Valentino Rossi seperti menaiki ”roller coaster”, performanya naik-turun dari setiap sesi latihan hingga balapan MotoGP. Inkonsistensi itu bahkan membuat dia tidak yakin apakah bisa membaik dalam balapan di Eropa.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
TAVULLIA, KAMIS — Awal musim yang positif menguap begitu saja bagi Valentino Rossi dan rekan satu timnya di Petronas SRT Yamaha, Franco Morbidelli. Hasil tes pramusim yang positif berujung kekecewaan dan pekerjaan rumah untuk menemukan setelan motor yang konsisten. Jeda 10 hari sejak seri Doha hingga Portimao menjadi momen krusial untuk mendalami sejumlah potensi perbaikan yang muncul dalam dua balapan di Sirkuit Losail, Qatar.
Rossi dan Morbidelli kini berada di peringkat ke-14 dan ke-15 klasemen sementara dengan perolehan empat poin. Rossi finis di posisi keempat pada balapan pertama dan ke-16 pada balapan kedua setelah start dari urutan ke-21. Sedangkan Morbidelli finis di posisi ke-18 pada seri Qatar dan ke-12 pada seri Doha. Perolehan poin mereka sama dengan pebalap KTM Miguel Oliveira di posisi ke-16.
Di bawah mereka ada enam pebalap yang belum meraih poin, yaitu debutan Luca Marini (Esponsorama), Iker Lecuona (KTM Tech3), Takaaki Nakagami (LCR Honda), Lorenzo Savadori (Aprilia), Danilo Petrucci (KTM Tech3), dan Alex Marquez (LCR Honda). Para pebalap yang mengalami kesulitan di Qatar itu berharap bisa bangkit saat balapan kembali ke Eropa diawali dengan seri Portugal di Sirkuit Portimao, 16-18 April. Mereka akan menjalani 12 balapan di Eropa sebelum kembali ke Asia pada awal Oktober.
”Setiap tahun terjadi perubahan besar, tetapi di Eropa ada banyak trek yang bagus bagi saya, jadi kami berharap bisa lebih kuat saat kembali ke Eropa,” ujar Rossi.
Juara dunia sembilan kali di semua kelas itu mengalami masalah yang sama pada degradasi ban belakang yang sangat cepat. Kondisi itu memaksa dia melakukan sejumlah perubahan untuk mendapatkan setelan yang pas. Namun, itu seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Bahkan, setelah membandingkan dengan data Maverick Vinales yang memenangi seri pembuka pun, Rossi belum mendapatkan solusi jitu.
Sebaliknya, rekan satu tim Vinales di tim Monster Energy Yamaha, Fabio Quartararo, bisa melonjak performanya pada balapan kedua. Quartararo mengalami masalah yang sama dengan Rossi pada balapan pertama, ban belakangnya sudah aus dalam delapan putaran sejak start. Dia finis di posisi kelima pada balapan pertama (28 Maret) dan memenangi balapan kedua yang juga berlangsung di Losail, 4 April.
Performa Vinales dan Quartararo, yang sama-sama memacu YZR-M1 spesifikasi 2021, memberikan gambaran jelas pada potensi motor baru Yamaha itu. M1 spesifikasi terakhir menggunakan sasis menyerupai sasis 2019 yang membuat motor lebih mudah menikung dalam kecepatan tinggi.
Quartararo menemukan solusi pada masalahnya dengan setelan motor dan elektronik serta adaptasi gaya membalap. Dia tidak memberikan tekanan terlalu besar pada ban belakang dan mengoptimalkan pengendalian ban depan seperti saat dia kembali menemukan pace pada balapan pertama sehingga bisa finis di posisi kelima setelah sempat tertahan lama di urutan ketujuh.
Rossi juga melakukan sejumlah perubahan, termasuk kembali menggunakan lengan ayun aluminium menggantikan serat karbon. Namun, belum mendapatkan performa maksimal pada balapan kedua.
”Kami menggunakan lengan ayun aluminium karena saya sangat kesulitan dengan getaran pada bagian belakang setelah beberapa putaran ban sudah terlalu aus dan mulai bergetar kuat. Dengan (lengan ayun) aluminium sedikit lebih baik, masih ada getaran, tetapi lebih terkendali,” kata Rossi, dikutip Crash.
Kami juga menemukan setelan elektronik yang membuat ”pace” saya bisa lebih konstan. Sayangnya, kami baru menemukan itu pada pagi hari dan posisi start saya sangat buruk.
Timnya juga menemukan setelan elektronik yang lebih baik, tetapi tidak bisa dieksplorasi lebih dalam karena baru muncul pada pagi hari sebelum balapan. ”Kami juga menemukan setelan elektronik yang membuat pace saya bisa lebih konstan. Sayangnya, kami baru menemukan itu pada pagi hari dan posisi start saya sangat buruk,” ujar Rossi yang mengawali balapan dari posisi ke-21, terburuk di sepanjang kariernya.
Rossi berharap jeda waktu balapan hingga seri Portimao bisa memberikan hasil analisis yang lebih lengkap untuk memperbaiki setelan M1. Detail sangat penting karena persaingan MotoGP sangat ketat, bahkan pebalap rookie (pendatang baru) bisa meraih pole position dan finis ketiga saat balapan. Persaingan itu terlihat jelas dalam selisih waktu 8,928 detik dari pebalap terdepan hingga ke-15 pada balapan seri Doha.
Jika Rossi tidak menemukan solusi saat balapan kembali bergulir di Eropa, dia akan semakin tertinggal. Itu juga bisa mempersuram peluangnya memperpanjang karier balapnya. Rossi hanya terikat kontrak setahun di Petronas SRT dan dia hanya akan terus membalap jika musim ini masih bisa kompetitif. Salah satu indikator dia masih bisa bersaing adalah mampu konsisten finis di lima besar.
”Sekarang persaingan sulit karena semua pebalap dan semua motor kuat, dalam 10 detik ada 15 pebalap! Kami harus melihat di trek-trek lain, mulai dari Portimao, untuk memahami apakah kami bisa lebih kompetitif,” ujar Rossi.
Pencarian kunci perbaikan performa motor itu, menurut Rossi, tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan sasis yang mirip 2019. Sasis membuat motor lebih mudah menikung, tetapi tidak berpengaruh banyak pada masalah utamanya, laju keausan ban belakang yang sangat cepat.
Sasis 2019 menjadi acuan karena musim lalu M1-2019 yang dipakai Morbidelli lebih stabil dan konsisten dibandingkan dengan M1-2020. Namun, musim ini, Morbidelli yang masih menggunakan M1-2019 justru mengalami masalah performa. Dia sempat bermasalah dengan stabilitas motor yang diduga dari start device pada balapan pertama. Tetapi, sumber masalah belum diketahui pasti, hingga dia kembali ke setelan musim lalu.
Namun, setelan itu hasilnya belum menggembirakan karena menyebabkan ban belakang cepat aus. Morbidelli finis di posisi ke-12 pada balapan kedua. ”Kami melakukan perubahan besar, kami kembali ke setelan mirip dengan awal tahun 2020. Dalam balapan, jelas lebih baik dari balapan sebelumnya. Saya bersama rombongan dan saya bisa bersaing. Start dari posisi ke-10 dengan motor bukan yang tercepat sangat sulit untuk melawan para pebalap lain, tetapi paling tidak saya memiliki kesempatan melakukan itu,” ujar Morbidelli, dikutip Motorsport.
”Tetapi, ada masalah yang sama dengan awal 2020, jadi saya kesulitan mempertahankan pace yang bagus hingga akhir, saya terlalu cepat kehabisan ban,” ungkap pebalap asal Italia itu, yang musim lalu finis sebagai runner-up.