim 2016-2017, yang menjuarai Liga Europa saat dilatih Jose Mourinho, akan sedikit menjalani jalan terjal. Bek andalan sekaligus kapten Harry Maguire dipastikan tidak bisa tampil karena masih mengalami cedera.
Dalam partai puncak di Gdansk, Asosiasi Sepak Bola Uni Eropa (UEFA) memberikan jatah sekitar 2.100 untuk setiap pendukung kedua kontestan. Selain para pendukung, Villarreal dan MU mendapatkan dukungan moral dari dua sosok berpengaruh. Villarreal akan didampingi oleh sang presiden Fernando Roig, sedangkan ”Setan Merah” hadir bersama sosok legenda hidup, Sir Alex Ferguson. (REUTERS)