Seusai melewati pekan buruk, Chelsea bertekad bangkit agar tidak kehilangan segalanya. Ikhtiar itu dimulai saat kembali menghadap Leicester, Rabu dini hari nanti. Laga ini ibarat "final" lainnya bagi "The Blues".
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
LONDON, SELASA - Chelsea ibarat menaiki roller coaster tanpa henti, sepanjang musim ini. Hadirnya manajer Thomas Tuchel pada Januari lalu mengangkat performa mereka yang sempat terperosok di era Frank Lampard. Mental mereka kini kembali anjlok, seperti di era Lampard, menjelang tutup musim.
Kondisi mengkhawatirkan itu tidak terlepas dari kekalahan beruntun mereka pada dua laga terakhirnya. Setelah takluk di rumah sendiri dari tim papan tengah, Arsenal, pada laga Liga Inggris, Kamis (13/5/2021) lalu, ”The Blues” dijungkalkan Leicester City dalam final Piala FA Inggris, akhir pekan lalu.
Padahal, di kedua laga itu, Chelsea mendominasi jalannya laga dan menciptakan banyak peluang gol.
”Bukankah itu tim (Chelsea) yang sama dengan era Lampard? Ketika ditangani Lampard, mereka menguasai pertandingan, tetapi tidak bisa menyelesaikannya dengan baik. Dua pekan terakhir, situasinya kembali sama. Namun, tidak ada waktu meratapi kesalahan,” ujar Ashley Cole, mantan pemain Chelsea, dikutip ESPN.
Chelsea masih berpeluang memperbaiki kesalahannya pada kedua laga itu yang berimplikasi hilangnya trofi dan potensi lepasnya tiket ke Liga Champions Eropa musim depan. Ikhtiar kebangkitan itu dimulai saat kembali menghadapi Leicester pada laga lanjutan Liga Inggris, Rabu (19/5/2021) pukul 02.15 WIB di Stadion Stamford Bridge, London.
Laga pekan ke-37 Liga Inggris itu sangat penting bagi ”The Blues” dalam upayanya mencapai target minimal pada musim ini, yaitu finis di peringkat empat besar. Target itu tidak akan mudah dicapai karena Leicester, tim peringkat ketiga, masih butuh tambahan poin untuk mewujudkan ambisi serupa.
Adapun posisi Chelsea di peringkat keempat, tertinggal hanya dua poin dari Leicester, juga rawan digusur rival-rivalnya yang membuntuti mereka. Liverpool misalnya, kini berada tepat di belakang Chelsea. ”The Reds” hanya tertinggal satu poin dari Chelsea berkat kemenangan 2-1 atas West Bromwich Albion pada laga yang berakhir Senin (17/5) dini hari WIB.
Kemenangan dramatis Liverpool di Stadion The Hawthorns itu menggambarkan sengitnya persaingan di empat besar yang menjadi pertaruhan tiket Liga Champions musim depan. Pada laga itu, Liverpool seolah bermain di final.
Sempat tertinggal lebih dulu, mereka balik memukul Albion lewat gol Mohamed Salah pada menit ke-33 dan sundulan ”ajaib” kiper Alisson Becker pada detik-detik terakhir laga tersebut.
Takdir (meraih tiket Liga Champions) ada di tangan kami sendiri. Kami memiliki dua laga final (di Liga Inggris), versus Leicester dan Aston Villa, disusul final lainnya (versus Manchester City di Liga Champions). Saatnya kami bangkit. (Thomas Tuchel, Chelsea)
Kiper asal Brasil itu pun menorehkan sejarah sebagai kiper pertama yang membuat gol kemenangan di era Liga Primer Inggris. ”Kami berjuang bersama dan punya tekad kuat meraih (tiket) Liga Champions. Gol itu yang terbaik yang pernah saya buat,” ujar Alisson yang mempersembahkan golnya itu untuk ayahnya yang tewas, Februari lalu, dikutip Sky Sports.
Berkaca dari Liverpool
Berkaca dari kemenangan dramatis Liverpool itu, Chelsea membutuhkan spirit sama yang diperlihatkan Alisson. Mereka tidak bisa sepenuhnya menggantungkan asa meraih tiket Liga Champions musim depan dengan menjadi juara kompetisi itu pada musim ini. Chelsea akan bertemu Manchester City pada final Liga Champions 2021 di Portugal, 29 Mei mendatang.
Jika kalah pada final itu dan gagal finis di empat besar Liga Inggris pada musim ini, perjalanan roller coaster Chelsea pun akan berakhir antiklimaks. Skenario terburuk itulah yang ingin dicegah Tuchel. Ia sudah mewanti-wanti para pemainnya agar memperbaiki diri dan fokus menghadapi dua laga terakhir Liga Inggris musim ini, yaitu versus Leicester dan Aston Villa.
”Takdir (meraih tiket Liga Champions) ada di tangan kami sendiri. Kami memiliki dua laga final (di Liga Inggris), versus Leicester dan Aston Villa, disusul final lainnya (versus City di Liga Champions). Saatnya kami bangkit,” ujar Tuchel, manajer Chelsea, yang sempat mengamuk akibat buruknya ketajaman barisan lini serangnya pada dua laga terakhir.
Selain memperbaiki serangan timnya, Tuchel agaknya bakal memainkan kiper kesayangannya, Edouard Mendy, saat menghadapi Leicester. Pada dua laga terakhir, Mendy diistirahatkan dan posisinya ditempati Kepa Arrizabalaga.