Di tangan Derrick Michael, Indonesia punya harapan melahirkan pebasket pertama yang bermain dalam NBA. Namun, tantangan besar sudah menanti remaja berbakat tersebut.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Sekitar setahun lalu, Februari 2020, bocah jangkung berusia 16 tahun diberi kepercayaan tampil di kualifikasi Piala Asia FIBA oleh pelatih tim nasional bola basket Indonesia Rajko Toroman. Momen itu melahirkan sejarah baru, memecahkan rekor pebasket termuda yang debut bersama timnas.
Bocah itu adalah Derrick Michael Xzavierro. Setelah debut yang menghebohkan ribuan penonton itu, dia kembali menyita perhatian dengan perjalanan barunya. Pebasket yang kini berusia 18 tahun ini sedang menjalani beasiswa dari NBA Global Academy.
Derrick menjadi pebasket pertama asal Indonesia yang mendapatkan beasiswa itu. Dia akan belajar di Australian Institute of Sports, di Canberra, yang punya pusat pelatihan elite Basketball Australia’s Center of Excellence. Tempat itu telah melahirkan banyak pemain NBA seperti Andrew Bogut dan Joe Ingles.
Sudah seminggu di Australia, sudah bergabung latihan. Senang banget, tetapi sekarang masih adaptasi sama cuaca di sini karena lagi musim dingin. Aku belum pernah merasakan udara sedingin ini. Jadi masih cepat capek dan kering tenggorokannya pas latihan.
“Sudah seminggu di Australia, sudah bergabung latihan. Senang banget, tetapi sekarang masih adaptasi sama cuaca di sini karena lagi musim dingin. Aku belum pernah merasakan udara sedingin ini. Jadi masih cepat capek dan kering tenggorokannya pas latihan,” kata Derrick dalam wawancara eksklusif lewat virtual pada Selasa (18/5/2021).
Pebasket setinggi 2,03 meter ini sangat antusias pada pekan pertamanya. Dia seakan menemukan dunia baru, melihat banyak pemain bertubuh besar dan punya teknik tinggi selama latihan. Hal itu memanaskan darah kompetitifnya.
“Untungnya aku punya pengalaman setahun terakhir di timnas. Di bawah coach Toro, aku punya mental lebih karena berlatih dengan pemain senior. Itu penting banget. Kalau tidak, aku di sini mungkin nggak kuat. Tetapi aku baik-baik saja sekarang,” sebut pemain keturunan Kamerun-Indonesia ini.
Seperti Giannis
Direktur Teknik NBA Global Academy Marty Clarke menyebut, Derrick punya potensi untuk menjadi seperti megabintang NBA dari tim Milwaukee Bucks, Giannis Antetokounmpo. Keduanya sama-sama bertubuh tinggi, atletis, juga lincah. Potensi itu yang membuat Derrick dipilih dari ribuan kandidat.
Sebagai gambaran, tidak banyak pebasket Indonesia yang bisa memasukkan bola dengan slamdunk. Derrick bisa melakukannya dengan sangat mudah, berkali-kali. Sementara itu, tubuhnya sangat luwes untuk ukuran pemain dengan tinggi di atas 2 meter.
“Kami jarang melihat bakat fisik sepertinya di Asia. Dia lari dan melompat sangat baik. Juga bisa menembak dan mendribel sama baiknya. Dengan kemampuan serba guna itu, mengapa tidak bisa seperti Giannis? Kami ingin Derrick menjadi seperti Giannis,” ucap Clarke.
Tentu banyak hal yang harus dikerjakan Derrick. Hal utama, kata Clarke, Derrick harus beradaptasi untuk bermain di posisi 3 (small forward) atau 4 (power forward). Selama ini, dia lebih banyak bermain di area dalam, posisi 4 dan 5 (center). Perubahan ini membutuhkan waktu tidak sebentar.
Menuju NBA
Salah satu prioritas dalam pelatihan nanti adalah peningkatan mentalitas pemain. Para pebasket remaja akan dilatih bertanggung jawab pada program latihan sendiri. Mereka dituntut menjadi pemimpin di dalam dan luar lapangan.
“Sehingga mereka bisa bermain di mana pun, dilatih siapa pun. Kekuatan mental, bermain di tengah kondisi sulit, itu krusial. Semua pemain bisa menembak, melompat, dan berlari. Tetapi tidak semua punya kepribadian tangguh. Itu yang dicari tim NBA dari pemain seperti Ingles,” kata Clarke yang pernah melatih tim universitas di Amerika Serikat.
Dengan beasiswa ini, Derrick punya satu langkah lebih maju untuk bermain di NBA. Dia akan dilatih oleh pelatih top bertaraf internasional sekaligus dipantau langsung oleh pencari bakat NBA.
Menurut Wakil Presiden Eksekutif dan Direktur Pelaksana NBA Asia Scott Levy, peluang Derrick untuk menjadi pebasket pertama Indonesia di NBA sangat terbuka. Semua tergantung dari perkembangan sang pemain.
“Dengan pantauan dari pencari bakat, dia bisa menggapai langkah selanjutnya untuk bermain di NBA G-League, atau NBA itu sendiri. Dia bisa mengikuti Josh Giddey, pemain berbakat Australia dari NBA Global Academy yang akan masuk Draft NBA 2021,” ucap Levy.
Di tengah harapan besar kepada Derrick, ada beban yang menyertai. Meski begitu pebasket remaja ini tidak mau ambil pusing. “Aku hanya mau melakukan yang terbaik. Targetnya menjadi pemain lebih baik setelah dari sini. Sisanya, kalau sudah jalan Tuhan, pasti akan dimudahkan,” pungkasnya.