Manchester City menumbangkan Borussia Dortmund, 2-1, untuk memanfaatkan keuntungan pada pertandingan kandang. Itu adalah kemenangan perdana pada laga pertama babak perempat final Liga Champions dalam sejarah City.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MANCHESTER, RABU — Gol gelandang muda Phil Foden pada menit ke-90 di laga pertama babak 8 besar Liga Champions, Rabu (7/4/2021) dini hari WIB, di Stadion Etihad, melepaskan sebagian ketegangan City yang selalu dijauhi keberuntungan di fase gugur dalam tiga musim terakhir. Meski begitu, langkah City menuju semifinal belum aman karena Borussia Dortmund mampu mencuri satu gol tandang.
Penampilan dominan City, yang menguasai 58 persen penguasaan bola serta melancarkan 11 tembakan, tidak terpancar dari skor akhir. ”The Citizens” hanya mampu unggul tipis 2-1 atas Dortmund yang berkutat di posisi kelima Liga Jerman musim ini.
Sempat unggul lebih dulu lewat sepakan Kevin De Bruyne pada menit ke-19, City nyaris gagal meraih kemenangan setelah kapten Dortmund, Marco Reus, mencetak gol penyama skor pada menit ke-84. Kondisi itu sempat menghadirkan ketegangan di kubu City. Guardiola pun langsung berdiri dan menghabiskan satu botol air mineral setelah menyaksikan gol Reus itu. Beruntung ketenangan Foden dalam memanfaatkan peluang ketiganya pada laga itu mampu berbuah gol penentu kemenangan.
Tidak hanya meringankan beban bagi skuad City jelang laga kedua di markas Dortmund, Stadion Signal Iduna Park, Kamis (15/4/2021), kemenangan itu juga merupakan sejarah baru bagi City. Itu adalah kemenangan perdana City pada laga pertama babak perempat final Liga Champions.
Sejak mampu menembus fase itu pada musim 2016-2017, City selalu menderita kekalahan pada laga pertama, masing-masing dari Tottenham Hotspur dan Liverpool. Kemudian, kalah dari Olympique Lyon dalam laga satu leg di musim lalu.
Manajer City Pep Guardiola menilai, timnya tidak terlalu baik dalam menditribusikan bola pada babak pertama. Gol pertama City pada babak pertama pun diawali kemampuan Riyad Mahrez memutus operan gelandang Dortmund, Emre Can, yang kemudian menjadi serangan balik bagi City yang berujung gol.
Pada babak kedua, Guardiola menilai, penampilan anak asuhannya jauh lebih baik, bahkan City mendapatkan tiga peluang untuk memperbesar keunggulan. Hanya saja, dua peluang, yang di antaranya dimiliki Foden, gagal dimaksimalkan untuk menyarangkan bola ke gawang Dortmund.
”Untuk meraih posisi yang kami inginkan itu, kami harus aktif membangun serangan dan itu telah kami lakukan pada laga pertama. Kami memiliki kesempatan lain pekan depan,” ujar Guardiola kepada BT Sport seusai laga.
Sepakat dengan sang manajer, pemain terbaik dalam laga itu, Kevin de Bruyne, mengakui City tampil jauh dari kesempurnaan. Beberapa kali, tambahnya, ”The Citizens” melakukan kesalahan yang membuat Dortmund memberikan ancaman. Secara total, kiper City, Ederson, melakukan tiga blok untuk menghadang tembakan pemain Dortmund yang tepat mengarah ke gawang tim tuan rumah.
”Kami membuat kesalahan, tetapi meraih kemenangan pada akhirnya. Secara keseluruhan, saya pikir kami bermain baik melawan tim yang luar biasa dan mendapatkan hasil yang pantas kami peroleh,” kata De Bruyne.
Menurut Reus, timnya mampu mengimbangi permainan City yang jauh lebih diunggulkan. Ia pun kecewa ”Die Borussen” gagal terhindar dari kekalahan setelah City mencetak gol pada menit-menit akhir laga.
”City menguasai bola lebih banyak dan menciptakan beberapa peluang berbahaya, tetapi kami mampu mengatasinya. Perjuangan, energi, dan hasrat yang kami tampilkan, sayangnya, tidak tecermin dalam hasil akhir,” ujar Reus.
Tanpa penyerang
Untuk mengatasi lini serang Dortmund yang berbahaya dengan kehadiran penyerang muda, Erling Haaland, Guardiola menghadirkan kontra strategi dengan tidak menurunkan penyerang. Alih-alih menampilkan salah satu dari dua penyerang yang tersedia, yakni Sergio Aguero atau Gabriel Jesus, City justru tampil dengan De Bruyne sebagai false 9.
Dalam skema menyerang, tidak ada pemain City yang menunggu bola di kotak penalti. De Bruyne justru berdiri sejajar dengan empat gelandang serang City lainnya yang memulai bergerak dari lini tengah. Strategi itu terbukti ampuh menghadirkan ancaman sekaligus mengantisipasi serangan Dortmund sejak di zona pertahanan lawan. Hasilnya terlihat dalam gol pertama City.
Untuk meraih posisi yang kami inginkan itu, kami harus aktif membangun serangan dan itu telah kami lakukan pada laga pertama. Kami memiliki kesempatan lain pekan depan.
Pada menit ke-59, Guardiola memasukkan Jesus untuk mengganti Bernardo Silva. Namun, kehadiran penyerang asal Brasil itu tidak banyak menghadirkan ancaman. Sekitar 30 menit berada di lapangan, Jesus gagal menghasilkan satu tembakan pun.
Hal itu tak lepas dari peran Jesus yang lebih bertugas mengacaukan konsentrasi duet bek tengah Dortmund, Mats Hummels dan Manuel Akanji, sehingga bisa memberikan ruang bagi Mahrez dan Foden yang bermain di kedua sisi sayap. Selain itu, umpan-umpan yang dilakukan pemain sayap City sebagian besar mengarah ke tiang jauh, bukan ke jantung pertahanan Dortmund yang menjadi lokasi pergerakan Jesus.
”Saya memberikan selamat kepada para pemain karena mereka tetap kompak dalam situasi sulit pada laga itu. Kesulitan yang kami alami karena kualitas lawan yang dihadapi, bukan karena kami tidak mampu bermain lebih baik,” kata Guardiola.
Gelandang Dortmund, Jude Bellingham, mengatakan, City telah menampilkan permaian kelas dunia dalam laga pertama. Meskipun mampu memberi tekanan kepada tim tuan rumah, Bellingham mengakui, timnya harus mampu tampil lebih efisien ketika menguasai bola.
”Efesiensi kami terwujud lewat permainan kami dalam mengkreasikan gol yang diakhiri Marco (Reus) dengan penyelesaian yang baik. Jadi, kami harus mampu lebih banyak menciptakan peluang pada pertandingan kedua di kandang,” ucap gelandang berusia 17 tahun itu. (REUTERS)