Manchester City telah menginjakkan satu kaki di partai final Liga Champions. Hal itu dicapai setelah menumbangkan Paris Saint-Germain 2-1 di laga pertama semifinal yang berlangsung di Parc des Princes, Perancis.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
PARIS, KAMIS — Setelah empat musim menangani Manchester City, Pep Guardiola akhirnya terlihat tersenyum puas menyaksikan penampilan anak asuhannya di fase gugur Liga Champions. Kebahagiaan Guardiola itu tidak lepas dari keberhasilan skuad City membawa pulang keunggulan 2-1 dalam laga pertama semifinal Liga Champions di markas Paris Saint-Germain, Stadion Parc des Princes, Kamis (29/4/2021) dini hari WIB.
Air muka Guardiola tampak kontras dalam dua babak di laga semifinal itu. Pada babak pertama, Guardiola beberapa kali menggelengkan kepala hingga memukul tembok di sisi kursi tempat ia duduk karena City tertinggal berkat sundulan kapten PSG, Marquinhos, pada menit ke-15. Di sisi lain, sejumlah usaha City membongkar pertahanan PSG selalu kandas.
Namun, di babak kedua, dalam sejumlah kesempatan, pelatih berusia 50 tahun itu tersenyum semringah menyaksikan performa seluruh pemainnya. Penyebabnya adalah kesuksesan City mencetak dua gol balasan melalui Kevin de Bruyne pada menit ke-64 serta eksekusi tendangan bebas yang dilakukan penuh kejelian oleh Riyad Mahrez di menit ke-71.
Saya sangat puas dengan performa tim. Meski begitu, perjalanan kami menuju final baru setengah jalan karena kami masih memiliki 90 menit di Manchester dan PSG adalah sebuah tim yang mampu melawan kemustahilan.
”Saya sangat puas dengan performa tim. Meski begitu, perjalanan kami menuju final baru setengah jalan karena kami masih memiliki 90 menit di Manchester dan PSG adalah sebuah tim yang mampu melawan kemustahilan,” ujar Guardiola dilansir laman UEFA.
Perubahan taktik
Wajar Guardiola kecewa dengan permainan City di babak pertama. Selain kebobolan lewat skema sepak pojok, lini pertahanan City tidak berdaya meredam serangan PSG yang dimotori Neymar Jr.
Di babak pertama, ”Les Parisiens” mencatatkan empat tembakan mengarah ke gawang serta 12 umpan silang ke jantung pertahanan City. Adapun City hanya mampu melakukan dua tembakan tepat sasaran dan lima umpan silang di paruh pertama laga di Paris itu.
Meski demikian, penampilan City di babak kedua menunjukkan kepantasan mereka menyandang predikat terkuat untuk menjadi raja baru di Eropa pada musim ini. Berbeda dengan dua lawan yang ditumbangkan PSG di dua babak sebelumnya, yakni Barcelona dan Bayern Muenchen, yang selalu menempatkan satu penyerang di kotak penalti untuk menjadi penyelesai peluang. City justru tidak menempatkan satu pun pemain di kotak penalti PSG. Sebagai gantinya, Guardiola mengandalkan Kevin de Bruyne sebagai false nine.
Dengan taktik itu, City memusatkan serangan dari kedua sisi sayap, terutama dari sisi kanan yang ditempati Mahrez. Ketika pemain dari posisi sayap mampu menusuk ke dalam jantung pertahanan PSG, baru satu pemain City akan tiba di sisi tengah kotak penalti untuk menantikan umpan silang. Pemain yang bertugas masuk ke dalam penalti ketika rekan setimnya mampu menggiring bola ke dalam kotak penalti PSG ialah Phil Foden. Kondisi itu membuat Foden menjadi pemain City dengan catatan tembakan ke gawang terbanyak dengan tiga tembakan.
De Bruyne mengakui, golnya berbau keberuntungan karena bola yang ia sepak sesungguhnya bertujuan sebagai umpan bagi rekan setimnya. Meski begitu, lanjutnya, City bermain lebih baik di babak kedua sehingga pantas membawa pulang keunggulan sebagai bekal menjalani laga kedua di Manchester, pekan depan.
Ketika ditanya apa yang diinstruksikan Guardiola di ruang ganti pada turun minum, De Bruyne berkata, ”Kami diminta memainkan bola lebih lama. Di babak pertama, kami terlalu terburu-buru untuk menyalurkan bola ke zona pertahanan lawan. Oleh karena itu, pada babak kedua, kami berusaha membuka ruang di pertahanan mereka secara lebih sabar,” kata De Bruyne kepada BT Sport.
PSG frustrasi
Pola permainan City yang memainkan variasi operan pendek di zona pertahanan lawan menyulitkan sekaligus membuat frustrasi pemain PSG. Leandro Paredes dan Neymar diganjar kartu kuning karena melanggar pemain City yang seakan enggan melepaskan bola dari penguasaan. Kemudian, gelandang PSG, Idrissa Gueye, mendapatkan kartu merah saat laga tersisa 13 menit setelah menekel Ilkay Gundogan. Akibat tekel keras yang mengenai pergelangan kaki itu, Guendogan sempat menjalani perawatan dari tim medis City sekitar 2,5 menit di dalam lapangan.
Tidak hanya efektif dalam menyerang, perubahan taktik di babak kedua City juga memperkuat zona pertahanan. Pada 45 menit kedua tidak ada tembakan mengarah ke gawang yang dilakukan PSG. Bahkan, penyerang PSG, Kylian Mbappe, yang telah menciptakan enam gol di fase gugur untuk pertama kalinya gagal melakukan satu pun tembakan di Liga Champions musim ini.
Pelatih PSG Mauricio Pochettino mengakui dua babak di laga itu berjalan berbeda bagi anak asuhannya. PSG, lanjutnya, bisa tampil dominan di babak pertama, tetapi kewalahan menghadapi tekanan City di babak kedua.
”Meskipun kami unggul lebih dulu, mereka tampil lebih baik dibandingkan kami. City mendapat dua gol akibat kesalahan kami, tetapi harus diakui mereka menciptakan lebih banyak peluang dibandingkan kami,” ucap Pochettino.
Meskipun City memiliki keuntungan saat memulai laga kedua, Pochettino yakin PSG mampu membalas kekalahan saat mengunjungi Stadion Etihad, rumah ”The Citizens”. Pasalnya, PSG selalu mampu meraih kemenangan saat bertandang di babak gugur Liga Champions musim ini. PSG telah membuktikan diri mampu menumbangkan Barcelona dan Bayern Muenchen di markas sang lawan.
Mantan pemain timnas Inggris, Chris Waddle, mengatakan, City kembali lagi menunjukkan perjuangan dan kerja keras sebagai sebuah tim saat mengalahkan PSG. Menurut Waddle, permainan kolektif menjadi kekuatan utama City, sedangkan PSG, yang memiliki dua megabintang sepak bola saat ini, yaitu Mbappe dan Neymar, lebih memanfaatkan keunggulan individu para pemain utama.
”City memang memiliki pula pesepak bola luar biasa, tetapi penampilan mereka mengutamakan tim. Jadi, semua pemain terlihat memiliki peran yang setara untuk menyajikan penampilan tim berkualitas dunia,” ujar Waddle dilansir BBC. (REUTERS)