Lolos dari Siksaan Ajax, AS Roma Melaju ke Semifinal
AS Roma berhasil mengatasi perlawanan Ajax dalam dua laga perempat final Liga Europa dengan agregat 3-2. Hasil itu membuat mereka lolos ke semi final dan akan bertemu Manchester United pada semifinal.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
ROMA, JUMAT – Setelah terus dibombardir sepanjang laga kedua perempat final Liga Europa di Stadion Olimpico, Roma, Italia, Jumat (16/4/2021) dini hari, AS Roma akhirnya bisa melewati siksaan Ajax Amsterdam dan melaju ke semifinal kompetisi kasta kedua antar klub Eropa tersebut. Dalam laga kedua itu, Roma dan Ajax bermain imbang 1-1 sehingga tim "Serigala" Roma unggul agregat 3-2 berkat modal menang 2-1 dalam laga pertama di Amsterdam, sepekan lalu.
”Kami memiliki pertahanan yang baik hari ini. Kami lebih banyak menderita di Amsterdam (laga pertama). Hari ini, kami bisa mengontrol serangan mereka dengan baik. Ajax memiliki pemain yang sangat luar biasa. Mereka tim yang kuat. Tapi, kami mampu bersaing dengan bagus,” ujar Pelatih AS Roma Paulo Fonseca dikutip Corriere dello Sport seusai laga tersebut.
Berkat agregat 3-2 atas Ajax itu, Roma melangkah ke semifinal. Itu menjadi pencapaian terbaik klub yang dibentuk pada 1927 itu di Liga Europa dalam 30 tahun terakhir usai menembus final musim 1990-1991 ketika kompetisi itu masih bernama Piala UEFA. Itu sekaligus prestasi terbaik mereka di kompetisi Eropa setelah menembus semifinal Liga Champions musim 2017-2018.
Tak heran, bek Roma, Gianluca Mancini tidak bisa membendung air mata kebahagiaan seusai laga tersebut berakhir. Mantan bek Atalanta itu ambruk di halaman Stadion Olimpico dan membiarkan dirinya berteriak bebas sambil bercucuran air mata. Bek berusia 24 tahun itu meluapkan emosi usai mendapatkan ujian berat dari para pemain Ajax dan pencapaian prestisius timnya di Liga Europa.
Jalur yang tepat
Lorenzo Pellegrini, kapten Roma yang punya pengalaman ikut menembus semifinal Liga Champions 2017-2018, mengatakan, timnya terus tumbuh di jalur yang tepat dalam waktu singkat. Maka itu, capaian Roma kali ini dinilai bukan kebetulan. Bahkan, dia yakin tim ini bisa menembus final.
”Jalur pertumbuhan kami sedang berjalan. Kami telah menunjukkannnya. Sekarang, penting untuk memeliharanya. Kami ingin terus menang dan melaju ke final,” katanya dikutip Corriere dello Sport.
Pada babak semifinal, Roma bakal bersua wakil Inggris, Manchester United, yang lolos ke babak empat besar usai menang agregat, 4-0, atas wakil Spanyol, Granada. Laga pertama kedua tim akan digelar di Stadion Old Trafford, Manchester, pada Kamis (29/4). Adapun laga kedua berlangsung di Stadion Olimpico pada Kamis (6/5).
Roma punya rekor buruk kala bertemu Manchester United. Dari enam kali pertemuan dengan "Setan Merah", Roma hanya sekali menang, sekali imbang, dan empat kali kalah. Kekalahan terburuk mereka terjadi dalam laga kedua perempat final Liga Champions Eropa musim 2006-2007, yakni tumbang 1-7 di Old Trafford.
Tidak gentar atas MU
Akan tetapi, kubu Roma saat ini tidak gentar akan menghadapi MU. Kemenangan atas Ajax telah memberikan kepercayaan diri bahwa mereka mampu bersaing dalam kompetisi kali ini. ”Kami mampu bersaing sejauh ini. Ini sangat penting bagi kami, klub maupun penggemar. Ini menjadi pendorong kepercayaan diri dan semangat tim,” ungkap Jordan Veretout, pemain Roma, dilansir Football-Italia.
Sementara itu, skuad Manchester sudah tidak sabar menghadapi Roma. Pelatih MU Ole Gunnar Solskjaer berkata, pertemuan MU dan Roma di semifinal adalah pertemuan yang ideal. Kedua tim sudah menjalani semua laga untuk mencapai babak empat besar dengan sama baiknya.
Tapi, mereka ingin menyelesaikan laga atas Roma dengan sempurna guna mencapai final. ”Bertemu Roma merupakan laga semifinal Liga Europa yang pantas. Kami pun telah melakukannya dengan baik saat bertemu tim Italia sebelumnya. Kami akan melakukannya dengan baik pula ketika bertemu Roma dengan harapan bisa mencapai final,” tegas Solskjaer.
Jalannya laga
Dengan misi mengembalikan kedudukan, Ajax bermain agresif dan ofensif pada laga kali ini. Dusan Tadic dan kawan-kawan seolah tidak bermain tandang karena berani untuk menekan tuan rumah dari awal hingga akhir laga. Di babak pertama, klub berjersei putih-merah itu menguasai tiga perempat lapangan dan sedikitnya membuat empat peluang.
Sebaliknya, Roma nyaris tidak bisa keluar dari separuh lapangan.Mereka hanya membuat tiga peluang, yakni dari Lorenzo Pellegrini pada menit kelima dan menit ke-14, serta gol Jordan Veretout yang dianulir di menit kedelapan.
Baru empat menit babak kedua dimulai atau di menit ke-49, kubu Roma dibuat panik. Pasalnya, Ajax mampu mencuri gol lewat penyerang pengganti Brian Brobbey. Penyerang kelahiran Amsterdam 19 tahun silam itu mampu memaksimalkan umpan jauh bek Perr Schuurs dengan melakukan sontekan kecil yang bisa melewati sergapan penjaga gawang Roma, Pau Lopez.
Kepanikan sontak melanda skuad Roma yang terlihat dari ekspresi berlebihan gelandangnya, Bryan Cristante, kepada Brobbey yang ingin merayakan gol tersebut.
[embed]https://youtu.be/uU_Y9n9d8Sk[/embed]
Sehabis gol itu, Ajax kian bersemangat untuk membalikan agregat. Mereka kembali membuat jantung pemain dan pelatih Roma berdegup kencang kala Tadic mencetak gol pada menit ke-56. Beruntung, wasit yang memimpin laga Anthony Taylor bersedia melihat asisten wasit peninjau video (VAR) karena ada pelanggaran oleh bek Ajax, Nicolas Tagliaficom kepada gelandang Roma, Henrikh Mkhitaryan, sebelum lahir gol tersebut.
Setelah beberapa saat menyaksikan video, wasit asal Inggris itu akhirnya menganulir gol kedua Ajax tersebut yang membuat darah pemain dan pelatih Roma mengalir lagi.
Usai ditekan berkali-kali, Roma akhirnya bisa menyamakan kedudukan lewat gol penyerang Edin Dzeko pada menit ke-72. Penyerang asal Bosnia itu berhasil menyontek bola umpan muntahan yang menghujam deras ke pojok kiri gawang Ajax yang dikawal mantan pemain Roma, Maarten Stekelenburg.
Ajax memiliki pemain yang sangat luar biasa. Mereka tim yang kuat. Tapi, kami mampu bersaing dengan bagus. (Paulo Fonseca)
Darah panas skuad muda Ajax memuncak pasca kedudukan sama kuat, 1-1. Mereka kembali mencoba mencuri gol dari tuan rumah. Sayangnya, hingga laga berakhir, kedudukan tetap tak berubah. Dari statistik menunjukkan, Ajax sejatinya unggul atas Roma.
Penguasaan bola mereka mencapai 72 persen berbanding 28 persen. Total, mereka menciptakan 10 tendangan ke gawang dengan tiga tepat sasaran. Sebaliknya, Roma hanya membuat tujuh tendangan ke gawang dengan tiga tepat sasaran.