Wacana Liga 1 2021 tanpa degradasi menghadirkan kontroversi. Sebagian klub dan pendukung sepak bola menolak wacana itu hingga menghadirkan tagar yang viral di media sosial. Keputusan akhir ditentukan pada Kongres PSSI.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Para pemain Persija mengangkat trofi Piala Menpora seusai mengalahkan Persib Bandung pada laga kedua final Piala Menpora di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, 25 April 2021. Turnamen ini menjadi pemanasan jelang penyelenggaraan Liga 1, yang diusulkan berlangsung tanpa degradasi.
Jelang Kongres Tahunan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, 29 Mei, muncul usulan agar Liga 1 2021 meniadakan sistem degradasi dengan alasan pelaksanaan kompetisi pada masa darurat pandemi Covid-19. Ide menjalankan Liga 1 tanpa degradasi disambut positif oleh mayoritas pengurus Komite Eksekutif PSSI, yang sebagian di antaranya adalah pemilik klub profesional di Tanah Air, dalam rapat pejabat utama PSSI, Senin (3/5/2021).
Meskipun tanpa degradasi, PSSI berencana tetap membuka jatah promosi dari Liga 2 2021 untuk berlaga di Liga 1 2022. Dalam rapat itu, usulan sementara promosi dari Liga 2 ke Liga 1 adalah dua tim. Sesuai wacana tersebut, peserta Liga 1 akan bertambah menjadi 20 klub musim depan.
Wacana tanpa degradasi yang digulirkan PSSI itu pun tidak akan mengemuka apabila tidak didukung para klub yang merupakan anggota PSSI sekaligus pemilik suara sah dalam kongres PSSI. Dari 12 anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, terdapat lima anggota Exco berstatus pemilik atau direktur klub. Mereka adalah Yoyok Sukawi (CEO PSIS Semarang), Hasnuyardi Sulaiman (pemilik Barito Putera), Pieter Tanuri (pemilik Bali United), Haruna Soemitro (Direktur Madura United), serta Endri Irawan (CEO Mitra Kukar).
Anggota Exco PSSI, Hasani Abdulgani, mengungkapkan, usulan agar Liga 1 2021 tanpa degradasi disambut positif oleh mayoritas pengurus Exco yang hadir sehingga usulan disepakati untuk menjadi salah satu agenda pembahasan dalam Kongres Tahunan PSSI itu. Hasani mengungkapkan, dirinya merupakan salah satu anggota Exco yang sepakat dengan pelaksanaan Liga 1 tanpa degradasi, khususnya selama aturan itu tidak melanggar statuta PSSI serta aturan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan FIFA.
ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Penyerang Persib Bandung, Wander Luis (kanan), berebut bola dengan dua bek tengah Persija Jakarta, Yann Motta (bawah) dan Otavio Dutra (atas), pada laga kedua Final Piala Menpora di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, 25 April 2021.
”Saya setuju (Liga 1 tanpa degradasi) karena ini sifatnya tidak permanen, hanya untuk 2021. Alasannya, situasi pandemi yang belum mereda dan mayoritas klub mengalami kesulitan finansial, maka kami tidak ingin ada klub yang rontok saat Liga 1 bergulir kembali akibat gagal memenuhi kebutuhan finansialnya,” ujar Hasani kepada Kompas, Minggu (9/5/2021), di Jakarta.
Hasani menambahkan, kepastian terkait regulasi di Liga 1 2021 dilaksanakan dengan atau tanpa degradasi akan diputuskan bersama dengan semua pemilik suara PSSI, terutama 18 delegasi klub Liga 1 serta 16 delegasi dari Liga 2, pada Kongres Tahunan PSSI 2021 di Jakarta.
Secara umum, keputusan PSSI menjalankan Liga 1 tanpa degradasi itu meniru J1 League, liga utama Jepang, yang meniadakan degradasi pada musim 2020 lalu. Hanya saja, J1 League musim 2021 menetapkan jatah degradasi dua kali lebih banyak daripada musim terdahulu, yaitu menjadi empat tim. Sejak diterapkan sistem degradasi langsung pada musim 2009 hingga 2019, hanya dua tim terbawah yang turun kasta ke J2 League.
Terkait dengan potensi penambahan jatah degradasi musim 2022, Hasani mengaku, PSSI belum ada pembahasan soal itu. ”Semua hal ini baru akan dibahas di Kongres PSSI nanti. Apabila setuju (Liga 1 tanpa degradasi), nanti akan kami bahas juga bagaimana dengan mekanisme Liga 1 2022 dengan 20 peserta,” kata Hasani.
Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Yunus Nusi mengungkapkan, PSSI mengeluarkan wacana tanpa degradasi itu karena muncul permintaan dari mayoritas klub. Ia menyatakan, tidak semua klub Liga 1 memiliki kondisi keuangan setara sehingga ada beberapa klub yang kesulitan dana karena tidak memiliki pemasukan selama lebih dari satu tahun terakhir setelah Liga 1 dihentikan, awal Maret 2020.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Petugas menyemprotkan disinfektan ke tiang sudut lapangan sebelum dimulai pertandingan antara PSM Makassar dan PS Sleman pada laga perebutan tempat ketiga Piala Menpora 2021 di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, 24 April 2021.
Ia menjelaskan, apabila Liga 1 2021 berjalan, kondisi kompetisi pun belum akan berjalan normal seperti pada edisi 2017 hingga 2019. Hal itu berkaitan dengan terbatasnya sponsor yang bersedia mendukung liga dan klub. Klub juga belum mendapat pemasukan dari tiket penonton yang menjadi kue pendapatan terbesar selama ini.
”Berdasarkan alasan itu, Exco PSSI akan membawa persoalan ini ke kongres tahunan untuk dimintai persetujuan dari pemilik suara. Kalau disetujui, usulan (tanpa degradasi) bisa jalan, kalau tidak, kompetisi berjalan seperti biasa dengan adanya degradasi dan promosi,” kata Yunus, yang juga anggota Exco PSSI.
Saya setuju karena ini sifatnya tidak permanen, hanya untuk 2021. Situasi pandemi yang belum mereda dan mayoritas klub mengalami kesulitan finansial, maka kami tidak ingin ada klub yang rontok saat Liga 1 bergulir kembal akibat gagal memenuhi kebutuhan finansialnya.
Apabila Liga 1 berlangsung tanpa degradasi, hal itu akan menjadi momen perdana kompetisi tertinggi sepak bola di Indonesia dilakukan tanpa menerapkan degradasi sejak pelaksanaan Divisi Utama pada musim 1994-1995.
Penolakan
Wacana itu pun ditanggapi beragam oleh sejumlah klub. Arema FC menjadi salah satu klub yang secara terang-terangan mendukung Liga 1 2021 tanpa degradasi. Menurut General Manager Arema FC Ruddy Widodo, vakumnya kompetisi sepak bola nasional selama satu musim membutuhkan penyesuaian baru dari para klub serta regulator liga, terutama dari sisi sponsor.
”Sepak bola kita sudah tertidur selama satu tahun, jadi industrinya baru akan bangun kembali. Oleh karena itu, Arema sepakat untuk liga tanpa degradasi digunakan pada edisi 2021 ini,” kata Ruddy.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Jurnalis bekerja di tribune penonton dengan menjaga jarak saat dimulai pertandingan antara PSM Makassar dan PS Sleman pada laga perebutan tempat ketiga Piala Menpora 2021 di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, 24 April 2021.
Di sisi lain, terdapat lima petinggi klub Liga 1 yang menolak wacana tanpa degradasi itu. Mereka adalah Presiden Borneo FC Nabil Husein, pembina Persija Jakarta Ardhi Tjahjoko, Direktur PT Persib Bandung Bermartabat Teddy Tjahyono, Direktur Utama PT Polana Bola Madura Bersatu (Madura United) Zia Ulhaq, serta Manajer Persipura Jayapura Bento Madubun.
Bento, dalam keterangan pers secara virtual, Sabtu (8/5/2021), mengungkapkan, Persipura juga diajak untuk menyuarakan Liga 1 2021 tanpa degradasi. Namun, Persipura menolak usulan itu. Ia menegaskan, kalau memang alasannya kondisi masih sulit akibat pandemi Covid-19, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru lebih baik membuat turnamen panjang, seperti Turnamen Indonesia Soccer Championship 2016.
”Sejak musim lalu, kami telah menolak kompetisi tanpa degradasi karena seburuk apa pun kondisi (finansial) saat ini, kami tetap ingin menjalankan kompetisi sesuai regulasi. Tanpa degradasi sudah pasti mengabaikan asas sporting merit, integritas kompetisi patut diragukan, serta memperlebar peluang jual-beli pertandingan,” ujar Bento.
Kecaman usulan Liga 1 tanpa degradasi juga disampaikan elemen pendukung klub, salah satunya The Jakmania, fans resmi Persija. Ketua Umum The Jakmania Diky Soemarno menilai, ketiadaan degradasi akan mengurangi ambisi besar sejumlah klub, terutama untuk memanaskan liga dengan mengontrak pelatih serta pemain lokal dan asing berkualitas.
”Persija lagi cari pelatih bagus. Kalau liga tanpa degradasi, pelatih kelas seadanya pasti yang diambil, Jadi gue rasa, sikap Persija kelihatan dari persiapan. #TolakKompetisiTanpaDegradasi,” cuit Diky di akun Twitter pribadinya, Jumat (7/5/2021). Tagar #TolakKompetisiTanpaDegradasi pun sempat menjadi trending lokal Indonesia di Twitter, hari itu.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Petugas mengambil sampel uji antigen peliput pertandingan antara PSM Makassar dan PS Sleman pada laga perebutan tempat ketiga Piala Menpora 2021 di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, 24 April 2021.
Dalam jurnal bertajuk ”The Economics of Promotion and Relegation in Sports Leagues: The Case of English Football”, pakar ekonomi olahraga Universitas Stanford, Roger G Noll, mengungkapkan, aturan promosi dan degradasi di kompetisi profesional memberikan keuntungan dari sisi olahraga dan finansial. Berdasarkan kacamata olahraga disebutkan, klub akan berlomba-lomba meningkatkan kualitasnya demi menyeimbangkan kualitas tim dengan tim-tim lain agar tidak turun kasta.
”Kehadiran degradasi dan promosi dapat meningkatkan daya tarik sponsor terhadap kompetisi. Dengan kompetisi yang ketat itu, kuantitas penonton meningkat sehingga sponsor akan melihat peluang perputaran uang dan potensi pasar yang besar,” tulis Noll dalam jurnal yang diterbitkan dalam Journal of Sports Economics Volume 3 Number 2, Mei 2002.
Hasani mengatakan, ketiadaan degradasi seharusnya menjadi momentum untuk memperbaiki integritas kompetisi nasional. Ia menjelaskan, apabila ada anggapan bakal muncul mafia di Liga 1 yang berjalan tanpa degradasi, hal itu menjadi kesempatan terbaik bagi Satgas Antimafia Bola Polri untuk mengawasi secara ketat dan menindak tegas para mafia di sepak bola nasional.
”Sisi positifnya, Liga 1 tanpa degradasi adalah peluang bagi klub mengorbitkan pemain muda yang selama ini kurang mendapat kesempatan bermain. Meski begitu, klub yang setengah hati dalam merekrut pemain dan mempersiapkan tim tentu akan merugi sendiri karena semakin tidak bisa menarik minat sponsor,” kata Hasani.
Semoga pengurus PSSI dan mayoritas pemilik klub memahami bahwa keinginan pencinta sepak bola nasional ialah kehadiran kembali kompetisi dengan tingkat persaingan tinggi, seperti dalam tiga edisi Liga 1 terakhir pada masa normal. Bukan liga yang asal dijalankan serta mencederai prinsip kompetisi yang telah berjalan bertahun-tahun di liga Indonesia.