Bagi West Bandits, meraih tiket ”playoff” dalam musim debut di IBL agaknya hanya sebatas mimpi. Namun, mimpi itu menjadi nyata pada IBL 2021 dengan kegigihan dan keseriusan sang tim debutan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Sekitar dua tahun lalu, West Bandits Solo hanyalah komunitas bola basket jalanan. Dalam rentang waktu singkat, mereka berevolusi menjadi klub profesional yang tampil di IBL 2021. Tim debutan ini menciptakan sejarah dengan lolos ke playoff IBL, melampaui pencapaian beberapa tim yang sudah menua di liga.
West Bandits memastikan tiket playoff dari Divisi Putih saat musim reguler masih menyisakan tiga laga. Tim asuhan Raoul Miguel Hadinoto atau Ebos ini lolos bersama dua tim raksasa Satria Muda Jakarta dan Prawira Bandung. Mereka sudah terlalu jauh untuk dikejar oleh NSH Timika dan Amartha Hangtuah.
Bagi sang tim debutan, pencapaian ini bagaikan mimpi terliar yang terwujud begitu cepat. Hal ini tidak pernah terbayangkan beberapa tahun sebelumnya. Bahkan, mereka saja baru memutuskan menjadi klub semiprofesional pada akhir 2018, dari sebelumnya hanya komunitas basket di area Green Garden, Jakarta Barat.
Bisa membawa tim masuk IBL memang impian saya dan kakak saya dari kecil. Sangat menyenangkan bisa sampai di sini. Apalagi, kami bisa menembus target ke playoff. Walaupun berat di awal karena kalah terus, akhirnya kami berhasil.
”Bisa membawa tim masuk IBL memang impian saya dan kakak saya dari kecil. Sangat menyenangkan bisa sampai di sini. Apalagi, kami bisa menembus target ke playoff. Walaupun berat di awal karena kalah terus, akhirnya kami berhasil,” kata pemilik West Bandits, James Winson, saat dihubungi pada Rabu (7/4/2021).
Sejak jadi tim semipro, West Bandits bergerak cepat. Mereka yang sempat diperkuat Christian Ronaldo Sitepu dan Wijaya Saputra langsung menjuarai Divisi I Kelompok Umur 24-35 Kejuaraan Daerah DKI Jakarta 2020 pada musim debut. Setelah itu, James memutuskan West Bandits untuk masuk IBL.
James berkata, menjadi tim profesional memang tidak mudah. Mayoritas pemain yang dimiliki ketika itu jauh di bawah standar IBL. Namun, semua dilakukan demi meningkatkan kualitas kompetisi di liga. ”Karena, kan, bosan kalau SM (Satria Muda) lagi, SM lagi. Jadi, sebagai tim baru berharap bisa memberi gebrakan. Ini, kan, sangat bagus, ya, untuk persaingan,” ujarnya.
Pada pramusim, West Bandits bergerak cepat mengambil banyak pemain profesional untuk bisa bersaing. Mereka merekrut guard nasional, Widyanta Putra Teja dan Mei Joni, serta pemain veteran yang sudah pensiun tiga tahun, Pringgo Regowo. Skuad itu diasuh oleh Ebos, pelatih yang sudah berpengalaman di IBL.
Namun, skuad bekualitas saja ternyata tidak cukup. Widy dan rekan-rekan kesulitan menang pada awal musim. Mereka sempat diperkirakan tidak akan lolos playoff dengan rekor buruk, 1 menang-5 kalah.
Menurut Ebos, awal-awal kompetisi sangat sulit karena tim belum harmonis. Para pemain belum mengenal satu sama lain. Ditambah lagi, skuad belum bisa menerjemahkan kemauan sang pelatih. Sebab, Ebos baru direkrut sebagai pelatih pada sebulan sebelum liga dimulai.
”Sulit karena saya juga baru. Apalagi, tim ini, kan, dari semipro, pasti banyak yang harus diubah. Dari game plan, disiplin, sampai visi misi. Di sini, saya fokus pada komunikasi. Bagaimana kami menyatukan persepsi agar bisa satu arah. Sekarang, kami sudah mulai berada di jalan yang benar, hasilnya mulai terlihat,” ucap mantap pelatih Bima Perkasa itu.
Perubahan itu tampak jelas pada seri ketiga hingga sekarang. West Bandits bangkit dan memenangi 4 dari 5 laga. Rentetan itu membuat mereka melaju ke playoff. ”Kami bertahap memperbaiki hal-hal kecil. Utamanya bermain konsisten dari awal sampai akhir. Meskipun belum signifikan, ada naik dan turun. Mudah-mudahan ke depan bisa lebih konsisten,” ujarnya.
Di tengah waktu terbatas, kepemimpinan pemain dalam tim jadi faktor penting. Beruntungnya, West Bandits punya pemain veteran, seperti Pringgo, Fadlan Minallah, dan Merio Ferdiansyah. Mereka banyak membantu kapten tim, Widy, untuk membimbing pemain-pemain muda.
Ditambah lagi, performa Widy dan Pringgo sangat menjanjikan pada paruh kedua musim. Widy sangat konsisten sebagai pengatur serangan tim dengan sumbangan rata-rata 11,9 poin, 5,8 rebound, dan 6,1 asis. Pringgo yang baru kembali dari pensiun pada Desember juga jadi sosok penting dengan kontribusi 11 poin, 5,7 rebound, dan 1,3 asis.
Pringgo pernah merasakan gelar juara liga nasional (NBL) bersama Aspac Jakarta. Baginya, West Bandits punya skuad yang menjanjikan musim ini. Namun, mereka perlu satu atau dua pemain lagi serta waktu lebih untuk bisa bersaing juara.
”Tim bisa juara, kan, karena ada waktu, proses. Karena semua tidak bisa instan juga. Kami hanya berharap semakin ke sini semakin membaik. Chemistry tim perlahan mulai dapat. Sekarang fokus kami hanya ingin berkembang di setiap pertandingan,” ucap mantan Most Valuable Player NBL tersebut.
Juara atau tidak musim ini, perjalanan West Bandits sudah sangat menginspirasi. Mereka yang sebelumnya hanya komunitas jalanan bisa berbicara banyak karena keseriusan menatap kompetisi. Tim satu-satunya dari Kota Solo ini justru bisa melampaui tim yang sudah punya banyak pengalaman, seperti NSH dan Hangtuah.
Kehadiran mereka semestinya akan memacu tim-tim lama untuk berbenah musim depan. West Bandits membuktikan persaingan di liga sudah semakin berkualitas dan lebih merata. Juga, prestasi ini mungkin bisa menghadirkan tim-tim baru lagi ke depannya yang pasti akan mengakselerasi industri bola basket Tanah Air.