Manajer Manchester City, Pep Guardiola, telah melihat potensi yang dimiliki bintang mudanya, Phil Foden, sejak lama. Kini Foden terus bersinar dan mengantar City ke semifinal Liga Champions.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
DORTMUND, KAMIS - Penantian Manchester City selama lima tahun untuk bisa kembali tampil di babak semifinal Liga Champions telah berakhir ketika mereka mengalahkan Borussia Dortmund, 2-1, pada laga kedua perempat final di Stadion Signal Iduna Park, Kamis (15/4/2021) pagi waktu Indonesia. Kesuksesan ini, salah satunya, berkat kesabaran manajer City Pep Guardiola dalam merawat bintang mudanya, Phil Foden.
Pemain yang masih berusia 20 tahun ini memastikan kemenangan City atas Dortmund melalui gol yang ia cetak pada menit ke-75. Sesaat setelah mencetak gol, ia kemudian berlari ke arah Guardiola dan memeluknya. Wajah-wajah ceria para pemain City lainnya ikut menghiasi momen emosional tersebut.
Saat memeluk Foden, Guardiola tampak mengatakan sesuatu kepadanya. “Dia (Foden) berlari dan mencari saya. Lalu saya berkata ‘selamat, tembakan yang bagus, gol yang indah, terima kasih.’ Saya tidak tahu apa lagi yang harus saya katakan pada momen itu,” kata Guardiola dikutip Manchester Evening News.
Guardiola, sekali lagi, harus memuji penampilan Foden yang sangat dinamis saat menyerang. Foden menjadi motor utama City dalam menyingkirkan Dortmund. Pada laga pertama pekan lalu ketika City mengalahkan Dortmund di Stadion Etihad, juga dengan skor, 2-1, Foden menyumbang satu gol pada menit ke-90.
Dengan demikian, Foden menjadi pemain kedua setelah Kylian Mbappe (penyerang Paris Saint-Germain) yang berhasil mencetak gol dalam dua laga perempat final Liga Champions ketika masih berusia di bawah 21 tahun. Menariknya, Foden bakal berduel melawan Mbappe karena City berjumpa PSG pada babak semifinal.
Aset berharga
Seperti Mbappe dengan PSG, Foden merupakan salah satu aset berharga yang kini dimiliki City. Lima tahun lalu, potensi luar biasa yang dimiliki Foden ini masih tersembunyi tetapi Guardiola sudah melihatnya dengan jelas. Foden merupakan salah satu pemain binaan akademi City. Pada tahun 2016, Guardiola memanggil Foden untuk ikut berlatih bersama tim senior City.
“Kami melihat bakatnya sejak awal dan tahu betul bagaimana perkembangannya,” kata Guardiola. Pada musim 2017-2018 dan 2018-2019 Guardiola belum membiarkan Foden tampil dengan frekuensi tinggi. Dalam dua musim tersebut, Foden hanya tampil dalam 36 laga di semua kompetisi.
Tidak ada Fo (Foden) tidak ada pesta.
Namun, Guardiola berkali-kali mengatakan akan tiba waktunya bagi Foden untuk bersinar. Sikap kehati-hatian dan kesabaran Guardiola dalam merawat seorang talenta muda ini akhirnya membuahkan hasil pada musim ini. Foden menjelma menjadi pemain penting di skuad City dan bahkan pendukung fanatik City seperti Liam Gallagher, mantan vokalis band Oasis, mengomentari Foden di akun Twitternya. “Tidak ada Fo (Foden) tidak ada pesta,” tulis Liam.
Kemampuan Foden menjadikannya calon penerus David Silva sebagai pengatur serangan City. Bahkan, Foden telah memiliki julukan “Stockport Iniesta” yang merupakan gabungan dari nama kota kelahirannya dan nama gelandang legendaris Barcelona, Andres Iniesta.
Guardiola yang juga pernah melatih Barcelona tahu betul pentingnya menjaga Foden. Dalam buku Pep’s City: The Making of a Superteam (2019) karangan jurnalis Spanyol, Pol Ballus dan Lu Martin, Guardiola tidak ingin City sembarangan menjual anak emasnya itu. “Foden merupakan pemain yang tidak bisa dijual dalam situasi apapun, bahkan dengan tawaran sebesar 500 juta euro (Rp 8,7 triliun) sekalipun,” kata Guardiola dalam buku tersebut.
Pernyataan tersebut mengungkapkan rasa percaya diri Guardiola terhadap potensi yang dimiliki Foden. Inilah yang membuat Guardiola tetap menjadi pelatih elite di Eropa karena ia memiliki visi jangka panjang dalam membangun kekuatan tim. Salah satunya dengan menemukan dan kemudian merawat para bintang masa depan seperti Foden.
Kini City mulai menatap sebuah sejarah besar, yaitu meraih empat gelar juara dalam semusim. Mereka hampir menjuarai Liga Inggris dan masih berpeluang untuk menjuarai Piala FA dan Piala Liga Inggris. Tanpa kejelian dalam melihat potensi para pemain muda, target ambisius ini hanya akan menjadi mimpi belaka.
Eksodus di Dortmund
Dortmund justru merasakan hal yang sebaliknya. Usai kalah dari City, mereka terancam kehilangan para pemain muda termasuk Erling Braut Haaland dan Jude Bellingham. Dortmund kini berada di peringkat kelima Liga Jerman dan jika tidak bisa tampil di Liga Champions pada musim depan, para pemain muda tersebut akan semakin terdorong untuk pindah.
Manchester United masih ingin mengincar Jadon Sancho, sedangkan City, Real Madrid, dan Barcelona mengincar Haaland. Guardiola juga sangat terkesan dengan kemampuan Bellingham yang pada laga kedua perempat final kemarin juga mencetak satu gol.
Pelatih Dortmund, Edin Terzic, mengatakan Haaland tampak masih menunjukkan komitmennya. “Kami masih melihatnya menembak dalam sesi latihan dan terus berlatih keras,” kata Terzic. (AP/AFP/REUTERS)