Tottenham Hotspur menjadi tim yang paling bergejolak di Liga Inggris musim ini. Tidak hanya terancam gagal tampil di Eropa musim depan, Spurs berpotensi kehilangan pemain terbaik yang ingin pergi demi meraih trofi.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, KAMIS — Perjalanan Tottenham Hotspur di musim ini ibarat sebuah rollercoaster. Sempat menjadi pesaing gelar juara dengan menduduki peringkat pertama Liga Inggris pada periode November hingga Desember 2020, jelang akhir musim Spurs justru terancam tidak akan berlaga di kompetisi antarklub Eropa musim depan seusai dikalahkan Aston Villa, 1-2, pada laga pekan ke-37 Liga Inggris, Kamis (20/5/2021) dini hari WIB.
Dengan menyisakan satu pertandingan di musim 2020-2021, Spurs masih berada di peringkat ketujuh yang bisa meraih tiket untuk tampil di musim pembuka Liga Konferensi Eropa. Selain itu, ”Si Lili Putih” juga masih bisa berharap naik ke posisi keenam yang menjadi batas untuk kembali bermain di Liga Europa edisi 2021-2022. Namun, syaratnya Spurs harus mengalahkan Leicester City pada laga terakhir, Minggu (23/5/2021), serta West Ham, yang berada di urutan keenam, tumbang dari Southampton di kandang.
Dengan kondisi itu, Spurs yang memiliki 59 poin bisa menyamai perolehan 62 poin milik West Ham. Meski poin kedua tim akan sama, Spurs dipastikan unggul selisih gol atas West Ham. Spurs memiliki selisih 21 gol, sedangkan West Ham hanya mencatatkan selisih 12 gol di musim ini.
Laga melawan Leicester adalah pertandingan besar bagi kedua tim. Kami ingin mempersiapkan diri semaksimal mungkin demi menutup musim dengan kemenangan.
”Laga melawan Leicester adalah pertandingan besar bagi kedua tim. Kami ingin mempersiapkan diri semaksimal mungkin demi menutup musim dengan kemenangan,” kata manajer sementara Spurs, Ryan Mason.
Berjuang keras untuk sekadar mendapatkan tiket ke kompetisi antarklub Eropa tentu tidak dibayangkan oleh pemain dan pendukung Spurs apabila melihat performa klub di paruh pertama musim ini. Meskipun memulai musim dengan kekalahan 0-1 dari Everton di laga pembuka, Spurs tampil brilian untuk mencatatkan 11 kemenangan tak terkalahkan. Kondisi itu membuat Spurs merasakan berada di puncak klasemen selama empat pekan Liga Inggris.
Namun, memasuki musim dingin, penampilan Si Lili Putih seakan membeku. Puncaknya, Spurs terlempar dari posisi empat besar setelah tumbang 0-1 dari Brighton & Hove Albion di pekan ke-21, 31 Januari lalu. Setelah itu, Spurs hanya mampu mencapai posisi tertinggi di peringkat kelima dan harus menutup impian juara pada bulan Februari. Kans lolos ke Liga Champions pun memudar pada awal Mei lalu setelah tumbang 1-3 dari Leeds United di pekan ke-35.
Penyesalan pendukung Spurs semakin memuncak setelah tim kesayangannya juga tumbang 0-1 dari Manchester City di final Piala Liga, 25 April lalu. Padahal, momen bermain kembali di Stadion Wembley itu adalah kesempatan terbaik untuk mengakhiri paceklik trofi sejak musim 2007-2008.
Banyak pihak menilai keputusan CEO Tottenham Hotspur Daniel Levy memecat Jose Mourinho enam hari sebelum final Piala Liga menjadi salah satu biang kegagalan Spurs kembali meraih gelar juara. Seusai laga melawan Aston Villa, yang menjadi momen pertama pendukung Spurs bisa langsung hadir di stadion pada musim ini, menjadi ajang bagi fans untuk meluapkan kekesalan kepada Levy. Sekitar 10.000 pendukung Si Lili Putih menyoraki Levy dan meneriakkan yel ”Levy out” di akhir laga.
Mourinho pun mengungkapkan ada kesalahan dari manajemen Spurs dalam mengelola klub. Oleh karena itu, lanjut Mourinho, hal itu berdampak bagi performa tim di lapangan.
”Bukan masalah taktik atau strategi yang dibutuhkan tim ini. Saya pikir kami (Spurs) telah memiliki masalah di dalam tim selama bertahun-tahun yang tidak bisa saya selesaikan sendiri sebagai seorang pelatih,” kata Mourinho seusai Spurs ditahan imbang Newcastle United, 2-2, 4 April lalu. Selang 15 hari setelah mengeluarkan pernyataan itu, manajer yang telah meraih 25 trofi itu dipecat Spurs.
Ancaman eksodus
Di tengah kondisi internal yang tidak kondusif, Spurs berpotensi ditinggalkan pemain utama, terutama sang mesin gol utama, Harry Kane. Meskipun belum berbicara langsung kepada Levy, pencetak gol terbanyak dalam sejarah Spurs dengan sumbangan 220 gol itu telah menyampaikan kepada publik mengenai keinginannya untuk hengkang. Kane pun secara emosional melakukan lap of honour kepada pendukung Spurs seusai laga kandang terakhir musim ini kontra Aston Villa. Selain bertepuk tangan ke arah tribune penonton, kapten tim nasional Inggris itu sesekali menyeka matanya yang berkaca-kaca.
Kane mulai bersikap realistis jelang menginjak usia 28 tahun pada 28 Juli nanti. Ia butuh bermain di level kompetisi tertinggi, terutama Liga Champions. Adapun Spurs dipastikan absen di kompetisi antarklub paling bergengsi di Eropa dalam dua musim beruntun.
”Saya tidak ingin mengakhiri karier dengan meninggalkan banyak penyesalan. Saya tidak takut mengatakan bahwa saya ingin berada di level (Cristiano) Ronaldo dan (Lionel) Messi yang setiap musim meraih trofi serta mencetak 50, 60, dan 70 gol secara konsisten,” kata Kane kepada legenda Manchester United, Gary Neville, dalam acara The Overlap yang ditayangkan di akun Youtube Neville.
Selain Kane, sejumlah pemain penting Spurs, seperti Hugo Lloris, Son Heung-min, Eric Dier, dan Pierre-Emile Hojbjerg, tidak akan menutup mata apabila tawaran dari klub besar Eropa datang kepada mereka. Lloris pun telah menolak tawaran perpanjangan kontraknya yang akan kedaluwarsa pada 30 Juni 2022. Dilansir Marca, Son menjadi salah satu pemain incaran Real Madrid di musim panas ini, sedangkan Dier dan Hojbjerg menjadi buruan utama Mourinho yang akan menangani AS Roma di musim 2021-2022.
Di tengah ancaman eksodus itu, Levy justru tidak mau terlalu ambil pusing. Ia menekankan, fokus utamanya ialah mencari manajer baru. Menurut Sky Sports, sejumlah nama yang dipertimbangkan Levy ialah Manajer Leicester City Brendan Rodgers, Pelatih Tim Nasional Belgia Roberto Martinez, dan mantan Pelatih RB Leipzig Ralf Rangnick.
”Di akhir musim, kami berkonsentrasi untuk terlebih dahulu mencari manajer baru. Sosok itu harus mampu menghadirkan sepak bola menyerang dan menghibur serta melanjutkan semangat untuk mempromosikan pemain muda dari akademi kami,” ujar Levy dilansir laman klub. (AFP)