Sekjen baru PP PBSI pengganti Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo diharapkan memiliki banyak waktu untuk organisasi itu. Figur sekjen yang baru juga sebaiknya memahami dan menguasai cabang olahraga bulu tangkis.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Listyo Sigit Prabowo melepas jabatan Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia demi memegang posisi Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia. Sekjen PP PBSI baru pengganti Listyo harus memiliki banyak waktu untuk bulu tangkis.
Pengunduran diri Listyo itu disampaikan Ketua Umum PP PBSI Agung Firman Sampurna setelah acara pelantikan pengurus periode 2020-2024 di Jakarta, Jumat (9/4/2021). ”Saya sudah menerima surat pengunduran diri Jendral Listyo sebagai Sekretaris Jenderal PP PBSI 2020-2024, kemarin (Kamis),” kata Agung.
Listyo dipilih tim formatur pembentukan pengurus PBSI untuk menjadi sekjen, setelah ketua umum dipilih dalam musyawarah nasional, November 2020. Namun, Listyo lantas juga dipilih menjadi Ketua Umum PB ISSI pada 3 April lalu.
Pasal 14 ayat 2 Anggaran Dasar PBSI 2020 menyebutkan, untuk menghindari konflik kepentingan dan mewujudkan tata kelola yang baik, maka dilarang adanya rangkap jabatan. Posisi-posisi yang tidak diperbolehkan rangkap jabatan, seperti disebutkan dalam butir G pasal itu adalah pengurus pusat/pengurus propinsi/pengurus kabupaten/kota. Mereka tidak boleh merangkap jabatan di semua tingkatan cabang olahraga lainnya, selain cabang bulu tangkis.
Maka itu, Listyo mundur sebagai Sekjen PBSI. Terkait calon penggantinya, Firman menyatakan, Listyo telah mengusulkan sejumlah nama. ”Dalam waktu dekat, tim formatur akan segera membuat keputusan dari nama-nama tersebut. Salah satu nama yang terkuat adalah Inspektur Jendral (Polisi) Mohammad Fadil Imran,” ungkap Agung menyebut sosok yang kini menjabat sebagai Kepala Polda Metro Jaya itu.
Pengamat olahraga, Fritz Simandjuntak, berpendapat, latar belakang sekjen tak akan menjadi masalah bagi organisasi sepanjang yang bersangkutan bisa meluangkan banyak waktu untuk PBSI. ”Sekjen memiliki peranan yang luar biasa bagi organisasi olahraga, apalagi PBSI. Tugasnya sangat detail. Jadi, faktor waktu adalah yang paling utama. Seberapa banyak waktu yang bisa diberikan orang terpilih itu untuk PBSI,” ujarnya.
Menjelang pemilihan pengurus yang dilakukan tim formatur, Imelda Wigoeno, mantan atlet, juga berpendapat, jabatan sentral di PBSI seharusnya diisi orang-orang yang memiliki kemampuan memimpin bidang yang bersangkutan. Posisi sentral di PBSI yang disebut Imelda adalah sekjen, ketua bidang pembinaan dan prestasi, bidang riset dan pengembangan, serta bidang daerah.
Atas dasar itu, Fritz memberi saran agar Kapolda Metro Jaya tak dipilih sebagai Sekjen PBSI. ”Kapolda adalah jabatan dinamis, bisa dipindahkan kapan saja. Sementara, sekjen adalah roda organisasi PBSI. Jadi, ketua umum sebaiknya tidak memilih Kapolda. Menurut saya, sejak tim formatur memilih Kapolri sebagai sekjen, itu telah memperlihatkan bahwa mereka tidak mengerti masalah organisai olahraga,” tutur Fritz.
Tes kesehatan
Sementara itu, di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Jakarta, sebanyak 67 atlet menjalani rangkaian tes kesehatan, Kamis. Tes yang dilakukan di antaranya pemeriksaan darah, frekuensi nadi, tensi, saturasi oksigen, hidung, tenggorokan, mata, postur, dan gizi. Tes itu merupakan kegiatan rutin di pelatnas.
”Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan dan kebugaran atlet yang baru masuk pelatnas. Mereka harus memenuhi standar sehat dan bugar,” ungkap dokter kepala PBSI, Michael Triangto, lewat tim humas dan media PBSI.
Selain tes kesehatan, atlet pelatnas juga akan menjalani tes fisik mulai Jumat. Hasil dari kedua tes ini akan digabung untuk menjadi bahan evaluasi bagi tim pelatih pelatnas.