IBL 2021 memperlihatkan masih banyak potensi besar yang belum terekspos dari pemain-pemain di luar timnas. Bakat tersebut muncul ke permukaan musim ini dalam liga tanpa pemain asing.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS – Setelah tiga seri berlalu dalam IBL 2021, peta kekuatan pemain lokal tampak banyak berubah dibandingkan musim lalu. Tanpa disangka, pemain kelas kedua yang biasa menjadi penambal tim, tampil sangat impresif musim ini. Mereka bermertamorfosis kilat menjadi bintang liga.
Beberapa nama melompat ke level permainan teratas. Mulai dari guard Bali United Lutfi Eka Koswara (27), guard Bima Perkasa Jogja, Azzaryan Pradhitya (28), dan forward Louvre Surabaya, Kevin Moses Poetiray (25). Mereka mengalihkan dominasi pebasket tim nasional yang berkumpul di tim raksasa Pelita Jaya dan Satria Muda.
Salah satu yang meningkat paling signifikan adalah Lutfi. Musim lalu, penembak jitu tim ini hanya berperan sebagai cadangan di NSH. Saat ini, dia menggenggam status penembak tiga poin terbaik di liga bersama tim barunya, Bali United.
Di NSH kurang dapat menit, di Bali United saya dapat kepercayaan lebih. Jadi saya manfaatin itu. Apalagi pelatih (Alex Stefanosky) sangat dukung. Kalau lagi tidak masuk, dia suruh terus tembak aja. Jadi mental saya tidak jatuh, bisa lebih fokus nembak.
“Di NSH kurang dapat menit, di Bali United saya dapat kepercayaan lebih. Jadi saya manfaatin itu. Apalagi pelatih (Alex Stefanosky) sangat dukung. Kalau lagi tidak masuk, dia suruh terus tembak aja. Jadi mental saya tidak jatuh, bisa lebih fokus nembak,” kata Lutfi saat dihubungi Jumat (2/4/2021).
Peningkatan Lutfi dalam semusim sangat drastis. Jumlah poin per gim (PPG) pemain setinggi 1,84 meter ini naik sekitar 2,5 kali lipat menjadi 13,6 PPG. Menurut data Basketballstatistic, dia merupakan pencetak tiga poin terbanyak hingga saat ini, 3,6 kali per gim, jauh melebihi penembak andal timnas sekaligus Pelita Jaya Andakara Prastawa, 2 kali per gim.
Hal paling mengagumkan adalah efektivitas serangannya. Di antara lima daftar pencetak tiga poin terbanyak, akurasinya paling tinggi mencapai 38 persen. Akurasi tersebut sangat istimewa jika dibandingkan dengan kesulitan pemain-pemain lain membuat lemparan jauh musim ini. Dia bisa menembak masuk dari berbagai arah di garis tiga poin, meski dijaga ketat.
Bahkan effective field goal (EFG%), persentase akurasi tembakan yang menilai tiga poin lebih tinggi dibandingkan dua poin, milik Lutfi juga sangat impresif. Catatan eFG% darinya mencapai 55 persen, menyamai Most Valuable Player IBL 2020 asal Prawira Bandung, Abraham Damar Grahita.
Tidak hanya terekam dalam statistik individu. Performanya juga membawa tim debutan Bali United berada dalam jalur playoff, 7 menang - 4 kalah. Pelatih Pelita Jaya Ocky Tamtelahitu menilai keberadaan Lutfi memberi ancaman besar bagi lawan di area luar. “Tim mereka berbahaya karena itu. Lutfi salah satunya,” ucapnya.
Usaha keras
Skuad lengkap Bali United mungkin membantu perkembangan Lutfi. Namun, semua tidak lepas dari usaha kerasnya sebelum musim dimulai. Dia memanfaatkan jeda kompetisi selama setahun penuh. Setiap hari, dia menembak tiga poin lebih dari 300 kali.
Selain itu, pemain yang mengidolakan bintang NBA Klay Thompson ini juga menyusutkan berat badan hingga 4 kilogram. Segala persiapan itu berpengaruh besar pada performanya.
Menurut Lutfi, menembak tiga poin sama sekali tidak semudah kelihatannya. Itu butuh mental besar. “Kalau lagi terbuka terus tidak masuk, rasanya kayak kecewain teman. Itu bisa jadi beban. Apalagi sekarang saya sudah jadi sasaran pertahanan lawan. Jadi dikejar-kejar terus sama pemain lawan,” pungkasnya.
Di sisi lain, Kevin bersama Louvre dan Pradhitya bersama Bima Perkasa juga tampil dominan. Mereka sama-sama berperan vital dalam klub masing-masing. Kevin, yang mendapat kesempatan tiga kali menit lebih banyak dari musim lalu, menjadi top skor kedua di liga dengan 16,9 PPG.
Rata-rata waktu bermain Pradhitya hanya berbeda tiga menit dibandingkan musim lalu. Namun, sumbangan poinnya tiga kali lipat lebih banyak, 14,6 PPG. Hal itu naik signifikan karena perannya sebagai eksekutor utama tim. Dia tidak mendapatkan kesempatan itu ketika liga masih dipenuhi pemain asing.
Saking pentingnya, pelatih Bima Perkasa, David Singleton mengibaratkan Pradhitya sebagai jantung dalam tim. Selain menyerang, pemain bertubuh mungil ini juga berperan besar di pertahanan. Dia masuk dalam daftar lima pencuri bola terbanyak, 2,1 steal per gim.
Punggawa timnas asal Pelita Jaya Hardian Wicaksono menilai fenomena pemain ini sangat bagus untuk kemajuan bola basket Indonesia. Terutama unuk memperbanyak pilihan timnas jelang Piala Asia FIBA 2021.
“Bagus, ya kami jadi bisa bersaing. Nanti kan timnas yang dipanggil jadi ramai, persaingan juga lebih ketat. Menurut saya beberapa pemain yang mulai naik itu Kevin dan Adhit (Pradhitya),” ucap Wicak.
Sementara itu, guard NSH Andre Rorimpandey juga bermain cukup bagus musim ini. Dia sempat menjadi top skor di seri kedua IBL. Namun, permainannya masih kurang efektif karena banyak melakukan kesalahan atau turnover.