Penampilan Novak Djokovic pada babak kedua turnamen ATP 250 Belgrade, Serbia, menjadi penampilan pertama Djokovic di depan publik sendiri dalam sepuluh tahun terakhir. Laga tersebut bermakna emosional bagi Djokovic.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
BELGRADE, RABU — Ada yang istimewa dari penampilan Novak Djokovic melawan Kwon Soon-woo pada babak kedua turnamen ATP 250 Belgrade, Serbia. Itu menjadi penampilan pertama Djokovic di depan publik sendiri dalam sepuluh tahun terakhir.
Pertandingan tersebut seharusnya dimulai Rabu (21/4/2021) pukul 19.00 WIB di stadion yang namanya terinspirasi dari petenis nomor satu dunia itu, Novak Tennis Center. Namun, hujan menunda pertandingan hingga beberapa jam kemudian.
Apa pun hasilnya, laga tersebut sangat bermakna bagi Djokovic. Itu menjadi penampilan pertama di negaranya, pada turnamen yang sama, setelah dia menjuarai ATP Belgrade 2011.
Petenis nomor satu dunia itu juga tampil pada ATP Belgrade 2009 ketika kejuaraan pertama kali digelar. Saat itu, dia baru memiliki satu gelar juara Grand Slam, yaitu dari Australia Terbuka 2008.
Djokovic hanya bertahan hingga perempat final pada tahun berikutnya, juara lagi pada 2011, dan tak ikut serta pada 2012 yang merupakan penyelenggaraan terakhir hingga akhirnya digelar lagi pada tahun ini. Maka, kehadiran di rumah sendiri, meski dengan penonton terbatas karena pandemi Covid-19, menjadi sangat berkesan baginya.
Bermain di rumah membuat saya emosional karena momen tampil di hadapan orangtua, teman, dan keluarga lainnya sangat jarang didapat.
”Bermain di rumah membuat saya emosional karena momen tampil di hadapan orangtua, teman, dan keluarga lainnya sangat jarang didapat. Hanya beberapa kali saya bisa tampil di negara sendiri dan di depan banyak pendukung. Selain itu, saya pun terkenang momen ketika tampil di sini sebelumnya,” tutur Djokovic sebelum bertanding melawan Kwon.
Maka, ketika ATP 250 Belgrade digelar pada tahun ini, Djokovic memanfaatkan waktu untuk berkumpul bersama orangtua dan anggota keluarga lain yang jarang ditemui pada masa pandemi. Ketatnya larangan perjalanan internasional membuat petenis berusia 33 tahun itu kesulitan berkunjung ke Serbia dari kediamannya di Monte Carlo, Monako.
”Berada di sini, membawa saya pada banyak kenangan, saat saya baru belajar tenis. Saya pun bisa bertemu orang-orang yang membantu saya bisa menjadi seperti saat ini. Tempat penyelenggaraan turnamen ini adalah tempat ketika saya sering bermain tenis di masa kecil,” tutur Djokovic yang kali ini datang dengan 18 gelar Grand Slam dan sebagai petenis nomor satu dunia terlama, yaitu selama 317 pekan.
Selain ”pulang kampung”, keikutsertaan Djokovic dalam turnamen di Belgrade adalah untuk membayar kegagalan di ATP Masters 1000 Monte Carlo, pekan lalu, meski kedua turnamen memiliki level berbeda. Djokovic disingkirkan Daniel Evans pada babak ketiga di Monte Carlo.
ATP 500 Barcelona
Misi serupa dibawa Rafael Nadal di negaranya, Spanyol, pada turnamen ATP 500 Barcelona yang juga berlangsung pekan ini. Sebelumnya di ATP Masters 1000 Monte Carlo, Nadal dikalahkan Andrey Rublev pada perempat final turnamen yang pernah dijuarai Nadal 11 kali. Nadal, yang ditempatkan sebagai unggulan teratas di Barcelona, memulai penampilan melawan Ilya Ivashka pada babak kedua, Jumat malam.
Rublev, yang juga mulai tampil sejak babak kedua setelah mendapat bye di babak pertama, lolos ke babak ketiga setelah mengalahkan Federico Gaio, 6-4, 6-3. Kemenangan straight sets juga didapat Stefanos Tsitsipas atas Jaume Munar, 6-0, 6-2.
Tsitsipas datang ke Barcelona setelah menjuarai Monte Carlo Masters, gelar pertamanya dalam turnamen level ATP Masters 1000. Petenis Yunani itu pun bertekad membawa momentum baiknya ke Barcelona, apalagi turnamen ini menjadi bagian dari catatan khusus dalam kariernya. Tsitsipas lolos ke final ATP Tour untuk pertama kalinya di Barcelona pada 2018.
Ketika itu, Tsitsipas kalah 2-6, 1-6 dari Nadal pada pertemuan pertama mereka. Pertemuan itulah yang akhirnya menjadi cikal bakal perkembangan Tsitsipas hingga bisa mengalahkan petenis Spanyol itu pada ajang besar, perempat final Australia Terbuka 2021.
”Cara bermain saya ketika itu tidak sesuai keinginan, tetapi saya belajar banyak dari momen itu. Saya lihat, Rafa sangat menyukai kondisi di Barcelona hingga akhirnya bisa 11 kali juara di sini. Itu sangat menginspirasi dan saya harap bisa mendapatkannya (gelar juara), setidaknya setengahnya dari dia,” tutur Tsitsipas. (AFP)