Paris Saint-Germain optimistis melaju ke final Liga Champions meskipun kalah 1-2 di laga pertama semifinal dari Manchester City. Pengalaman sang pelatih serta rekor sempurna di laga tandang menjadi modal PSG.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MANCHESTER, SENIN — Paris Saint-Germain dianggap menjalani misi mustahil saat menghadapi Manchester City pada laga kedua semifinal Liga Champions, Rabu (5/5/2021) pukul 02.00 WIB, di Stadion Etihad, Manchester. ”Les Parisiens” harus mampu membalikkan ketertinggalan agregat 1-2 dari City yang belum terkalahkan di Eropa pada musim ini. Namun, Pelatih PSG Mauricio Pochettino memiliki bekal berharga untuk memutarbalikkan kemustahilan itu.
Pochettino memang belum berpengalaman membawa tim asuhannya meraih gelar di kompetisi antarklub Eropa. Prestasi terbaik pelatih berkebangsaan Argentina itu adalah membawa Tottenham Hotspur menembus partai final Liga Champions edisi 2018-2019. Pengalaman dua musim silam itu menjadi alasan bagi Pochettino untuk tetap yakin bisa membawa PSG menyingkirkan City di babak semifinal.
Situasi yang dihadapi Pochettino jelang laga semifinal kedua di markas City nyaris serupa dengan saat dia menangani Spurs. Kala itu, Spurs kalah 0-1 dari Ajax Amsterdam pada laga pertama semifinal di kandang sendiri. Melalui pertarungan dramatis, Spurs menang 3-2 di laga kedua di Amsterdam, meskipun sempat tertinggal 0-2 di babak pertama. Spurs pun lolos dengan keunggulan gol tandang atas Ajax.
Selain itu, Pochettino juga berpengalaman menyingkirkan City di Liga Champions. Sebelum mengandaskan Ajax pada semifinal itu, Pochettino bersama Spurs meninggalkan pengalaman menyakitkan pada City dan Pep Guardiola di babak perempatf inal musim yang sama. Pochettino membawa Spurs unggul gol tandang setelah kedua tim mencatatkan agregat gol 4-4.
Oleh karena itu, Pochettino mengatakan, pengalaman memberinya keyakinan bahwa di sepak bola setiap orang tidak boleh kehilangan harapan meski terlihat mustahil. Ia pun yakin seluruh pemain PSG bisa tampil maksimal untuk membalas kekalahan di Manchester.
”Kami akan berusaha untuk menang dan mencetak gol demi gol. Tentu kami memiliki tekanan yang lebih besar (dibandingkan dengan City), tetapi di sepak bola Anda harus berani mencoba,” kata pelatih berusia 49 tahun itu seperti dilansir laman UEFA.
Rekor tandang sempurna
Tidak hanya itu, PSG sejak ditangani Pochettino mampu tampil jauh lebih baik di laga tandang daripada laga kandang pada fase gugur Liga Champions. Dari lima pertandingan di babak gugur musim ini, PSG kalah dua kali dan sekali bermain imbang di markas sendiri, Stadion Parc des Princes. Dua kakalahan itu berasal dari City dan Bayern Muenchen.
Sementara itu, Les Parisiens selalu mampu membawa pulang kemenangan saat bermain di kandang lawan. PSG menang 4-1 di Barcelona, kemudian menumbangkan Bayern Muenchen 3-2 di Jerman.
Dua kemenangan di dua laga tandang sebelumnya tentu tidak bisa menjadi jaminan PSG bisa mengalahkan City. Terlebih lagi, ”The Citizens” selalu meraih kemenangan pada lima pertandingan kandang di Liga Champions musim ini.
Kami akan berusaha untuk menang dan mencetak gol demi gol. Tentu kami memiliki tekanan yang lebih besar, tetapi di sepak bola Anda harus berani mencoba.
Statistik menawan City itu tidak sedikit pun menciutkan nyali skuad PSG. Bintang PSG, Neymar Jr, akan beridir di barus terdepan untuk memimpin rekan-rekannya memenangi pertarungan di Stadion Etihad.
”Kami menjalani pertandingan pertama yang sulit melawan City, tetapi kami harus percaya dan tidak peduli dengan catatan statistik yang mengatakan peluang menang kami amat kecil. Apa pun yang terjadi, saya akan memberikan segalanya, bahkan siap mati di atas lapangan,” ujar Neymar dilansir laman klub.
Paling berbakat
Adapun Guardiola menilai, PSG merupakan tim dengan barisan pemain depan paling berbakat di dunia saat ini. PSG memiliki tiga pemain berbahaya yang bisa mengubah pertandingan hanya dengan satu aksi. Ketiga pemain itu ialah Neymar, Kylian Mbappe, dan Angel Di Maria.
Oleh karena itu, City harus bermain secara kolektif dengan mentalitas luar biasa agar bisa memenangi pertandingan. Guardiola menekankan, kemenangan di laga pertama tidak menjadi jaminan bagi City untuk bisa melaju ke babak final Liga Champions, yang akan menjadi final pertama setelah 140 tahun klub berdiri.
”Kami harus bermain lebih agresif dengan atau tanpa bola. Tim ini tidak punya banyak pengalaman pada fase ini di Liga Champions sehingga kami harus bermain sesuai dengan cara kami,” ujar Guardiola, seperti dikutip laman klub.
Guardiola pun berambisi memperpanjang rekor tak terkalahkan City di Liga Champions musim ini. City mencatat sejarah baru di kompetisi antarklub paling bergengsi di Eropa itu dengan menjadi tim Inggris pertama yang tidak terkalahkan setelah menjalani lebih dari 10 pertandingan Liga Champions dalam satu musim.
Hingga laga pertama semifinal, City telah meraih 10 kemenangan dan satu hasil imbang. Satu-satunya kegagalan City mencatat kemenangan terjadi pada fase grup saat bertandang ke markas FC Porto, 2 Desember lalu.
Selain performa konsisten itu, City juga dipastikan akan menurunkan mayoritas pemain utama dengan kondisi bugar. Guardiola telah mengistirahatkan delapan pemain inti, yang diturunkan sejak menit awal di Paris, saat ”The Citizens” mengalahkan Crystal Palace, 2-0, dalam lanjutan Liga Inggris, Sabtu (1/5/2021).
”Setelah lima tahun bersama, saya dan seluruh pemain telah memiliki misi yang sama, yakni berusaha selalu bermain baik dan indah di setiap pertandingan. Setelah mayoritas pemain utama istirahat, kami bersiap untuk kembali menghadapi laga penentuan melawan PSG,” kata pelatih asal Spanyol itu.
Menurut Philipp Lahm, mantan kapten Bayern Muenchen dan tim nasional Jerman, Guardiola akan selalu menuntut anak asuhnya untuk tidak melakukan kesalahan di setiap laga, terutama di laga penting. Guardiola telah beradaptasi secara taktikal selama melatih City karena kondisi City yang tidak memiliki pemain besar, seperti skuad Barcelona periode 2008-2012. Lahm mengatakan, City bisa menghadirkan penampilan kolektif tanpa berpusat kepada satu pemain.
”Bersama City, Guardiola menekankan bahwa kreativitas lebih penting daripada formasi tertentu. Sepak bola ala Guardiola adalah perayaan individualitas, ia memberikan penghormatan kepada setiap pemain di atas dirinya sendiri, karena ia mengganggap dirinya sebagai teman sekaligus pelayan bagi pemainnya,” tulis Lahm dalam kolom ”Views of a footballer” di laman The Guardian. (AFP)