Liga Super Eropa, Ide 12 Klub Elite yang Menuai Kontroversi
Gagasan dari 12 klub elite Eropa untuk menggelar Liga Super Eropa langsung mendapat banyak kecaman. Bahkan, UEFA sampai mengancam klub dan para pemain yang terlibat tidak akan bisa tampil di berbagai kompetisi mayor.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
MADRID, SENIN — Sebanyak 12 klub elite Eropa telah mengumumkan rencana untuk menggelar Liga Super Eropa, Senin (19/4/2021) pagi waktu Indonesia. Liga yang diharapkan menjadi arena pertarungan 20 klub elite dari berbagai liga top Eropa ini dijadwalkan digelar pada Agustus 2021. Ide ini pun langsung menuai kontroversi.
Kedua belas klub yang menjadi pendiri Liga Super Eropa ini adalah AC Milan, Arsenal, Atletico Madrid, Chelsea, Barcelona, Inter Milan, Juventus, Liverpool, Manchester City, Manchester United, Real Madrid, dan Tottenham Hotspur. Mereka berasal dari tiga liga top, Liga Inggris, Liga Italia, dan Liga Spanyol.
Liga Super Eropa, melalui laman resminya, menyatakan ada tiga klub lagi yang akan bergabung sehingga nantinya akan ada 15 klub yang berstatus founding club atau klub pendiri. Mereka akan bertarung melawan lima klub lainnya.
Kami akan membantu sepak bola berkembang di setiap tingkatan dan memberikan tempat yang layak. Sepak bola adalah satu-satunya olahraga global di dunia dengan lebih dari empat miliar penggemar, dan tanggung jawab kami sebagai klub besar adalah memenuhi keinginan para penggemar.
Format kompetisi yang mereka sampaikan masih berupa gagasan kasar sehingga belum ada ketentuan atau syarat yang detail mengenai bagaimana klub bisa berpartisipasi. Jika melihat format yang sudah diumumkan, akan ada lima klub di luar ke-15 klub pendiri yang bisa bergabung untuk memenuhi kuota sebanyak 20 klub, melalui mekanisme kualifikasi berdasarkan penampilan pada musim sebelumnya.
Kompetisi akan berjalan dengan pembagian dua grup besar, masing-masing berisi 10 klub. Tiga klub teratas di setiap grup otomatis akan melaju ke babak perempat final, sedangkan tiket perempat final bagi dua klub sisanya bakal diperebutkan oleh klub peringkat keempat dan kelima di setiap grup melalui babak playoff.
Fase gugur dalam kompetisi ini mirip dengan Liga Champions. Babak perempat final dan semifinal akan berlangsung dalam dua laga, sedangkan laga final akan digelar satu kali di tempat yang netral. Liga Super Eropa untuk pemain putri juga bakal digelar.
Para petinggi dari ke-12 klub tersebut memiliki pendapat yang sama bahwa Liga Super Eropa ini akan memperbaiki industri sepak bola. ”Kami akan membantu sepak bola berkembang di setiap tingkatan dan memberikan tempat yang layak. Sepak bola adalah satu-satunya olahraga global di dunia dengan lebih dari 4 miliar penggemar, dan tanggung jawab kami sebagai klub besar adalah memenuhi keinginan para penggemar,” demikian Presiden Real Madrid sekaligus Ketua Liga Super Eropa, Florentino Perez.
Tantangan yang dihadapi klub-klub besar saat ini, terutama dengan adanya pandemi, menjadi dasar pemikiran para pendiri Liga Super Eropa. Kompetisi baru ini diharapkan bisa memperbaiki kondisi keuangan klub yang jeblok akibat pandemi agar klub tetap bisa punya sumber dana untuk terus mengembangkan infrastruktur.
Mendapat kecaman
Gagasan Liga Super Eropa ini langusng menuai kecaman dari banyak pihak, seperti para pendukung, mantan pemain, UEFA, FIFA, hingga para pemimpin negara. Konsep Liga Super Eropa ini dinilai terlalu eksklusif dan justru mencederai nilai-nilai sepak bola yang sebenarnya.
Kecaman itu justru datang dari para pendukung klub-klub pendiri. ”Liga ini adalah keputusan yang didasari keserakahan dan tidak dibuat dengan melibatkan para pendukung klub yang loyal, tidak mempertimbangkan sejarah, masa depan kami, dan masa depan sepak bola di negeri ini,” tulis Chelsea Supporter’ Trust (CST), wadah para pendukung Chelsea.
”Rencana Liga Super Eropa ini akan merusak sepak bola dan kami mendukung otoritas sepak bola untuk mengambil tindakan,” ujar Perdana Menteri Inggris Boris Johnson melalui akun Twitter resminya.
UEFA sudah mengeluarkan pernyataan untuk menentang Liga Super Eropa. ”Klub yang terlibat akan dilarang tampil di kompetisi domestik, Eropa, atau kompetisi level dunia. Para pemain dari klub yang bersangkutan juga akan dilarang tampil membela tim nasional mereka,” tulis UEFA.
Padahal, Senin ini UEFA memiliki agenda untuk membahas perubahan format Liga Champions. Mereka akan menambah jumlah peserta dari 32 menjadi 36 klub setiap musim supaya akan ada lebih banyak klub yang bisa menikmati keuntungan tampil di Liga Champions. (AP/AFP/REUTERS)