Perubahan sekecil apa pun akan berdampak pada penampilan petenis, termasuk yang telah berstatus petenis top dunia. Stefanos Tsitsipas dan Novak Djokovic menaikkan level penampilan mereka melalui belajar bernapas.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Tak pernah tersingkir sebelum perempat final dalam tujuh turnamen, dengan satu gelar juara dari tiga final pada 2021, menjadi hasil terbaik bagi petenis Yunani Stefanos Tsitsipas di awal musim. Petenis berusia 22 tahun itu menyebut, bernapas menjadi rahasia suksesnya pada empat bulan pertama tahun ini.
”Saya belajar bernapas dalam beberapa bulan terakhir bersama psikolog. Bernapas dengan benar membantu saya dalam mengontrol diri (emosi) saat bertanding,” ujar Tsitsipas.
Petenis Yunani itu memulai tahun ini dengan kemenangan fenomenal atas Rafael Nadal pada perempat final Grand Slam Australia Terbuka. Kehilangan dua set pertama, Tsitsipas bangkit dan menang dalam pertandingan dengan format best of five sets.
Penampilannya meningkat memasuki persaingan di lapangan tanah liat sejak April. Dia menjuarai Monte Carlo Masters, gelar pertamanya dari ATP Masters 1000, lalu mencapai final ATP 500 Barcelona dalam dua pekan beruntun.
Pekan ini, petenis peringkat kelima dunia itu tampil dalam Madrid Masters, lalu akan berpindah ke Roma Masters, 10-16 Mei. Tsitsipas menargetkan puncak penampilan di lapangan tanah liat di Roland Garros dalam ajang Perancis Terbuka, 30 Mei-13 Juni.
Tsitsipas mempelajari teknik bernapas dengan benar bersama psikolog dalam timnya, Coastas Pergantis. ”Ketika bisa bernapas dengan benar, saya merasa permainan saya meningkat. Bernapas dengan cara yang tidak benar akan membuat kita sulit tampil dalam level tinggi,” tuturnya dalam www.tennis.com.
Jurnalis ilmu pengetahuan olahraga, James Nestor, dalam bukunya, Breath: The New Science of a Lost Art”, menyebut berbagai konsekuensi dari cara bernapas yang tak benar, seperti stres, sulit tidur, hingga menurunnya kondisi fisik.
Bagi atlet, teknik bernapas yang benar bernilai lebih penting, terutama ketika bertanding. Tenis dalam format laga best of five sets, misalnya, bisa berlangsung hingga sekitar 5 jam. Kemenangan Tsitsipas atas Nadal di Melbourne Park didapat dalam waktu 4 jam 5 menit.
Psikolog olahraga dari Universitas Northern California, Jeff Greenwald, menyebut langkah pertama yang simpel dalam metode bernapas dengan benar, yaitu menutup mulut.
”Bernapas dengan mulut mengakibatkan banyak masalah. Menarik napas melalui hidung adalah cara paling optimal karena hidung bisa menyaring racun yang ada di udara hingga bisa menyeimbangkan oksigen dan karbondioksida dalam darah. Ini menambah aliran oksigen untuk otot, merendahkan detak jantung, dan tekanan darah,” tutur Greenwald.
Ketika bisa bernapas dengan benar, saya merasa permainan saya meningkat. Bernapas dengan cara yang tidak benar akan membuat kita sulit tampil dalam level tinggi.
Teori itu bukan hal yang mudah dilakukan saat bertanding. Dalam kondisi stres, lanjut Greenwald, petenis akan terengah-engah dan menarik napas dengan mulut. Ini akan mengganggu keseimbangan oksigen dan karbondioksida dalam darah, padahal oksigen menjadi faktor paling penting dalam performa atlet.
”Oksigen membantu kita fokus berpikir, meningkatkan stamina, memulihkan diri, menurunkan tingkat stres, hingga membuat lebih tenang. Ini biasanya tak terpikir saat bertanding,” kata Greenwald.
Greeenwald juga menjelaskan, napas perut lebih baik dibandingkan menarik napas hingga dada. Metode napas hingga perut akan berpengaruh pada sistem saraf parasimpatik yang membuat seseorang bisa lebih tenang.
”Ini bisa dilakukan dengan latihan rutin, juga, beberapa saat sebelum bertanding sambil menjernihkan pikiran. Ketika bertanding, tariklah napas dalam dengan pelan dalam jeda di antara perebutan poin. Petenis bisa melakukannya dengan jeda 25 detik di antara servis,” kata Greenwald.
Meditasi dan yoga
Sebelum Tsitsipas, Djokovic telah terlebih dulu mempelajari cara bernapas ini. Meditasi dengan belajar pada guru spiritual, yoga, dan diet gluten mungkin bukanlah metode yang jamak dilakukan petenis lain. Tetapi, cara ini telah membawa petenis Serbia itu menjadi salah satu petenis terbaik.
Djokovic telah mengumpulkan 18 gelar Grand Slam dan menjadi tunggal putra dengan waktu terlama di posisi nomor satu dunia. Sejak pertama kali menempati peringkat pertama dunia, pada 4 Juli 2011, dia telah berada di posisi tersebut selama 319 pekan (tidak beruntun). Djokovic telah melewati rekor 310 pekan milik Roger Federer.
Sebelum mencapai posisi tersebut, Djokovic dikenal sebagai petenis yang sering mengundurkan diri saat bertanding karena berbagai sebab. Terakhir, dia melakukannya saat berhadapan dengan Andy Roddick pada perempat final Australia Terbuka 2009 karena tak kuat menahan cuaca panas. Padahal, Djokovic berstatus sebagai juara bertahan.
Sejak saat itulah, perubahan pola hidup pun dilakukan sosok yang telah menjadi ayah dari dua anak tersebut. Meditasi, yoga, dan diet gluten menjadi bagian dari kehidupannya.
Jurnalis The New York Times ketika mengikuti keseharian Djokovic melaporkan, petenis berusia 33 tahun itu selalu bangun sebelum matahari terbit. Bersama istri dan kedua anaknya, mereka memiliki kebiasaan melihat matahari terbit, lalu berpelukan dan bernyanyi. Setelah itu, mereka melakukan yoga.
Djokovic pun memiliki rutinitas meditasi di Kuil Buddhapadipa pada sebelum dan di sela keikutsertaan dalam Wimbledon di London, Inggris. Seperti diceritakan Phramaha Bhatsakorn Piyobhaso, salah satu biksu yang sering ditemui Djokovic, meditasi rutin membantu pemilik sembilan gelar Australia Terbuka itu untuk meningkatkan konsentrasi. ”Novak pun bisa fokus pada semua yang dilakukannya dan dia sangat menikmati suasana yang menenangkan di sini,” kata Piyobhaso.