Verstappen Pengusik Sejati Hamilton
Max Verstappen benar-benar menjadi pengusik dominasi Lewis Hamilton dengan merebut puncak klasemen Formula 1 setelah memenangi balapan seri Monaco.

Pembalap Red Bull Max Verstappen duduk di atas mobil balapnya setelah menjuarai Formula 1 Seri Monaco, Minggu (23/5/2021).
MONTE CARLO, MINGGU Saat petenis putri peraih 23 Grand Slam Serena Williams mengibarkan bendera finis, Monte Carlo menjadi milik Max Verstappen, Minggu (23/5/2021). Ini podium serta kemenangan pertamanya di F1 seri Monaco. Jalan Verstappen mulus menyusul gagal start yang dialami Charles Leclerc dan kerusakan roda Valtteri Bottas.
Posisi kedua diraih oleh pebalap Ferrari Carlos Sainz Junior dan podium ketiga diraih Lando Norris dari McLaren.
“Sangat istimewa menang di sini, podium pertama saya di sini. Anda perlu fokus, anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi tetapi semua ini tergantung pada pengelolaan ban. Para pebalap lain lebih awal (melakukan pitstop) yang semakin mempermudah saya,” ungkap Verstappen.
Dengan tambahan 25 poin, Verstappen memuncaki klasemen pebalap dengan 105 poin. Dia menggusur Hamilton yang turun ke posisi kedua dengan 101 poin. Hamilton yang finis di posisi ketujuh, hanya bisa melawan dengan mencetak putaran tercepat. Persaingan kedua pebalap ini menjadi penyegar balapan F1 musim ini.
Bahkan, dalam empat seri sebelumnya, mereka selalu terlibat persaingan ketat, terutama usai start. Hamilton menilai, agresivitas Verstappen saat menyalip dirinya setelah start karena pebalap Belanda itu perlu membuktikan sesuatu.

Pembalap tim Red Bull Max Verstappen melaju pada F1 seri Monaco di sirkuit jalanan Monaco, Minggu (23/5/2021). Verstappen menjadi juara pada ajang tersebut.
Namun, komentar Hamilton itu dinilai oleh Kepala Tim Red Bull Christian Horner, menunjukan, Verstappen mengusik Hamilton. Opini Horner itu tidak berlebihan, karena setelah Nico Rosberg, tidak ada yang bisa menekan pebalap Mercedes itu seketat Verstappen.
Dengan selisih poin yang sangat ketat antara Verstappen dan Hamilton hingga seri kelima musim 2021 ini, gelar juara bisa ditentukan hingga seri terakhir. Kondisi ini memperbesar tantangan Hamilton untuk |menancapkan sejarah baru dengan meraih gelar juara kedelapan F1.
Baca juga : Verstappen, Pebalap Tercepat di F1 Monako
Balapan ini berlangsung mulus bagi Verstappen yang memimpin sejak awal lomba. Dia melakukan pitstop yang cepat sehingga menjaga posisinya di depan. Sebaliknya, pebalap Mercedes Valtteri Bottas kehilangan posisi kedua di lap ke-31 menyusul kerusakan mur pengunci roda saat melakukan penggantian ban.
Ini kekecewaan besar bagi Bottas yang berada di posisi kedua dan menjalani akhir pekan ini dengan meyakinkan, jauh lebih baik dari Hamilton. Satu lap sebelumnya, Hamilton menjalani pitstop dengan mulus, saat mengganti dengan ban berkompon keras. Namun, dia tidak bisa menerapkan undercut, dan tetap berada di posisi ketujuh, di belakang pebalap Alpha Tauri Pierre Gasly.

Pembalap tim Red Bull Max Verstappen memimpin balapan dan diikuti pebalap tim Mercedes Valtteri Bottas pada F1 seri Monaco di sirkuit jalanan Monaco, Minggu (23/5/2021). Verstappen menjadi juara pada ajang tersebut.
Nasib Buruk Leclerc
Balapan ini juga tidak berjalan mulus bagi tim Ferrari, karena peraih posisi start terdepan Charles Leclerc tidak bisa start karena kerusakan batang penggerak atau yang biasa disebut kopel sebelah kiri. Leclerc selalu tidak beruntung di Monte Carlo, di kampung halamannya Monaco. Pada 2018, saat membela Alfa Romeo dia mengalami kecelakaan akibat kerusakan rem. Pada musim 2019, Leclerc kembali gagal finis menyusul manuver yang terlalu berani saat berusaha mendahului Nico Hulkenberg. Mobil Ferrari-nya melintir dan kemudian mengalami pecah ban belakang.
Akhir pekan ini, kerusakan batang kemudi kiri diduga akibat kecelakaan pada akhir sesi kualifikasi, di mana Leclerc meraih pole position. Awalnya, kerusakan yang dikhawatirkan adalah girboks, karena jika mengganti komponen itu, dia akan mundur lima posisi start sebagai hukuman.
Baca juga : Ferrari Menghadapi Dua Mata Pisau
Girboks dinyatakan tidak rusak setelah pengecekan mendalam oleh tim mekanik Ferrari. Namun, beberapa menit menjelang start, Leclerc tidak muncul karena mengalami kerusakan batang penggerak. “Charles tidak akan start balapan karena masalah dengan batang penggerak kiri yang tidak mungkin diperbaiki tepat waktu untuk start balapan,” tulis pernyataan Ferrari.
“Segera setelah saya merasakan masalah, itu tidak berasal dari girboks, itu dari bagian lain. Kami melakukan pengecekan lagi untuk memahami dari mana itu berasal. Saya merasa dari belakang kiri, tetapi saya tidak yakin bagian apa itu,” ungkap pebalap berusia 23 tahun itu.

Pebalap tim Ferrari Charles Leclerc
Menurut Leclerc, dirinya tidak bisa berbicara banyak, karena yang dia tahu masalahnya bukan dari girboks tetapi dari belakang kiri mobil. "Apakah itu terkait dengan kecelakaan atau tidak, perlu diperiksa lebih dalam,” ungkap Leclerc.
“Berada di garasi sangat sulit untuk merasa oke. Namun, sayangnya saya sudah terbiasa dengan perasaan itu di sini, saya tidak pernah finis di sini. Saya juga merasakan yang dirasakan tim, para mekanik melakukan pekerjaan yang sangat bagus kemarin. Semuanya terlihat baik. Ini sesuatu yang sangat disayangkan,” kata Leclerc.
Meskipun Leclerc gagal start, Ferrari masih bisa tersenyum dengan posisi kedua yang diraih oleh Carlos Sainz Junior. Ini podium pertama Ferrari musim ini, sekaligus pencapaian terbaik Sainz bersama im barunya itu. Pencapaian ini sekaligus sinyal positif kebangkitan Ferrari yang musim lalu terpuruk akibat kemerosotan performa SF1000.
“Sebelum datang ke sini, jika anda mengatakan saya finis kedua, saya akan mengambil itu. Ketika saya mengingat kembali akhir pekan ini saya akan senang dan bangga, dan saya pikir Ferrari seharusnya bangga dengan mobil,” ungkap Sainz.

Pembalap Ferrari Carlos Sainz Jr dalam Formula 1 Seri Monaco, Minggu (23/5/2021).
“Saya merasa bagus dengan mobil hari ini dan saya merasa tim pantak mendapat podium hari ini,” lanjut Sainz.
Mantan rekan setim Sainz di McLaren, Lando Norris, finis di posisi ketiga dan menempatkan dirinya di urutan ketiga klasemen. Dia mengumpulkan 56 poin dan menggusur Bottas yang turun ke posisi empat.
“Saya tidak tahu harus mengatakan apa, saya tidak berkipir akan berdiri di sini. Berada di podium di sini selalu menjadi mimpi. Sedikit keberuntungan, saya ingin mengatakan balapan yang bagus dan mobil yang bagus terimakasih kepada seluruh orang di tim,” ujar Norris.
Keunikan Monte Carlo
Kejutan-kejutan seperti akhir pekan ini, beberapa kali terjadi di Monaco, oleh karena itu Monte Carlo menjadi spesial. Tantangan di sirkuit ini juga sangat tinggi, karena lintasan sempit sehingga membutuhkan konsentrasi tinggi dari start hingga finis, lengah sedikit saja bisa membuat poin melayang. Ayrton Senna pernah sekelebatan hilang konsentrasi pada 1998 dan keluar dari balapan yang dia pimpin hingga selisih waktu 50 detik.
Kondisi sirkuit yang sempit juga meminimalkan peluang mendahului, sehingga startegi pitstop sangat penting untuk menjaga posisi maupun memperbaiki posisi. Taktik itu tidak berhasil bagi Hamilton akhir pekan ini.

Pebalap tim Mercedes Lewis Hamilton melaju pada F1 seri Monaco di sirkuit jalanan Monaco, Minggu (23/5/2021). Hamilton finis di posisi ketujuh.
Karakter unik sirkuit jalan raya Monte Carlo itulah yang membuat posisi start terdepan sangat penting untuk memenangi balapan. Sejak 1950, hanya ada 10 kemenangan yang diraih dari luar posisi start tiga besar. Sedangkan pebalap dengan posisi start terdepan memenangi 13 balapan dari 20 seri terakhir di Monaco, termasuk Lewis Hamilton pada 2019.
Pebalap Mercedes itu juga pernah menang di Monaco dari posisi start ketiga pada 2008 dan 2016. Pada 2008 dan 2016, pole position ditempati oleh Felipe Massa (Ferrari) dan Daniel Ricciardo saat membela Red Bull.
Sedangkan kemenangan yang diraih dari luar posisi start lima besar, hanya pernah terjadi tiga kali dalam sejarah Monaco. Kemenangan paling legendaris terjadi pada 1996, saat pebalap Ligier-Mugen-Honda, Olivier Panis, finis terdepan dari posisi start ke-14, start terendah yang memenangi balapan dalam sejarah F1. Pada balapan itu, hanya ada tiga pebalap yang menyelesaikan balapan yang berlansung dalam kondisi trek basah.