Portugal Kembali Jadi Alternatif Arena Final Liga Champions
Turki kembali gagal menjadi tuan rumah final Liga Champions dalam dua musim beruntun. UEFA memutuskan kembali menunjuk Portugal untuk menyelenggarakan partai puncak, akibat penyebaran Covid-19 yang masih tinggi.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, SELASA – Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) akan memilih Portugal sebagai tuan rumah laga final Liga Champions antara Manchester City kontra Chelsea, 29 Mei mendatang, untuk menggantikan Istanbul, Turki. Keputusan itu didasarkan masuknya Turki dalam daftar merah negara yang dilarang dikunjungi oleh warga atau pemukim asal Inggris untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Pada Rabu (12/5/2021), pemerintah Inggris secara resmi menambah Turki sebagai salah satu negara yang masuk daftar merah seiring pesatnya penyebaran Covid-19 di negara itu. Merujuk data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat 15.191 penambahan kasus positif Covid-19 di Turki pada Selasa (11/5/2021). Jumlah itu menjadikan Turki mencatatkan lebih dari 5 juta kasus Covid-19. Turki menjadi negara ke-43 yang masuk dalam daftar merah itu, sehingga tidak boleh ada penerbangan dari dan ke Turki dari Inggris.
Atas dasar itu, UEFA bersama Pemerintah Inggris melakukan rapat intensif pada Senin dan Selasa kemarin untuk mencari jalan keluar dari polemik itu. Apalagi dua tim yang berlaga di final berasal dari Inggris. Alhasil, UEFA perlu memindahkan lokasi final agar pendukung dari kedua negara tetap diizinkan menyaksikan laga final sesuai dengan keinginan UEFA.
Dengan masuknya Turki ke dalam daftar merah, maka hanya individu dengan urusan penting dan mendesak yang diperbolehkan melakukan penerbangan ke Turki. Selan itu, bagi setiap orang yang tiba dari Turki harus menjalani karantina selama 10 hari di hotel yang telah ditunjuk oleh pemerintah Inggris.
Adapun UEFA, hingga Selasa malam WIB, belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait rencana pemindahan lokasi final Liga Champions. Meski begitu, perwakilan pemerintah Inggris telah memberikan bocoran terkait lokasi yang akan dipilih oleh UEFA.
“Kami melarang fans sepak bola pergi ke Turki. Kami memang sempat menawarkan diri sebagai tuan rumah, tetapi tidak menemukan kesepakatan sehingga kami menghormati keputusan UEFA,” kata Menteri Transportasi Inggris Grant Shapps dilansir The Times edisi Selasa (11/5).
Berdasarkan laporan Evening Standard, UEFA tidak meluluskan tawaran pemerintah Inggris untuk memindahkan laga final ke Stadion Wembley disebabkan Inggris juga memberlakukan sejumlah negara dalam daftar kuning penyebaran Covid-19 untuk menjalani karantina ketika tiba di Inggris. Salah satu negara di daftar kuning itu ialah Swiss yang menjadi rumah bagi UEFA. Alhasil, kebijakan ketat Inggris itu dipercaya akan membatasi jumlah penonton yang akan hadir untuk laga final.
Sementara itu, Portugal masuk dalam daftar hijau Inggris, sehingga setiap inidvidu yang tiba di Inggris dari Portugal tidak memerlukan karantina selama 10 hari. Mereka hanya perlu membawa surat bebas Covid-19 yang menjadi syarat penerbangan. Kebijakan itu diberlakukan Portugal untuk seluruh negara Uni-Eropa.
Dengan ketentuan itu, maka Portugal diharapkan bisa memenuhi keinginan UEFA agar laga final Liga Champions 2021 bisa disaksikan sekitar 20.000 penonton. Dua stadion yang menjadi pertimbangan ialah Stadion Da Luz di Lisabon atau Stadion Do Dragao di Porto. Da Luz memiliki sekitar 66.000 kapasitas penonton, sedangkan Do Dragao bisa menampung sekitar 50.000 penonton. Fans dari kedua tim di final direncanakan mendapat jatah masing-masing 4.000 tiket.
Kepindahan laga final itu mengulang momen musim lalu. Akibat pandemi Covid-19 yang belum bisa dikontrol, UEFA memindahkan babak final Liga Champions edisi 2019-2020 dari Istanbul ke Lisabon, Portugal. Final musim lalu dilangsungkan di Da Luz.
Tidak terpengaruh
Bagi dua tim yang akan berlaga di final, perubahan lokasi tidak menjadi masalah berarti. Menurut Manajer Manchester City Pep Guardiola, seluruh keputusan terkait pemindahan lokasi final itu adalah jalan terbaik yang ditentukan UEFA bagi seluruh pihak. Ia pun tidak mempermasalahkan pemindahan lokasi final dari Turki ke Portugal.
Jika kami diminta untuk naik bus atau pesawat, kami akan pergi sesuai dengan aturan yang ada.
“Jika kami diminta untuk naik bus atau pesawat, kami akan pergi sesuai dengan aturan yang ada,” kata Guardiola kepada City TV.
Manajer Chelsea Thomas Tuchel mengatakan, dirinya juga memperhatikan perkembangan situasi pandemi di Turki. Ia menambahkan, situasi penyebaran Covid-19 yang masih tinggi di Turki adalah alasan yang wajar untuk pemindahan laga final.
“Situasi sangat berat di Turki saat ini. Di masa pandemi ini, saya rasa tidak heran apabila segalanya berubah dengan sangat cepat,” ucap Thomas yang musim lalu membawa Paris Saint-Germain melenggang hingga laga final Liga Champions 2020 di Lisabon.
Sementara itu, selama musim 2020-2021 seluruh kompetisi sepak bola profesional Turki belum mengizinkan adanya penonton hadir di stadion. Federasi Sepak Bola Turki (TFF) justru baru akan memulai proyek percobaan kehadiran penonton pada partai final Piala Turki, 18 Mei mendatang. Laga itu mempertemukan Besiktas melawan Fraport-TAV Antalyaspor yang akan berlangsung di Stadion Goztepe Gursel Aksel.
Sekretaris Jenderal TFF Kadir Kardas pasrah dengan keputusan yang diambil UEFA. Turki, lanjutnya, memang tengah dalam masa kuncitara pada 29 April hingga 17 Mei, tetapi hal itu tidak sedikitpun mengendurkan komitmen kuat TFF untuk memberikan kenyamanan kepada seluruh tim dan para penonton untuk menyaksikan langsung laga penting di akhir musim ini.
“Sangat disayangkan memang penanganan Covid-19 mengalami penurunan sehingga kuncitara kembali diberlakukan. Meski begitu, kami telah menyiapkan diri untuk mengakomodir seluruh kebutuhan agar pelaksanaan laga final tetap nyaman dan aman bagi seluruh pihak yang akan hadir di kota indah, Istanbul,” ujar Kardas dikutip dari laman resmi panitia final Liga Champions Istanbul 2021.
Imbas pemindahan laga final itu tidak hanya dirasakan oleh Turki, sang tuan rumah. Dilansir Football.London, sejumlah sponsor Liga Champions juga kecewa dengan kuputusan itu. Perusahaan minuman soda multinasional, Pepsi, misalnya, justru telah mempersiapkan seluruh daya dan upaya untuk menyukseskan final di Istanbul. Pepsi telah mempersiapkan pesta penutupan meriah, seperti saat menghadirkan penyanyi solo, Dua Lipa, dan band asal Amerika Serikat, Imagine Dragons, pada final edisi 2019.
Selain itu, sejumlah sponsor juga telah memesan hotel dan akomodasi untuk para tamu dan delegasi dari 55 negara anggota UEFA yang akan hadir ke Istanbul. (AP/REUTERS)