Thomas Tuchel memberikan dampak besar bagi Chelsea sejak menangani tim, Januari. ”Si Biru” memiliki kesempatan mengulangi prestasi menjadi kampiun di Liga Champions musim 2011-2012.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
SEVILLA, RABU — Bagi mayoritas pemain Chelsea, berlaga di babak semifinal Liga Champions ialah sebuah pengalaman baru. Meski begitu, Thomas Tuchel, Manajer ”Si Biru”, berharap anak asuhannya tidak gentar untuk melanjutkan petualangan menuju tujuan akhir, yaitu berlaga di babak final yang akan berlangsung di Istanbul, Turki.
Meskipun kalah 0-1 dari Porto di laga kedua babak perempat final, Rabu (14/4/2021) dini hari WIB, di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan, Sevilla, Spanyol, Chelsea tetap bisa menyabet predikat empat tim terbaik di Eropa pada musim ini berkat keunggulan agregat 2-1. Si Biru patut berterima kasih kepada Mason Mount dan Ben Chilwell yang mencetak dua gol kemenangan di laga pertama.
Berbeda dengan skuad Paris Saint-Germain yang dibawanya menembus final musim lalu, Tuchel mengakui mayoritas pemain Chelsea masih ”hijau” dalam persaingan di level elite kompetisi antarklub Eropa. Ia mengatakan, Mount dan Chilwell baru mencetak gol perdana di Liga Champions ke gawang Porto. Hal itu tentu kontras dengan catatan gol gemilang yang telah dimiliki bintang PSG, Kylian Mbappe, ataupun koleksi satu trofi ”Si Kuping Besar” di daftar riwayat prestasi milik Neymar, megabintang PSG lainnya.
Oleh karena itu, Tuchel menegaskan, dirinya memberikan penekanan kepada seluruh pemainnya untuk tidak pernah menyerah dan selalu berjuang keras hingga menit akhir. Pasalnya, Si Biru akhirnya bisa kembali berlaga di babak semifinal setelah terakhir kali mengalaminya pada musim 2013-2014. Selain itu, Chelsea hanya butuh tiga kemenangan lagi untuk menyamai prestasi di edisi 2011-2012 saat meraih gelar pertama Liga Champions.
Bermain di semifinal ibarat sebuah petualangan besar bagi skuad saya yang didominasi pemain muda. Saya katakan kepada mereka, sekali Anda berada di fase ini, maka kalian hanya bermain dengan satu tujuan yang jelas, yaitu tampil untuk menembus partai puncak. (Thomas Tuchel)
”Bermain di semifinal ibarat sebuah petualangan besar bagi skuad saya yang didominasi pemain muda. Saya katakan kepada mereka, sekali Anda berada di fase ini, maka kalian hanya bermain dengan satu tujuan yang jelas, yaitu tampil untuk menembus partai puncak,” ujar Tuchel dilansir The Guardian.
Sebelas pemain utama Chelsea, yang tampil di laga kedua melawan Porto, tercatat memiliki usia rata-rata usia 26,63 tahun. Tuchel mengandalkan tiga pemain bertipe menyerang, yakni Christian Pulisic, Kai Havertz, dan Mount, yang baru menembus usia 22 tahun.
Meski begitu, Tuchel memiliki bek kenyang pengalaman, Thiago Silva, di jantung pertahanan serta sang juara Piala Dunia, N’Golo Kante, di lini tengah sehingga permainan Si Biru mampu tetap tenang menghadapi tekanan agresif dari Porto yang berusaha mengejar lebih dari tiga gol di laga itu.
”Para pemain muda saya tidak memiliki waktu untuk belajar menghadapi tekanan di laga besar itu. Jadi, mereka belajar di setiap menit dalam pertandingan dan menjadikan itu pengalaman berharga untuk membantu tim. Saya beruntung memiliki kesempatan mendampingi mereka dari sisi lapangan,” kata manajer berkebangsaan Jerman itu.
Peran baru
Gelandang serang Chelsea, Christian Pulisic, mengungkapkan, dirinya menikmati peran baru dalam laga melawan Porto. Pulisic menambahkan, dirinya ditugaskan untuk bermain lebih bertahan demi meredam penampilan menyerang Porto.
”Kekuatan utama saya adalah berperan lebih banyak dalam skema akhir serangan tim. Tetapi, dalam laga kedua ini, saya harus menampilkan permainan terbaik dalam bertahan dan membantu tim untuk mengatasi tekanan lawan,” ucap Pulisic, bintang asal Amerika Serikat itu.
Dalam laga di Sevilla itu, Pulisic menjadi pemain Chelsea yang paling banyak mengancam gawang Porto. Ia mencatatkan tiga tembakan serta empat kali melakukan dribel sukses melewati pemain belakang Porto, yang berjuluk ”Si Naga”. Selain itu, pemain berusia 22 tahun itu menunjukkan peran aktif dalam bertahan dengan melakukan satu tekel sukses dan satu kali intersep.
”Sebuah performa yang sangat dinamis ditampilkan Pulisic. Ia menjadi ancaman paling berbahaya bagi Porto dan menunjukkan mentalitas bertahan yang sangat baik,” ucap pengamat teknik UEFA, Cosmin Contra, yang menganugerahi Pulisic sebagai pemain terbaik di pertandingan itu, dilansir laman UEFA.
Sergio Oliveira, gelandang Porto, mengakui pertahanan kokoh Chelsea menyulitkan timnya untuk mencetak gol. Si Naga hanya mampu mencetak gol lewat sepakan salto penyerang Mehdi Taremi pada menit 90+4.
”Tujuan kami di laga itu ialah mencetak gol pertama secepat mungkin. Sayangnya kami gagal melakukan itu. Hasil ini menjengkelkan dan menyedihkan bagi kami, tetapi itulah sepak bola,” kata Oliveira.
Lawan Chelsea di semifinal adalah pemenang laga Real Madrid melawan Liverpool, Kamis (15/4/2021) dini hari WIB. Mount menegaskan, timnya siap menghadapi dua tim yang telah memiliki sejarah panjang di Liga Champions itu.
”Kami akan menghadapi pertandingan semifinal dengan kepercayaan diri dan mengejar kemenangan. Kami berambisi mengakhiri musim ini dengan prestasi besar,” kata Mount. (AFP/AP)