Andrea Pirlo terancam lengser dari jabatan pelatih Juventus jika dikalahkan Napoli, Rabu malam. Mantan gelandang Juve dan AC Milan itu dipaksa bertukar nasib dengan Pelatih Napoli yang juga sahabatnya, Gennaro Gattuso.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
TURIN, SELASA — Dalam sepak bola, roda nasib berputar sangat cepat dalam hitungan pekan, bahkan hari. Pertukaran nasib itu dialami dua sahabat, Pelatih Juventus Andrea Pirlo dan Pelatih Napoli Gennaro Gattuso, jelang duel kedua tim pada lanjutan Liga Italia di Stadion Allianz, Turin, Rabu (7/4/2021) malam.
Tujuh pekan lalu, jelang menjamu Juve di Napoli, Gattuso dalam situasi terjepit. Nasibnya sebagai pelatih Napoli di ujung tanduk setelah timnya terjatuh di peringkat keenam akibat dua kali kalah beruntun, yaitu dari Genoa dan Atalanta.
Sebaliknya, Pirlo tengah menikmati ”bulan madu” bersama Juve. Mantan gelandang tim nasional Italia itu membawa Juve melangkah ke final Piala Italia dengan mendepak Inter Milan. Juve pun saat itu masih diperhitungkan sebagai calon juara Liga Italia seusai mencatatkan tiga kemenangan beruntun, termasuk atas AS Roma, tanpa kebobolan satu gol pun.
Laga itu nyatanya berakhir antiklimaks bagi Pirlo. Timnya kalah 0-1 dari Napoli. Gattuso, sahabatnya ketika membela Italia dan AC Milan, lantas terhindar dari pemecatan. Sejak saat itu, kiprah Napoli terus menanjak dengan mencatat empat kemenangan beruntun di Liga Italia, termasuk atas Milan dan Roma.
Ironisnya, Pirlo saat ini terancam kehilangan pekerjaannya. Posisinya kian terjepit setelah timnya disingkirkan FC Porto di babak 16 besar Liga Champions Eropa dan dipermalukan tim gurem, Benevento, pada laga Liga Italia di Turin. Jangankan mempertahankan trofi juara Liga Italia, mereka kini kesulitan mengamankan posisinya di peringkat empat besar.
Bersama Pirlo, Juventus bermain tanpa karakter yang jelas dan sering buntu menghadapi tim-tim yang di atas kertas lebih lemah dari mereka, seperti FC Porto, Benevento, Torino, Fiorentina, Hellas Verona, dan Crotone. Permainan bola-bola pendek dan penguasaan bola tinggi ala Pirlo justru sering kali berujung blunder fatal, seperti saat ditahan Torino, 2-2, akhir pekan lalu.
Juve pun hanya mampu menuai 56 poin dari 28 laga. Mereka tertinggal 12 poin dari Inter Milan yang berada di puncak klasemen dengan 68 poin dari 28 laga. Rapor Pirlo selama menangani Juventus sejak 8 Agustus 2020 lalu lebih buruk daripada para pendahulunya dalam satu dekade terakhir.
Persentase kemenangan pelatih kelahiran Flero, Italia, 19 Mei 1979, itu hanya 63,41 persen. Angka itu berada di bawah tiga pelatih sebelumnya yang melanjutkan estafet kejayaan klub sejak 2011, yakni Maurizio Sarri dengan 65,38 persen kemenangan (2019-2020), Massimiliano Allegri 70,48 persen (2014-2019), dan Antonio Conte 67,55 persen (2011-2014).
Tidak pelak, sejumlah media di Italia, seperti Sportmediaset dan Il Corriere della Serra, meramal, Pirlo bakal dipecat jika Juve dikalahkan Napoli. Sejumlah calon penggantinya telah disiapkan, antara lain Massimiliano Allegri. Pelatih ”Si Nyonya Besar” pada periode 2014-2019 itu telah berbincang dengan Presiden Juventus Andrea Agnelli, akhir pekan lalu.
Persoalannya, Allegri punya hubungan dingin dengan Wakil Presiden Juventus Pavel Nedved dan Direktur Pelaksana Fabio Paratici karena taktiknya dianggap terlalu ortodoks. Namun, kedinginan dan pengalaman panjang Allegri dibutuhkan untuk membuat Juve kembali tampil stabil dan setidaknya mampu mengamankan tiket ke Liga Champions musim depan.
Laga nanti (versus Napoli) seperti final. (Andrea Pirlo)
Selain Allegri, Pelatih Lazio Simone Inzaghi juga dijagokan menjadi pengganti Pirlo. Namun, bagi para penggemar Juve, Zinedine Zidane (pelatih Real Madrid saat ini) adalah pilihan terbaik. Tantangannya, Zidane hanya mungkin bisa diboyong ke Turin jika gagal membawa Real juara Liga Champions atau Liga Spanyol pada akhir musim 2020-2021 ini.
Meskipun kini dalam posisi sulit, Pirlo enggan menyerah. Ia berharap timnya bangkit saat menghadapi Napoli. ”Laga nanti (versus Napoli) seperti final,” ujar Pirlo tentang laga tunda di Turin itu, seperti dikutip Football Italia.
Untuk mengejar misi itu, Pirlo dihadapkan pada tantangan sangat berat. Ia harus mampu mengatasi masalah mental dan fisik timnya yang kini babak belur setelah gagal menang di dua laga terakhir dan terancam kehilangan scudetto (gelar juara Liga Italia). Mereka juga dipastikan kehilangan tiga pemain di posisi bertahan, yaitu Leonardo Bonucci, Merih Demiral, dan Federico Bernardeschi, akibat positif Covid-19.
Ketika semakin dekat ke garis finis, setiap kemenangan menjadi kian berat. Tantangan itu dimulai dengan (laga versus) Sassuolo pada Rabu. (Antonio Conte)
Di lain pihak, Napoli bakal tampil dengan kekuatan penuh serta semangat tinggi. Laga di Turin pukul 23.45 WIB nanti bisa menjadi batu loncatan mereka mengamankan peringkat keempat di Liga Italia. Saat ini, tim peringkat kelima itu hanya kalah selisih gol dari Juve yang menempati posisi keempat.
Selain isu pemecatan, Pirlo dan timnya bakal ditekan Inter Milan yang akan menjamu Sassuolo pada saat yang sama. Inter menghadapi laga itu dengan modal menawan, yaitu sembilan kemenangan beruntun di Liga Italia. Jika menang, mereka bakal kian tidak terkejar di puncak, yaitu unggul 11 poin dari rival terdekatnya, AC Milan.
Pelatih Inter Milan Antonio Conte sulit menyembunyikan kebahagiaannya atas performa memikat timnya akhir-akhir ini dan peluang juara yang kini ada di depan mata. Namun, ia tidak ingin timnya lantas terburu-buru larut dalam kegembiraan dan lupa diri. Inter saat ini memang sangat merindukan scudetto yang kali terakhir diraih 2010 silam.
”Ketika semakin dekat ke garis finis, setiap kemenangan menjadi kian berat. Tantangan itu dimulai dengan (laga versus) Sassuolo pada Rabu,” kata Conte, pelatih yang menaruh tonggak dominasi Juve di Italia pada satu dekade terakhir.