Senyum Lebar Akhiri Kisah ”Gelembung” IBL
”Gelembung” Cisarua dimulai dengan setumpuk pertanyaan dan keraguan. Enigma itu telah terjawab pada akhir pesta olahraga yang melibatkan 463 peserta, 12 tim, selama 32 hari tersebut.
Perjalanan panjang musim reguler IBL 2021 di ”gelembung” Robinson Resort Cisarua, Bogor, telah berakhir pada Sabtu (10/4/2021). Gelaran kompetisi selama 32 hari itu ditutup manis dengan drama epik perebutan tiket playoff di antara tiga tim, yang merupakan persaingan paling ketat dalam sejarah IBL.
Bima Perkasa Jogja menjadi tim terakhir yang lolos ke playoff. Mereka merebut tiket terakhir dalam laga penutup musim reguler lewat kemenangan atas Pacific Caesar Surabaya, 71-45, pada Sabtu malam.
Persaingan tiga tim Divisi Merah, yakni Bali United, Bima Perkasa, Louvre Surabaya, yang berebut dua tiket playoff tersisa pada hari terakhir, berakhir klimaks. Penutupan fase pertama IBL diiringi dengan pesta perayaan pemain dan tim pelatih Bima Perkasa di lapangan.
Pelatih Bima Perkasa David Singleton berkata, lolos ke playoff merupakan sebuah penutup indah. Hasil ini bisa didapatkan berkat perjuangan dan jerih payah tim sebelum ataupun di dalam ”gelembung”. Hal tersebut membuat mereka pantas tersenyum pada hari terakhir.
Baca juga: Pengujung Drama Epik Divisi Merah
”Kami telah melewati periode yang panjang dan emosional. Mulai dari 4-5 bulan persiapan sampai menghadapi pembatalan liga beberapa kali. Jujur itu sangat berat. Termasuk, banyak masalah cedera dan berbagai ketidakpastian di gelembung. Semua sukses dilewati berkat sikap dan kepercayaan pemain,” ucap Singleton.
Bagi Bima Perkasa, lolos ke playoff merupakan pencapaian yang nyaris mustahil. Mereka sudah dilanda badai cedera sejak seri pertama hingga puncaknya pada seri ketiga. Tim asuhan Singleton juga berada di luar zona playoff, peringkat ke-4, jelang hari terakhir. Namun, keajaiban datang berkat usaha keras mereka.
Setelah laga penutup selesai, Bima Perkasa dan Pacific Caesar keluar meninggalkan ”gelembung”. Kedua tim ini menyusul 10 tim lain yang sudah pulang terlebih dulu. Kepulangan tersebut sekaligus menandai usainya musim reguler IBL 2021.
Di titik ini, setidaknya kekhawatiran akan kompetisi yang kurang seru sudah berakhir. Liga sempat ditakutkan tidak heboh seperti lima musim terakhir, yang diikuti pemain asing.
Baca juga: Tiga Detik Menyesakkan bagi Bali United
Namun, hal itu sama sekali tidak terbukti. Persaingan tiga tim Divisi Merah pada hari terakhir, bahkan hingga laga penutup, merupakan hal yang tidak pernah terjadi pada era pemain asing atau sejarah playoff IBL
Bersaing ketat
Musim ini semua tim bersaing ketat dan saling mengalahkan. Tim dengan rekor terbaik, Pelita Jaya Jakarta, pernah kalah sekali (15-1), sedangkan tim dengan rekor terburuk, Pacific Caesar, juga pernah merasakan menang (1-15). Hampir setiap pertandingan berakhir dengan skor tinggi dan ketat.
IBL mencatat, terdapat empat laga yang berakhir dengan satu tim mencetak lebih dari 100 poin. Babak tambahan waktu atau overtime pun jadi sesuatu yang biasa karena skor kerap berakhir imbang. Salah satunya laga Amartha Hangtuah lawan Satya Wacana Salatiga yang harus diakhiri dengan tiga kali overtime.
Berkat kompetisi seru, jumlah penonton dari kanal Youtube meningkat hingga 4-5 kali dibandingkan dengan musim lalu. Tayangan langsung IBL dari Youtube juga sempat tiga kali memecahkan rekor penonton terbanyak dalam satu pertandingan. Hal ini membuktikan, penonton tetap antusias mesti tidak bisa hadir langsung ke lapangan.
Bentuk olahraga seperti apa yang bisa berdampingan dengan protokol kesehatan? Kan, ini belum pernah dicoba. Banyak yang belum percaya apakah akan berhasil. Tetapi, dengan komitmen dan persiapan, kami menghadirkan standar baru, dari yang tidak ada jadi ada.
Dalam sejarah industri olahraga nasional, belum ada kompetisi di ”gelembung” yang berlangsung selama 32 hari. Kondisi ini juga dikhawatirkan berpengaruh pada psikologis pemain.
Menurut pemain West Bandits Solo, Andre Andriano, pasti ada rasa bosan karena melakukan rutinitas dan bertemu orang yang sama. Apalagi, mereka tidak bisa keluar di wilayah tersebut. Namun, semua itu sepadan.
”Bosan di sini lebih baik daripada bosan menunggu kompetisi seperti kemarin itu,” katanya.
Justru, pemain Indonesia Patriots, Muhamad Arighi, berkata, mungkin akan merindukan ”gelembung”. Dia merasakan kekeluargaan yang sangat erat setelah tinggal bersama dengan tim selama sebulan lebih.
Baca juga: Tak Ada Kata Bosan di ”Gelembung” IBL
Hal yang paling istimewa, kata Arighi, dia bisa belajar banyak musim ini. ”Tidak pernah sebelumnya harus bermain 16 kali dalam 32 hari. Mainnya dua hari sekali. Jadi, kami diajarkan untuk lebih siap fisik dan mental. Harus bisa tahan capek. Ini pengalaman penting untuk kami ke depan,” kata pemain tim nasional U-23 tersebut.
Tantangan terbesar
Bagi IBL, tantangan terbesar adalah tidak menjadikan ”gelembung” sebagai titik baru penyebaran Covid-19. Tantangan ini yang jadi kekhawatiran utama pemerintah. Karena itu pula, rencana memulai kompetisi sempat dibatalkan dua kali beruntun jelang hari-H.
Tantangan mahaberat tersebut ternyata sukses dijawab penyelenggara liga. Sebanyak 463 peserta, terdiri dari pemain, ofisial, dan panitia, bisa pulang ke rumah masing-masing dalam kondisi sehat.
Padahal, ketika awal masuk ”gelembung”, ada sekitar 13 peserta yang dinyatakan terpapar Covid-19. Semua itu bisa teratasi dengan sistem protokol kesehatan yang ketat. Protokol tersebut sudah berkali-kali disimulasikan sebelum musim bergulir.
”Sebelumnya banyak sekali pertanyaan. Bentuk olahraga seperti apa yang bisa berdampingan dengan protokol kesehatan? Kan, ini belum pernah dicoba. Banyak yang belum percaya apakah akan berhasil. Tetapi, dengan komitmen dan persiapan, kami menghadirkan standar baru, dari yang tidak ada jadi ada. Buktinya fase pertama ini bisa berjalan hingga selesai,” kata Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah.
Bosan di sini lebih baik daripada bosan menunggu kompetisi seperti kemarin itu.
Menurut Junas, kuncinya adalah disiplin menjalankan rencana protokol kesehatan yang sudah disiapkan. Disiplin ini butuh dukungan dari semua peserta ”gelembung”. Jika tidak, semua rencana itu akan percuma.
Keterbukaan ketika ada kasus positif Covid-19 juga tidak kalah penting. ”Ketika membuka ada kasus itu, bukan berarti gagal. Itu justru ada celah yang bisa diperbaiki. Di situlah nanti fungsi protokol kesehatan yang direncanakan selama ini akan bekerja,” katanya.
Pekerjaan IBL belum tuntas sepenuhnya. Mereka masih harus bersiap lagi menggelar ”gelembung” fase playoff di Mahaka Square Arena, Jakarta, mulai 23 Mei. Namun, semuanya akan lebih mudah ke depan dengan industri yang telah menemukan formula baru.
Kesuksesan ”gelembung” Cisarua sekaligus menjadi titik terang untuk Piala Asia FIBA 2021 yang akan digelar di Jakarta pada Agustus mendatang. Indonesia akan lebih siap sebagai tuan rumah karena sudah punya pengalaman menggelar liga di tengah pandemi.
Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir menilai, selesainya fase pertama IBL menjadi jalan keluar industri olahraga. Hal ini membuktikan industri bisa kembali berjalan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Baca juga: Drama Puncak ”Playoff” Divisi Merah
”Ekonomi akan terus berputar. Di sisi lain, atlet akan terus berkompetisi untuk meningkatkan kemampuan. Dan, masyarakat akan tetap mendapatkan hiburan sehingga perlahan kita bersama dapat melalui pandemi dengan optimistis,” sebut Erick.
Ratusan peserta, dari 12 tim, keluar dari ”gelembung” dengan senyuman lebar. Setelah melewati setahun yang berat tanpa kompetisi, mereka bisa bekerja lagi dan pulang dalam kondisi sehat. Senyum yang beterbangan itu rasanya cukup untuk menjawab pertanyaan dan keraguan banyak orang.