Jadi Juara di Madrid, Sabalenka Tidak Lagi Takut Lapangan Liat
Aryna Sabalenka, petenis putri Belarus, telah mengusir ketakutannya akan lapangan tanah liat. Paradigma baru itu didapatnya setelah menjuarai WTA 1000 Madrid dengan mengalahkan petenis nomor satu dunia, Ashleigh Barty.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
MADRID, SABTU — Tunggal putri peringkat ketujuh dunia, Aryna Sabalenka, meraih gelar juara ke-10 dalam kariernya sebagai petenis profesional sejak 2015. Namun, baru kali ini dia mendapatkannya dari lapangan tanah liat. Sabalenka pun kian percaya diri untuk bersaing di Grand Slam Perancis Terbuka.
Sabalenka mengalahkan petenis nomor satu dunia, Ashleigh Barty, untuk mendapatkan gelar pertamanya di turnamen tanah liat. Dia mengalahkan petenis Australia itu dalam final WTA 1000 Madrid di Caja Magica, Madrid, Spanyol, Minggu (9/5/2021) dini hari waktu Indonesia. Sabalenka menang dengan skor 6-0, 3-6, 6-4.
”Sebelumnya, saya terlalu banyak berpikir tentang lapangan tanah liat. Saya berpikir bahwa lapangan ini tidak cocok untuk saya dan sulit bermain di sana karena banyak reli panjang. Tahun ini, pikiran itu berubah. Saya tak takut lagi dengan lapangan tanah liat,” kata Sabalenka.
Dengan gelar itu, petenis Belarus tersebut akan naik ke peringkat keempat dunia pada awal pekan ini. Peringkat itu merupakan posisi tertingginya di dalam kariernya.
Dalam pertemuan kedelapan di antara kedua petenis, Barty sebenarnya lebih difavoritkan juara. Itu karena dia unggul 4-3 dalam statistik pertemuan dengan Sabalenka dengan tiga kemenangan pada tiga pertemuan terakhir. Kemenangan terakhir didapatnya dari final dalam turnamen dengan jenis lapangan yang sama, WTA 500 Stuttgart, 19-25 April.
Akan tetapi, pada pertandingan yang berlangsung selama 1 jam 39 menit di Madrid, Barty kesulitan menahan kerasnya pukulan Sabalenka. Pada set pertama, Barty bahkan tidak memenangi satu gim pun.
”Raket saya seolah akan terlepas dari genggaman ketika menerima servis dia pada set pertama. Pertemuan tadi tidak akan menjadi yang terakhir dengan Sabalenka. Jadi, saya harus berjuang menemukan cara untuk mengatasinya,” ujar Barty yang akan melanjutkan persiapannya untuk Perancis Terbuka dalam WTA 1000 Roma, 10-16 Mei.
Sabalenka juga akan bersaing dalam turnamen besar terakhir sebelum Perancis Terbuka, 30 Mei-13 Juni, dan berpeluang bertemu Barty pada perempat final. ”Jujur, setelah final Stuttgart, saya cedera. Saya tak dapat bergerak dan berniat mundur dari Madrid, tetapi pemulihannya berlangsung dengan baik. Hanya dalam empat hari, kondisi saya membaik dan sekarang menjadi juara,” tutur petenis berusia 23 tahun itu.
Saya sempat berpikir bahwa lapangan (tanah liat) ini tidak cocok untuk saya. Tahun ini, pikiran itu berubah. Saya tak takut lagi dengan lapangan tanah liat.
Final Zverev-Berrettini
Pada tunggal putra, dalam persaingan pada level ATP Masters 1000, final pada Minggu malam waktu setempat akan mempertemukan Alexander Zverev dengan Matteo Berrettini. Zverev mendapatkan tiket final terlebih dulu setelah mengalahkan Dominic Thiem, 6-3, 6-4, yang merupakan pembalasan dari kekalahannya dalam pertemuan terakhir di final Grand Slam AS Terbuka 2020.
”Kami selalu menjalani pertandingan fantastis dalam turnamen besar, termasuk Masters 1000 dan Grand Slam. Persaingan kami akan terus terjadi,” kata Zverev.
Zverev kembali ke final Madrid Masters setelah juara pada 2018 dengan mengalahkan Thiem di final. Pemain muda paling melesat di awal karier profesionalnya itu menjuarai dua final Masters pertamanya, yaitu pada Roma dan Montreal Masters 2017, dalam usia 20 tahun.
Sejak saat itu, Zverev pun selalu tampil pada final Masters pada setiap tahunnya. Final terakhir dijalani pada Paris Masters 2020, tetapi dikalahkan Daniil Medvedev.
Laga melawan Berrettini menjadi final kedua Zverev tahun ini setelah menjuarai Acapulco, Maret lalu. Namun, setelah itu, dia hanya dua kali menang pada tiga turnamen.
Adapun bagi Berrettini, laga nanti menjadi final pertama di arena Masters. Hasil terbaiknya sebelumnya adalah semifinal Shanghai Masters 2019, yaitu ketika dia dikalahkan Zverev.
Capaian itu menjadi salah satu kemenangan Zverev, dari dua kemenangan pada tiga pertemuan, dengan petenis Italia tersebut. Selain menang di Shanghai, Zverev pun menang pada babak kedua Roma Masters 2018 yang dibalas Berrettini pada babak kedua tahun berikutnya.
”Tentu akan sangat berarti jika saya bisa memenangi final. Saya sangat menantikan pertandingannya,” ujar Zverev yang lolos ke final tanpa kehilangan satu set pun, seperti ketika dia juara, tiga tahun lalu. (AFP)