Juventus dihadapkan dengan tragedi terburuk dalam satu dekade terakhir. Nasib mereka akan ditentukan ketika melawan sang rival perusak dominasi, Inter Milan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
TURIN, JUMAT – Stadion Allianz akan menjadi saksi bisu pertaruhan harga diri tuan rumah Juventus, saat ditantang perebut takhta Liga Italia, Inter Milan, pada Sabtu (14/5/2021) pukul 23.00 WIB. “Si Nyonya Besar”, yang sedang dalam krisis, wajib menang jika ingin menjaga peluang lolos ke Liga Champions musim depan.
Ancaman tidak masuk zona Liga Champions sudah di depan mata. Mereka saat ini berada di peringkat ke-5 dengan dua laga tersisa. Tim asuhan pelatih Andrea Pirlo ini tidak punya pilihan lagi selain meraup tiga poin, Sabtu nanti.
Laga tersebut akan menjadi pertaruhan harga diri mereka. Jika gagal menang, kans menembus empat besar sangat kecil. Sebagai tim termasyhur di Italia, tidak lolos Liga Champions untuk pertama kali dalam satu dekade terakhir akan menjadi tragedi untuk mereka.
Uniknya, yang akan berperan sebagai algojo nasib Juve adalah Inter. Tentu, akan jauh lebih memalukan seandainya “Si Nyonya Besar” gagal lolos karena dijegal sang rival, tim yang merusak dominasi mereka musim ini.
Meski dihantui tekanan besar, skuad Juve bertekad tampil habis-habisan dalam laga nanti. Motivasi besar itu disampaikan langsung oleh sang gelandang Adrien Rabiot.
"Musim ini sangat sulit bagi kami. Tetapi kami ingin sesuatu yang lebih. Kami semua marah dan merasa tim ini harus bisa lebih baik lagi. Karena itu, targetnya adalah memenangi dua laga sisa. Kami akan bertarung hingga akhir,” kata Rabiot.
Juve sekarang memiliki 72 poin. Mereka berada tepat di bawah para pesaing zona Liga Champions, Atalanta (75), AC Milan (75), dan Napoli (73). Andai Juve kalah, dan tiga tim lain menang, mereka dipastikan finis di peringkat ke-5. Mereka perlu menang untuk bertarung hingga pekan terakhir.
Secercah asa datang ke skuad asuhan Pirlo setelah kemenangan melawan Sassauolo, 3-1, pada tengah pekan. Terutama, Cristiano Ronaldo yang baru mencetak gol ke-100 bersama “Si Nyonya Besar”. Setelah merengkuh pencapaian istimewa itu, Ronaldo langsung berujar misinya belum selseai. “Tidak akan berhenti di sini,” katanya.
Target Ronaldo sudah jelas. Dia ingin mengantarkan timnya ke Liga Champions musim depan. Ini bisa menjadi noda hitam di karier Ronaldo. Sepanjang 18 musim bermain, dia hanya sekali tidak bermain di Liga Champions. Itu pun di musim debut bersama Sporting Lisbon.
Saat bersamaan, Ronaldo dan rekan-rekan juga masih dihantui trauma. Pekan lalu, mereka baru saja dipermalukan tim tetangga Inter, AC Milan, 0-3. Beban itu ditambah kenyataan, Inter tidak terkalahkan dalam 20 laga terakhir liga domestik.
Berbanding terbalik dengan Juve, skuad Inter sedang dalam titik harmonis tertinggi. Mereka berhasil meredam badai konflik antara pelatih Antonio Conte dan striker Lautaro Martinez.
Sebelumnya, Martinez sempat kesal karena digantikan pada menit ke-77 ketika laga melawan AS Roma. Padahal sang striker baru masuk pada menit ke-36, menggantikan Alexis Sanchez.
Konflik berakhir setelah Martinez meminta maaf kepada sang pelatih. Seluruh skuad juga menjadi saksi perdamaian keduanya. Bahkan, dalam sesi latihan, Inter sempat membuat gimik berupa laga tinju pura-pura antara Conte dan Martinez. Acara itu berakhir dengan saling balas senyum dan pelukan keduanya.
Bagi Inter, kemenangan memang tidak lagi berpengaruh pada posisi mereka musim ini. Meski begitu, tim asuhan Conte mengincar kemenangan sebagai simbol dominasi mutlak musim ini. Apalagi, mereka tidak pernah menang di markas lawan sejak 2012.
Misi ini berlipat ganda untuk Martinez yang ingin menebus dosa karena sempat bersifat kekanak-kanakan. ”Mereka menang dalam 9 tahun terakhir, jadi penting bagi kami untuk menang dengan gelar Scudetto di tangan. Kami ingin pulang dengan sesuatu,” katanya.
Conte tidak mau mengendurkan gas pada dua laga terakhir. Dia ingin semua pemain bisa menghargai status sebagai juara dengan tampil semaksimal mungkin hingga akhir laga.
Sang pelatih sudah mengirimkan sinyal itu ketika menggantikan Martinez. Dia sangat kesal jika pemainnya tampil kurang gigih seperti keinginannya.
"Kami berupaya memainkan semua laga dengan keseriusan tinggi dan profesionalisme. Itu adalah cara yang tepat untuk menghargai gelar juara. Seperti yang sudah saya katakan, kemenangan harus selalu ditanam dalam otak kami," ucap mantan pelatih Juve tersebut.
Beban terbesar ada di pundak Pirlo. Dia terbukti gagal mengangkat "Si Nyonya Besar" dalam debut melatihnya. Laga nanti akan menjadi pertaruhan terbesar dalam kariernya. Jika gagal, mantan gelandang jenius ini hampir pasti didepak dari Kota Turin.
"Kami sadar nasib tidak lagi berada di tangan kami. Tetapi tidak ada gunanya untuk menyesal saat ini. Kami harus punya rasa lapar untuk menang sebab mengenakan seragam Juve sama sekali tidak menjamin kemenangan," sebut Pirlo. (REUTERS)