Stephen Curry menuju gelar MVP ke-3 pada usia 33 tahun. Performa individu musim ini meninggikan kans Curry, tetapi hasil dari penampilan tim menjatuhkannya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
HARRY HOW / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / AFP
Pemain Golden State Warriors, Stephen Curry (kiri), berhadapan dengan pemain Los Angeles Lakers, LeBron James, dalam pertandingan NBA antara Warriors kontra Lakers di Staples Center, Los Angeles, dalam arsip foto tanggal 17 Januari 2021. Curry baru saja diumumkan masuk sebagai satu dari tiga finalis Most Valuable Player NBA 2021, bersanding dengan Nikola Jokic (Nuggets) dan Joel Embiid (76ers).
Ikon Golden State Warriors, Stephen Curry, baru saja diumumkan masuk sebagai satu dari tiga finalis Most Valuable Player (MVP) NBA, bersanding dengan Nikola Jokic (Nuggets) dan Joel Embiid (76ers). Kehadiran Curry dalam daftar pemain terbaik musim reguler 2020-2021 mengundang apresiasi, sekaligus kontroversi.
Segudang pertanyaan dilemparkan legenda hidup NBA, Charley Barkley, ketika berdiskusi di acara NBA TNT pada Jumat (21/5/2021) WIB. Dia kurang setuju dengan keberadaan Curry dalam finalis MVP. ”Bagaimana dia berada di sana, sementara timnya masih berada di turnamen play in?” tanya Barkley.
Bagi Barkley, seorang kandidat MVP seharusnya bisa membawa timnya berprestasi. Dalam musim reguler, tim tersebut minimal lolos playoff dengan menjadi salah satu unggulan di wilayahnya. Tidak seperti Curry yang belum tentu bisa membawa Warriros lolos playoff.
Standar Barkley jelas. Dia becermin pada dirinya sendiri. Mantan pemain Phoenix Suns ini pernah memenangi MVP pada 1993, mengalahkan Michael Jordan. Ketika itu, dia meraih MVP karena penampilan individu memukau, juga Suns yang berada di posisi teratas Wilayah Barat.
AP PHOTO/JEFF CHIU
Reaksi pemain Golden State Warriors, Stephen Curry, setelah berhasil melakukan lemparan tiga angka dalam pertandingan melawan Memphis Grizzlies di San Francisco, Minggu (16/5/2021). Curry baru saja diumumkan masuk sebagai satu dari tiga finalis MVP NBA, bersanding dengan Nikola Jokic (Nuggets) dan Joel Embiid (76ers).
Standar itu pula yang tecermin pada dua kandidat lain. Baik Embiid maupun Jokic sudah pasti membawa timnya masing-masing lolos playoff. Embiid membawa 76ers memuncaki Wilayah Timur, sedangkan Jokic mengantar Nuggets sebagai unggulan ketiga Wilayah Barat.
Saya setuju jika dikatakan Curry bermain hebat musim ini. Namun, dia belum pantas berada di sana karena timnya belum masuk playoff. Saya lebih memilih posisi itu diisi Chris Paul yang mampu mengangkat Suns musim ini.
”Saya setuju jika dikatakan Curry bermain hebat musim ini. Namun, dia belum pantas berada di sana karena timnya belum masuk playoff. Saya lebih memilih posisi itu diisi Chris Paul yang mampu mengangkat Suns musim ini,” jelas Barkley.
Terlepas dari pernyataan Barkley, memang tidak ada yang bisa menampik kehebatan individu Curry musim ini. Bahkan pemain berjuluk ”Sang Raja” LeBron James menilai sang rival adalah MVP sebenarnya musim ini.
Curry memainkan musim terbaiknya pada usia 33 tahun. Senin lalu, dia baru saja memastikan diri sebagai pencetak angka terbanyak musim ini dengan catatan rata-rata 32 poin per gim (ppg). Anak dari mantan penembak jitu Charlotte Hornets, Dell Curry, ini menjadi pemain tertua yang meraih gelar tersebut setelah Michael Jordan bersama Chicago Bulls pada usia 35 tahun.
KEVIN C. COX/GETTY IMAGES/AFP
Pemain Golden State Warriors, Stephen Curry, mengangkat trofi juara kontes lemparan tiga angka NBA All Star 2021 di Atlanta, Minggu (7/3/2021). Curry baru saja diumumkan masuk sebagai satu dari tiga finalis MVP NBA 2021, bersanding dengan Nikola Jokic (Nuggets) dan Joel Embiid (76ers).
Rekor-rekor baru pun lahir. Dia mencatat rata-rata lemparan tiga poin terbanyak sepanjang sejarah NBA, 5,3 kali per gim. Termasuk memecahkan rekor pribadinya ketika membuat 62 poin pada laga kontra Portland Trail Blazers, Januari 2021.
Tak ayal, pengamat NBA ternama, Stephen A Smith, menyebut Curry sebagai pemain terbaik di dunia dalam tiga bulan terakhir. ”Dia adalah penembak terbaik yang pernah ada di planet ini, dan dalam tiga bulan terakhir dia bermain seperti pebasket terhebat di dunia,” ucapnya dalam acara ESPN.
Kepantasan Curry
Curry dinilai pantas berada di jajaran kandidat MVP karena mempunyai performa identik dengan musim 2015-2016. Musim di mana dia meraih MVP dengan kemenangan mutlak, tanpa satu suara pun berpihak kepada kandidat lain.
Kemenangan mutlak pada 2016 tersebut baru pertama kali terjadi selama pemilihan MVP. Yang artinya, Curry sangat dominan pada musim itu. Sampai-sampai tidak ada satu pun yang memilih kandidat lain, James dan Kawhi Leonard.
Musim itu, Curry menghasilkan rata-rata 30,1 poin; 6,7 asis; dan 5,4 rebound. Musim ini, pemain eksentrik ini memproduksi rata-rata 32 poin; 5,8 asis; dan 5,5 rebound. Efektivitas tembakan (eFG%) dalam kedua musim ini sama-sama di atas 60 persen, angka efektivitas yang sangat tinggi di NBA.
AP PHOTO/RICK BOWMER
Reaksi pemain Golden State Warriors, Stephen Curry, setelah berhasil melakukan lemparan tiga angka dalam pertandingan melawan Utah Jazz di Salt Lake City, Minggu (24/1/2021). Curry baru saja diumumkan masuk sebagai satu dari tiga finalis MVP NBA, bersanding dengan Nikola Jokic (Nuggets) dan Joel Embiid (76ers).
Dari sisi narasi, pemenang dua gelar MVP ini bahkan lebih istimewa. Banyak yang ragu kepada Curry di awal musim karena harus bermain tanpa duet terbaiknya Klay Thompson. Duet ini merupakan pondasi kehebatan Warriors sebelumnya.
Keraguan itu tidak terbukti. Curry ternyata mampu menopang tim ini sendirian. Banyak sekali potongan gambar di media sosial yang memperlihatkan Curry dijaga dua sampai empat pemain sekaligus, tetapi dia tetap bisa mencapai catatan spesial seperti 2016.
Perbedaannya hanya Warriors memuncaki Wilayah Barat dengan rekor kemenangan terbaik sepanjang masa, 73-9, pada 2016. Sementara itu, tim asuhan pelatih Steve Kerr ini hanya finis pada peringkat ke-8 dengan rekor pas-pasan, 39-33, dalam kompetisi yang lebih singkat musim ini.
Peraih satu gelar MVP Shaquille O’Neal menilai, peringkat tim sama sekali tidak relevan dengan penghargaan ini. Sebab, MVP adalah penghargaan individu. Sementara itu, peringkat tim tidak lepas dari kerja sama semua pemain.
AP PHOTO/RICK BOWMER
Pemain Golden State Warriors, Stephen Curry, duduk di kursi pemain saat pertandingan melawan Utah Jazz di Salt Lake City, Minggu (24/1/2021). Curry baru saja diumumkan masuk sebagai satu dari tiga finalis MVP NBA, bersanding dengan Nikola Jokic (Nuggets) dan Joel Embiid (76ers).
”Ada pemain yang tampil hebat dalam tim yang buruk (seperti Curry). Dan banyak pemain yang terbantu lebih baik bersama tim bagus, karena itu bisa dapat kemenangan lebih banyak. Yang saya pahami adalah MVP pengarhagaan untuk pemain terbaik. Saya memilih Curry karena dialah yang terbaik,” ucap O’Neal.
Sebagai pembanding, skuad Warriors musim lalu merupakan juru kunci ketika Curry dan Thompson nyaris absen sepanjang musim. Skuad itu terangkat sebagai tim papan tengan musim ini berkat Curry.
Penampilan pemain Warriors lain, Andrew Wiggins dan Draymond Green, sebenarnya cukup baik. Namun, tim yang menjuarai tiga gelar NBA pada dekade lalu tersebut hanya akan jadi pesakitan tanpa Curry, seperti yang terbukti musim lalu.
Lalu apakah performa individu saja cukup untuk memenangi MVP? Jawabannya cukup. Sejarah itu pernah dibuktikan dengan kemenangan Russel Westbrook pada 2017. Saat itu, Westbrook hanya membawa Oklahoma City Thunder finis di peringkat ke-6, posisi yang tidak terlalu spesial.
AP/ERIC CHRISTIAN SMITH
Pemain Oklahoma City, Thunder Russell Westbrook.
Bukan tidak mungkin, Curry menuju kisah triloginya bersama gelar MVP. Namun, sebelum itu, pemain kecil ini harus lebih membuktikan diri di babak play in melawan Memphis Grizzlies pada Sabtu pagi.
Warriors akan lolos ke playoff jika menang. Sebaliknya jika kalah, Warriors akan kehilangan tiket playoff, yang hampir pasti dikuti hilangnya kans Curry meraih gelar MVP ketiga. (AP)