Tumbang dari Burnley, Fulham Lengkapi Trio Degradasi dari Premier League
Fulham menjadi tim terakhir yang terdegradasi dari Premier League musim ini. Ketiadaan penyerang berkualitas menjadi salah satu faktor Fulham terlempar dari kompetisi tertinggi di Inggris itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, SELASA — Kekalahan 0-2 dari Burnley, Selasa (11/5/2021) dini hari WIB, di Stadion Craven Cottage, membuat Fulham dipastikan tidak akan bisa menyamai poin milik Southampton di posisi ke-17, yang merupakan batas aman bertahan di kompetisi kasta tertinggi di Inggris. Fulham melengkapi West Bromwich Albion dan Sheffield United sebagai tim-tim yang terdegradasi dari Liga Primer Inggris (Premier League) pada musim ini.
Hingga pekan ke-35, Fulham hanya mengumpulkan 27 poin. Alhasil, ”The Cottagers” gagal menyamai bahkan melampaui perolehan 37 poin milik Southampton. Adapun dua tim lain, yakni WBA dan Sheffield United, harus angkat kaki dari Premier League karena baru memililiki masing-masing 26 dan 17 poin ketika kompetisi musim 2020-2021 hanya menyisakan tiga pertandingan.
Bagi Fulham dan WBA, kedua tim itu hanya bertahan selama satu musim untuk merasakan persaingan sengit di Premier League. Pada musim lalu, mereka adalah dua dari tiga tim Divisi Championship, kasta kedua Liga Inggris, yang meraih tiket promosi. Satu tim lainnya ialah Leeds United.
Kegagalan bertahan di Premier League menghadirkan kekecewaan kepada seluruh elemen tim Fulham. Manajer Fulham Scott Parker mengaku sedih gagal memenuhi target untuk bertahan di Premier League. Meski begitu, ia menilai, mayoritas pemainnya tidak mampu menunjukkan kualitas yang dibutuhkan untuk bersaing di kasta tertinggi Liga Inggris itu.
”Saat melihat penampilan kami secara keseluruhan di musim ini, terdapat perbedaan besar antara kami dan tim lain di Premier League. Pemain seharusnya memahami sekadar usaha dan hasrat tidak bisa bertahan di level ini karena detail-detail kecil di setiap laga merupakan kunci untuk mengimbangi level brutal Premier League,” ujar Parker, dilansir BBC seusai laga dimaksud.
Memperbaiki fondasi tim
Lebih lanjut, Parker berharap, perjalanan Fulham dalam dua musim terakhir bisa menjadi pelajaran bagi para petinggi klub untuk memperbaiki kualitas tim. Apabila ingin kembali berjuang meraih tiket ke Premier League, lanjut Parker, Fulham harus memperbaiki fondasi tim pada musim depan. Mereka semestinya tidak hanya disiapkan untuk meraih tiket promosi, melainkan juga bersaing di Premier League.
”Klub harus membuat keputusan besar. Perjalanan roller-coaster yang kami jalani dua musim ini adalah sesuatu yang tidak kami inginkan terulang,” kata mantan pemain Fulham pada periode 2013-2017 itu.
Penyerang Fulham, Aleksandar Mitrovic, menilai timnya tidak cukup baik untuk bersaing di Premier League. Menurut dia, sepanjang musim ini, skuad The Cottagers gagal menampilkan karakter permainan dan kekuatan mental sehingga harus bisa menerima ”hukuman” untuk turun kasta.
”Kami gagal musim ini. Sulit untuk menggambarkan perjalanan kami musim ini dengan kata-kata, tetapi kami memang tidak pantas untuk bertahan di Premier League,” ucap Mitrovic, yang telah bersama Fulham sejak musim 2018-2019.
Salah satu pendukung Fulham, Chris, kepada BBC, mengatakan, Fulham sebetulnya tidak sepenuhnya kalah dari tim papan tengah Premier League, jika melihat sisi permainan. Tetapi, tambahnya, kualitas lini depan Fulham amat buruk sehingga gagal menampilkan hasil positif.
Dari 35 laga liga musim ini, ketiga tim yang terdegdradasi kompak hanya mencatatkan lima kemenangan. Selain itu, lini depan mereka juga tidak mampu bersaing di kompetisi paling ketat di dunia itu. Ketiganya adalah tim dengan produktivitas terendah.
Menurut dia, seharusnya Fulham mendatangkan penyerang baru berkualitas di dua jendela transfer musim ini. Dari dua bursa transfer musim 2020-2021, Fulham justru hanya mengeluarkan uang untuk membeli pemain di lini belakang dan tengah. Satu penyerang yang didatangkan Fulham hanyalah pemain muda, Josh Maja, yang dipinjam dari tim Liga Perancis, Girondins Bordeaux.
”Gaya permainan Fulham memang baik, tetapi tidak ada produk dari penyelesaian akhir. Mitrovic hanya penyerang yang bagus untuk kelas (Divisi) Championship,” kata Chris.
Adapun Mitrovic adalah peraih gelar pencetak gol terbanyak Divisi Championship musim 2019-2020 dengan 26 gol. Di Premier League musim ini, penyerang tim nasional Serbia itu baru mencetak tiga gol. Produktivitasnya kalah dari penyerang Fulham lainnya, Bobby De Cordova-Reid, yang telah menyumbangkan lima gol.
Dari 35 laga liga musim ini, ketiga tim yang terdegdradasi kompak hanya mencatatkan lima kemenangan. Selain itu, lini depan mereka juga tidak mampu bersaing di kompetisi paling ketat di dunia itu. Ketiganya adalah tim dengan produktivitas terendah.
Fulham, misalnya, rata-rata hanya bisa mencetak 0,72 gol per laga, kemudian Sheffield cuma membuat 0,52 gol per laga. Catatan gol lebih baik dimiliki WBA yang menciptakan 0,92 gol per pertandingan.
Dalam laga penentu nasib di Premier League dini hari tadi, Fulham sejatinya tampil mendominasi laga. Sebanyak 68 persen penguasaan bola dan 520 operan dicatatkan The Cottagers, sedangkan tim tamu hanya menciptakan 32 persen penguasaan bola dan hanya melakukan 253 operan.
Meski demikian, Burnley mampu menciptakan dua gol dalam kurun waktu 9 menit di akhir babak pertama. Secara total, dua gol itu tercipta dari 14 tembakan yang dilakukan Burnley. Kedua gol itu diawali kesalahan lini belakang Fulham. Di sisi lain, Fulham gagal menciptakan gol meskipun menghasilkan 21 tembakan selama 90 menit.
Gol pertama yang dicetak gelandang Ashley Westwood, diawali kegagalan bek sayap kanan Fulham, Kenny Tete, mengantisipasi penetrasi penyerang Burnley, Matej Vydra, dari sisi kanan pertahanan tim tuan rumah. Alhasil, Vydra bisa memberikan umpan mendatar ke kotak penalti Fulham yang mampu dimaksimalkan Westwood pada menit ke-35.
Imbas kesalahan
Sementara itu, gol kedua Burnley tercipta imbas dari kesalahan pemain Fulham dalam memainkan variasi operan di zona pertahanan sendiri. Kondisi itu membuat penyerang Burnley, Chris Wood, mampu menciptakan gol lewat skema serangan balik pada menit ke-44.
”Hasil laga ini adalah cermin dari permainan kami di musim ini. Perbedaan dari setiap laga yang kami jalani adalah kekeliruan di lini belakang. Kami juga gagal menghadirkan keputuan yang tepat dalam memanfaatkan peluang,” kata Parker.
Manajer Burnley Sean Dyche menilai, Parker sudah bekerja keras untuk bisa bersaing di Premier League. Dyche menambahkan, dirinya juga sempat merasakan berada di posisi Parker karena memiliki ambisi awal bertahan di kompetisi utama di Inggris itu.
”Kuncinya, Anda harus mampu memetik pelajaran dari setiap pertandingan. Saya yakin, ia (Parker) akan mendapatkan banyak pengalaman dari pengalamannya di musim ini,” kata Dyche, yang sejak musim 2012-2013 menangani Burnley, telah dua kali membawa Burnley promosi ke Premier League.
Setelah tiga tim dipastikan turun kasta, tiga tim promosi dari Divisi Championship akan meramaikan persaingan di Premier League edisi 2021-2022. Dari tiga jatah promosi, baru Norwich City dan Watford yang memastikan promosi. Satu jatah promosi masih diperebutkan empat tim dalam babak play-off. Keempat tim itu ialah Brentford, Swansea City, Barnsley, dan Bournemouth. (REUTERS)