Petenis menanti ketidakpastian ketika pertandingan ditunda karena hujan. Sambil menanti perkembangan situasi, ada yang menggunakan waktunya untuk makan, bermain gim, membahas taktik dengan tim pelatihnya, hingga tidur.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Petenis menanti ketidakpastian ketika pertandingan ditunda karena hujan. Sambil menanti perkembangan situasi, ada yang menggunakan waktunya untuk makan, bermain gim, membahas taktik dengan tim pelatihnya, hingga tidur.
Tunggal putra nomor satu dunia, Novak Djokovic, mengalami hal itu saat berhadapan dengan Taylor Fritz pada babak kedua ATP Masters 1000 Roma di Lapangan Utama Foro Italico, Roma, Italia, Selasa (11/5/2021) malam waktu setempat atau Rabu dini hari waktu Indonesia. Pada pertandingan yang dimenangi Djokovic dengan skor, 6-3, 7-6 (7-5), itu, pertandingan ditunda hampir tiga jam saat skor 5-4 set kedua.
“Kami bermain gim. Bukan Uno, tetapi Parcheesi. Kami bermain itu sekarang untuk mengisi waktu,” kata Djokovic bercerita tentang kegiatannya untuk mengisi waktu, dalam laman ATP.
Tahun lalu, petenis Serbia itu bercerita betapa dia dan timnya sangat menikmati permainan kartu Uno. Namun, jenis permainan yang dipilih saat ini berbeda. Mereka memilih Parcheesi, board game yang sering dimainkan Rafael Nadal dan timnya.
Parcheesi adalah permainan mirip Ludo. Salah satu perbedaannya ada pada dadu yang digunakan, Parcheesi menggunakan dua dadu, sedangkan Ludo dengan satu dadu.
Selain bermain gim, ketika penundaan dilakukan dalam waktu lama, petenis mengisi waktu dengan makan, membuat tubuh selalu bergerak, misalnya dengan berjalan kaki di treadmill, dan melakukan pemanasan.
Saat situasi membuka kemungkinan penundaan pertandingan berlangsung lama, mereka pun bisa beristirahat dengan tidur. “Anda harus tahu apa yang terbaik untuk tubuh. Ketika merasa tak boleh tidur tetapi mengantuk, Anda harus tetap bergerak. Setiap setengah jam biasanya ada pembaruan situasi. Wasit akan memberi tahu apakah pertandingan tetap ditunda, atau dilanjutkan, atau ditunda keesokan harinya sehingga kami bisa pulang ke hotel,” tutur Djokovic.
Saat penundaan pertandingan melawan Fritz, Djokovic tetap terjaga. Selain bermain gim, dia mendengarkan musim, berdiskusi dengan pelatih tentang taktik bermain, juga berbicara dengan anak-anaknya melalui panggilan video. “Selalu ada yang saya lakukan agar tak bosan,” ujar petenis yang akan berhadapan dengan Cameron Norrie atau Alejandro Davidovich Fokina pada babak ketiga itu.
Sebelum pertandingan diputuskan ditunda, Djokovic memprotes wasit ketika membiarkan pertandingan berjalan meski hujan. “Sampai berapa lama lagi kamu akan membiarkan kami bermain. Saya sudah tiga kali memintamu mengecek lapangan, tetapi kamu tidak melakukannya,” ujar Djokovic.
Pertandingan di lapangan tanah liat bisa berlangsung dalam kondisi hujan jika lapangan basah dinilai tidak membahayakan. Wasit harus mengecek lebih dulu sebelum membuat keputusan.
Setiap setengah jam biasanya ada pembaruan situasi. Wasit akan memberi tahu apakah pertandingan tetap ditunda, atau dilanjutkan, atau ditunda keesokan harinya sehingga kami bisa pulang ke hotel.
“Saya frustasi ketika pertandingan tak juga ditunda, wasit akhirnya membuat keputusan yang tepat,” katanya.
Laga terlama
Berbeda dengan Djokovic, Rafael Nadal dan Roger Federer tak diperbolehkan berdiskusi, bahkan, bertemu pelatih saat penundaan di sela pertandingan final Wimbledon 2008. Pertandingan yang dimenangi Nadal dan disebut sebagai pertandingan terbaik sepanjang sejarah tenis itu tiga kali ditunda karena hujan. Pertandingan ditunda 35 menit pada set pertama, lalu 80 menit dan 30 menit pada set ketiga.
Sementara itu, penundaan terparah dialami John Isner dan Nicolas Mahut pada babak pertama Wimbledon 2010. Laga dengan total 11 jam lima menit itu berlangsung tiga hari karena tak juga selesai hingga lapangan gelap. Laga itu dimenangi Isner dengan skor 6-4, 3-6, 6-7 (7-9), 7-6 (7-3), 70-68.
Pertandingan mengalami penundaan karena terlalu malam, bukan karena hujan! Penundaan pertama dilakukan setelah selesai set keempat, lalu pada skor 59-59 set kelima dalam penundaan kedua. Petenis pun memiliki waktu untuk istirahat di hotel.
Namun, bertanding hingga melebihi batas kelelahan fisik dan mental membuat Isner dan Mahut tak begitu saja menikmati waktu istirahat mereka. Setiap harinya, mereka tidur kurang dari empat jam karena harus melanjutkan pertandingan pada sesi pagi keesokan harinya.
“Penundaan kedua, setelah mandi air es, saya tak bisa tidur. Boris (Villejo, pelatih Mahut) mengajarkan main Rubik untuk menemani saya dan agar saya tidak stress, tetapi itu tak berpengaruh. Saya akhirnya bisa tidur pukul 01.30 dan hanya tidur sekitar tiga atau empat jam, tak lebih dari itu,” cerita Mahut, yang akhirnya menjadi bagian dari sejarah pertandingan tenis terlama itu.