Tim atletik bersiap kembali mengikuti kejuaraan setelah setahun vakum. Para atlet diharapkan lebih displin menjaga diri karena kejuaraan yang ada sebagai kualifikasi Olimpiade serta evaluasi menuju ajang besar lainnya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah setahun tanpa kejuaraan, tim pemusatan latihan nasional atau pelatnas atletik akan kembali sibuk menghadapi jadwal perlombaan yang padat mulai Mei dan Juni ini. Para atlet diharapkan lebih displin menjaga kesehatan dan berlatih karena kejuaraan-kejuaraan itu cukup penting, antara lain sebagai kualifikasi Olimpiade Tokyo serta evaluasi hasil latihan untuk persiapan menuju Kejuaraan Dunia U-20 di Nairobi, Kenya, dan SEA Games 2021 Vietnam.
Mulai Mei/Juni ini, kita bakal ikut banyak kejuaraan lagi. Kami harap semua atlet semakin displin menjaga diri, fokus menjaga kesehatan, dan menjalani program latihan. Jangan sampai ada apa-apa sebelum perlombaan.
”Mulai Mei/Juni ini, kita bakal ikut banyak kejuaraan lagi. Kami harap semua atlet semakin displin menjaga diri, fokus menjaga kesehatan, dan menjalani program latihan. Jangan sampai ada apa-apa (cedera) sebelum perlombaan,” ujar pelatih lari cepat pelatnas atletik Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), Farrel Octaviandi, kepada para atlet seusai menjalani latihan di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Jumat (9/4/2021).
Farrel mengatakan, tim pelatnas sangat semangat karena akhirnya akan kembali ikut kejuaraan setelah setahun lebih tidak berlomba akibat pandemi Covid-19. Setelah tim estafet putri mengikuti perlombaan 4x100 meter putri di Pertemuan Memperingati Yoshioka Takayoshi di Izumo, Jepang, Sabtu (10/4/2021), tim pelatnas atletik bakal mengikuti sedikitnya dua kejuaraan internasional dan tiga kejuaraan lokal sepanjang Mei sampai Juni ini.
”Selain untuk persiapan menuju Olimpiade Tokyo dan SEA Games 2021, kejuaraan-kejuaraan itu menjadi bahan evaluasi pelatih guna mengetahui perkembangan atlet dan memastikan hal-hal yang perlu diperbaiki. Bagi atlet, kejuaraan-kejuaraan itu sebagai obat penawar kejenuhan karena sudah lama tidak berlomba. Mereka bisa mengembalikan insting berkompetisinya,” papar Farrel.
Uji coba Olimpiade
Sekretaris Umum PB PASI Tigor M Tanjung saat dikonfirmasi menyampaikan, pada Mei, pelari andalan Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, kemungkinan mengikuti uji coba perlombaan sebelum Olimpiade di Tokyo yang tanggalnya belum ditentukan secara resmi. Pelari berusia 20 tahun itu sangat perlu mengikuti ajang tersebut agar bisa beradaptasi sebelum berlomba di nomor 100 meter Olimpiade ke-32 pada 23 Juli-8 Agustus mendatang.
Adapun Zohri sudah mendapatkan tiket ke Olimpiade sejak mencatat waktu 10,03 detik ketika meraih perunggu di Seiko Golden Grand Prix 2019 di Osaka, Jepang. Walau sempat mengalami cedera lutut, beberapa waktu lalu, PB PASI tetap mematok target tinggi untuk Zohri dalam Olimpiade kali ini, yakni menembus semifinal.
”Sebelum cedera, kami berharap Zohri bisa menembus final 100 meter Olimpiade Tokyo. Namun, seusai cedera, target untuknya otomatis menurun, yakni setidaknya bisa mencapai semifinal. Kalau bisa mencapainya, itu sudah lumayan sekali,” tutur Tigor.
Zohri kala ditemui menjelaskan bahwa kondisinya sudah semakin membaik. Menurut tim medis, bulan ini, pemulihannya sudah mencapai 100 persen. Pelari asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, itu kembali bersemangat menatap kejuaraan-kejuaraan yang ada untuk persiapan ke Olimpiade Tokyo. ”Saya memang berharap masih bisa mengikuti kejuaraan internasional sebelum Olimpiade sebagai bahan evaluasi dan menyiapkan mental,” ungkapnya.
Menambah tiket Olimpiade
Memasuki Juni, lanjut Tigor, atlet yang masih mengejar tiket Olimpiade Tokyo akan mengikuti Kejuaraan Pertemuan Memperingati G Qosanov di Almaty, Kazakhstan, 19-20 Juni. Mereka yang mungkin dikirim, antara lain, adalah pelompat jauh Sapwaturrahman, pelari gawang 400 meter Halomoan Edwin Binsar, pelari gawang 100 meter putri Emilia Nova, dan pelari 100 meter putri Alvin Tehupeiory.
”Sebelum pandemi, atlet yang punya peluang cukup besar untuk menambah tiket ke Olimpiade adalah Sapwaturrahman. Namun, setelah pandemi, peluang empat atlet itu cenderung merata (seimbang),” ujarnya.
Selain gelaran internasional, Tigor menuturkan, atlet pelatnas pun bakal mengikuti sejumlah ajang lokal, seperti Kalpo Terbuka di Belitung Timur, Bangka Belitung, 1-6 Juni; Jawa Tengah Terbuka, serta Kejuaraan Nasional Yunior dan Remaja yang tanggalnya belum ditentukan secara pasti. Perlombaan terbuka diikuti atlet elite sebagai persiapan akhir ke Olimpiade Tokyo.
Perlombaan yunior/remaja diikuti atlet muda sebagai persiapan ke Kejuaraan Dunia U-20 di Nairobi, 17-22 Agustus mendatang. Kejuaraan Dunia U-20 menjadi salah satu perioritas karena Indonesia punya jejak prestasi prestisius pada gelaran sebelumnya, yakni Zohri menjadi juara 100 meter Kejuaraan Dunia U-20 2018 di Tampere, Finlandia. ”Sehabis Olimpiade, kami juga ingin mengejar tiket ke Kejuaraan Dunia U-20,” ujarnya.
Untuk para pelatih, ajang-ajang lokal dijadikan sebagai tahap awal persiapan menuju SEA Games 2021 di Hanoi, 21 November-2 Desember mendatang. Secara realistis, mereka melihat peluang menambah tiket ke Olimpiade Tokyo cukup berat. Maka itu, prestasi optimal diincar dalam SEA Games. ”Dengan persiapan minim dan tidak ikut kejuaraan setahun terakhir, sulit untuk kita menambah tiket ke Olimpiade. Jadi, kita perlu mempersiapkan diri lebih matang ke SEA Games,” kata salah satu pelatih yang tidak ingin disebutkan namanya.