Dapatkan Pinjaman, Skuad Barcelona Akhirnya Bisa Gajian
Berkat kucuran pinjaman 500 juta euro, para pemain Barcelona, termasuk Lionel Messi, akhirnya bisa gajian. Selain melunasi tunggakan gaji pemain, utang itu akan dipakai untuk merombak skuad ”Blaugrana” pada akhir musim.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
BARCELONA, RABU — Para pemain klub sepak bola raksasa Spanyol, Barcelona FC, kini bisa bernapas lega. Setelah tertunggak lama, hingga empat bulan, akhirnya mereka bisa gajian. Selain membayar utang gaji, kucuran pinjaman 500 juta euro atau Rp 8,4 triliun juga akan dipakai Barca untuk memperpanjang kontrak Lionel Messi.
Diberitakan Marca, Selasa (18/5/2021) malam waktu setempat, dana Rp 8,4 triliun itu didapat Barcelona dari bank investasi global asal Amerika Serikat, Goldman Sachs. Dari jumlah itu, baru seperlimanya atau Rp 1,68 triliun yang langsung digunakan klub berjuluk ”Blaugrana” itu, yaitu untuk melunasi gaji pemain yang awalnya dijanjikan akan dibayarkan pada Januari lalu.
Dana pinjaman itu bisa sedikit melegakan Barca yang kini dipimpin Joan Laporta sebagai presiden klub. Pinjaman itu dipakai untuk merestrukturisasi utang mereka yang menumpuk di era presiden terdahulu, Josep Maria Bartomeu. Utang mencekik mereka kini mencapai 1,2 miliar euro atau Rp 20,9 triliun. Pandemi Covid-19, yang memukul pendapatan seluruh klub sepak bola, mempersulit Barca untuk mencicil utang tersebut.
”Pinjaman ini menghadirkan udara segar dan stabilitas untuk klub. Kami bisa sedikit tenang pada musim ini dan musim berikutnya (2021-2022). Pinjaman ini penting karena kami menyiapkan skenario terburuk, yaitu penonton masih tidak boleh hadir di stadion pada musim depan,” ungkap sumber internal Barcelona FC, seperti dikutip Marca.
Merosotnya performa
Kondisi keuangan yang buruk, khususnya tunggakan gaji para pemain, disinyalir menjadi salah satu pemicu merosotnya performa Barca pada dua musim terakhir. Musim lalu, pada tahun pertama pandemi Covid-19, Barca gagal meraih satu pun trofi. Mereka finis kedua di Liga Spanyol dan kandas dini, yaitu di perempat final Liga Champions Eropa. Saat itu, tepatnya pada Maret 2020, gaji seluruh pemain Barca dipangkas selama tiga bulan.
Musim ini, performa mereka tidak lebih baik. Meskipun mampu menjuarai Piala Raja (Copa Del Rey) Spanyol, mereka tampil prematur di Liga Champions, yaitu tersingkir di babak 16 besar. Capaiannya di Liga Spanyol juga lebih buruk dari musim lalu. Barca dipastikan bakal gagal finis di peringkat dua besar, hal yang baru pertama kali terjadi seusai musim 2007-2008.
Barca sempat terancam sanksi dan harus berurusan dengan Asosiasi Pesepak Bola Spanyol (AFE) dan induk organisasinya, FIFPro, akibat kesulitan membayar minimal 40 persen dari gaji para pemainnya. Setelah memangkas gaji musim lalu, ”Blaugrana” terpaksa menunda pembayaran gaji musim 2020-2021. Gaji itu awalnya akan dicicil dua kali, yaitu pada Januari lalu dan akhir musim ini. Namun, cicilan pertama gagal dilakukan sebelum akhirnya dibayarkan, kemarin.
Bukan lagi rahasia jika Barcelona adalah klub dengan total gaji pemain terbesar di dunia, beberapa tahun terakhir. Gaji pemain mereka rata-rata 12 juta dollar AS atau Rp 171 miliar per musim. Dalam laporan tahunannya, total gaji skuad utama mereka pada musim 2020-2021 sebesar 230 juta euro atau Rp 4 triliun.
Tidak sehatnya kondisi keuangan Barca memaksa Laporta, yang menggantikan Bartomeu pada Maret 2021, bakal melakukan sejumlah langkah besar. Selain melakukan audit internal atas keuangan klub, ia juga bakal melakukan langkah penghematan masif pada musim depan. Hal itu tidak terhindarkan, apalagi setelah Liga Super Eropa (ESL) gagal digelar.
Sebuah siklus telah berakhir. Kami akan segera memulai proses pembaruan. Mulai musim depan, Anda akan melihat sejumlah keputusan penting yang harus diambil untuk membangun tim yang bisa memenangi liga (Spanyol) dan Liga Champions. (Joan Laporta)
Barcelona merupakan salah satu dari tiga klub Eropa yang belum menarik diri dan rencana kompetisi yang mendapatkan penolakan masif itu. Selain Barca, kedua klub lainnya adalah Real Madrid dan Juventus. Real Madrid dan Juve punya kepentingan politis dan gengsi dalam kompetisi tandingan itu karena petinggi mereka masing-masing adalah sponsor alias penggagas ESL.
Namun, Barca berbeda. Kepentingan mereka mendukung ESL adalah lebih didorong faktor finansial. Iming-iming kucuran dana awal dari perusahaan investasi global, JP Morgan, sebesar 350 juta euro atau Rp 6,1 triliun per klub sempat diharapkan bisa mengatasi masalah finansial mereka.
Setelah proyek kompetisi tandingan Liga Champions itu kolaps, Laporta pun bergerak cepat dengan melobi Goldman Sachs untuk mendapatkan dana segar Rp 8,4 triliun. Selain melunasi utang gaji, dana itu juga akan dipakai Barca untuk membangun tim pada musim baru.
”Sebuah siklus telah berakhir. Kami akan segera memulai proses pembaruan. Mulai musim depan, Anda akan melihat sejumlah keputusan penting yang harus diambil. Kami harus bekerja keras untuk membangun tim yang bisa memenangi liga (Spanyol) dan Liga Champions,” ungkap Laporta, dikutip ESPN.
Proses pembaruan dimaksud, antara lain, merombak skuad. Sejumlah pemainnya, seperti Neto, Junior Firpo, Samuel Umtiti, dan Philippe Coutinho, kemungkinan akan dilepas pada akhir musim ini. Ketiga pemain yang kurang berkontribusi pada musim ini memiliki gaji besar. Coutinho, misalnya, diupah Rp 2,9 miliar per pekan.
Namun, kabar baiknya, megabintang Barca, Lionel Messi, kemungkinan bakal diperpanjang kontraknya. Laporta menginginkan Messi bertahan. Maka, tokoh Barca yang berjasa membesarkan nama Messi pada awal kariernya pada akhir 2000-an itu menawarkan Messi kontrak tiga tahun plus perpanjangan setahun. Laporta yakin, Messi—yang kontraknya berakhir pada Juni mendatang—bakal bertahan di Barca.