Eko Yuli Diminta Bertahan atau Mundur dari Pelatnas
Setelah sempat menemui titik terang, polemik antara PB PABSI dan lifter Eko Yuli Irawan kembali memanas. PB PABSI meminta Eko Yuli tunduk pada aturan atau mundur dari pelatnas.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah sempat menemukan titik terang, silang pendapat antara Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia dan lifter andalan Indonesia, Eko Yuli Irawan, kembali memanas.
Kali ini, PB PABSI mengirim Eko Yuli surat yang isinya meminta lifter 62 kilogram itu bertahan di pemusatan latihan nasional (pelatnas) dengan mengikuti aturan yang ada atau sebaliknya, mundur dari pelatnas. Pengurus PABSI hanya memenuhi kebutuhan sesuai kesepakatan dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Surat yang bertanda tangan Ketua Umum PB PABSI Rosan Perkasa Roeslani pada 9 April 2021 itu meminta Eko Yuli segera menentukan sikapnya. Keputusan Eko Yuli perlu disampaikan dan dinyatakan secara tertulis kepada pengurus cabang.
Menanggapi surat itu, Eko Yuli mengatakan, ia belum mau mengomentari isi surat tersebut. ”Saya belum bisa berkomentar. Kita tunggu respons dari NOC (Komite Olimpiade Indonesia/KOI) dan Kemenpora dahulu,” ujarnya dihubungi dari Jakarta, Sabtu (10/4/2021).
Surat itu menjadi langkah mundur terkait polemik antara PB PABSI dan Eko Yuli. Pasalnya, dalam surat tanggal 22 Maret 2021, PB PABSI sudah melunak dan berusaha mendukung keinginan Eko Yuli. Mereka akan mengusulkan keinginan itu kepada Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora.
Nyatanya, setelah PB PABSI dan Kemenpora menandatangani nota kesepahaman (MOU) anggaran bantuan pelatnas 2021 beberapa waktu lalu, keinginan Eko Yuli tampaknya tidak bisa dipenuhi. Maka itu, PB PABSI sepertinya tidak mau mengambil risiko dan meminta Eko Yuli memilih.
”PB PABSI hanya memberikan fasilitas untuk atlet pelatnas angkat besi 2021 sesuai dengan ketetapan dan aturan yang berlaku sebagaimana yang tercantum pada surat ketetapan pemberian fasilitas untuk atlet dari Deputi IV Kemenpora,” bunyi keterangan resmi PB PABSI dalam surat terbarunya itu.
Dalam minggu ini, kami akan mengirim surat undangan kepada coach Lukman untuk membantu melatih Eko. (Ferry Kono)
Adapun polemik antara PB PABSI dan Eko Yuli terjadi karena sang atlet meminta dihadirkan pelatih Lukman untuk persiapan menuju Olimpiade Tokyo pada 23 Juli-8 Agustus mendatang. Polemik itu terjadi sejak tahun lalu yang membuat Eko Yuli memilih berlatih mandiri di rumahnya di Bekasi, Jawa Barat, sejak Juni 2020.
Jaga mental atlet
Sementara itu, Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menuturkan, pihaknya menyayangkan terbitnya surat PB PABSI kepada Eko Yuli bertanggal 9 April 2021 tersebut. Semestinya, PB PABSI bisa menjaga psikologis Eko Yuli yang sedang mempersiapkan diri menuju Olimpiade Tokyo.
”Kami berharap PB PABSI bisa menjaga mental Eko Yuli. Lagi pula, masalah ini sudah menemui titik terang sepekan lalu,” ujarnya.
Terlepas dari hal itu, Gatot menyampaikan, surat PB PABSI tidak salah karena menjadi penegasan agar mereka maupun Kemenpora tidak tersandung masalah ketika ada pemeriksaan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Apalagi nama Eko Yuli masih tercantum sebagai atlet pelatnas angkat besi dalam dokumen MOU anggaran bantuan pelatnas 2021.
”Dalam aturan MOU, atlet pelatnas harus menjalani latihan di lokasi pelatnas yang telah ditentukan. Kalau berlatih terpisah di luar pelatnas, itu bakal menjadi temuan dan bermasalah bagi PABSI maupun Kemenpora,” katanya.
Namun, Kemenpora tetap berupaya agar polemik antara PB PABSI dan Eko Yuli tidak berlarut. Menurut Gatot, pihaknya sudah berkomunikasi dengan KOI, PABSI, dan Eko Yuli secara terpisah membahas masalah tersebut. Pada Senin (12/4/2021), mereka akan melakukan rapat khusus membahas persoalan itu secara lebih lanjut.
”Solusinya, Eko Yuli nanti diminta membuat pernyataan tertulis untuk berlatih di luar pelatnas. Pernyataan itu menjadi landasan hukum agar Eko bisa berlatih mandiri dengan status tetap sebagai atlet pelatnas, tetapi tidak menimbulkan masalah di kemudian hari,” jelas Gatot.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal KOI Ferry Kono dalam siaran persnya, Jumat (8/4/2021), mengatakan, pihaknya siap membantu memecahkan masalah antara PB PABSI dan Eko Yuli. Mereka memutuskan bakal memanggil Lukman yang kini menjadi pelatih di Thailand. Mereka pun berusaha mencarikan sponsor untuk memenuhi kebutuhan persiapan Eko menuju Olimpiade Tokyo.
”Dalam minggu ini, kami akan mengirim surat undangan kepada coach Lukman untuk membantu melatih Eko. Jika kemudian Eko menjalani latihan terpisah, itu masalah teknis. Sebab, kita harus tahu Eko juga tetap ditangani dan mendapat program dari pelatih untuk persiapan menuju Olimpiade Tokyo,” tutur Ferry.
Hingga saat ini, Eko Yuli masih menjadi lifter putra terbaik Indonesia di kelasnya. Dalam daftar peringkat tertanggal 10 April 2021 yang terdapat di laman Federasi Angkat Besi Internasional (IWF), atlet kelahiran Metro, Lampung, 24 Juli 1989, itu menempati peringkat kedua dunia kelas 61 kg. Eko memiliki 4.162,7503 poin dengan total angkatan terbaik 317 kilogram.
Eko juga tercatat sebagai lifter Indonesia paling berprestasi di Olimpiade dengan mengoleksi tiga medali dari tiga Olimpiade, masing-masing medali perunggu kelas 56 kg di Beijing 2008, medali perunggu kelas 62 kg di London 2012, dan medali perak kelas 62 kg di Rio de Janeiro 2016. Terakhir, Eko menjadi juara dunia kelas 61 kg pada Kejuaraan Dunia 2018 di Ashgabat, Turkmenistan. Jika berhasil mempertahankan kondisinya, peluang Eko untuk kembali meraih medali pada Olimpiade Tokyo 2020 cukup besar.