Maverick Vinales memenangi balapan pembuka MotoGP 2021 berkat strategi pengelolaan ban yang dieksekusi dengan brilian. Taktik itu memupus peluang para pemacu Ducati Desmosedici untuk mempertahankan takhta di Losail.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
LOSAIL, MINGGU — Kecepatan puncak bukan segalanya dalam balapan MotoGP. Ada faktor-faktor krusial lainnya yang turut menentukan kemenangan, seperti kecepatan menikung dan kemampuan menghemat ban. Dua faktor terakhir itu menjadi penentu kemenangan pebalap Yamaha, Maverick Vinales, yang dengan jitu menjalankan strategi untuk mengalahkan para pebalap Ducati yang melesat sejak start pada seri Qatar, Minggu (28/3/2021) malam waktu setempat.
Saat lima lampu merah padam, empat pebalap Ducati langsung melesat. Francesco Bagnaia memimpin disusul oleh Jack Miller, Johann Zarco, dan pebalap debutan, Jorge Martin. Di belakang mereka ada Aleix Espargaro (Aprilia), dan tiga pebalap Yamaha, yaitu Fabio Quartararo, Valentino Rossi, dan Maverick Vinales. Dua pebalap Suzuki, Alex Rins dan Joan Mir, tercecer di posisi kesembilan dan kesepuluh.
Ducati, yang unggul kecepatan puncak, bisa terus menjauh setiap kali memasuki trek lurus. Namun, mereka paling cepat kehilangan kecepatan seiring putaran yang berlangsung karena ban belakangnya mulai aus. Semua pebalap bermain aman dengan menggunakan ban depan-belakang berkompon lunak-lunak. Namun, ban kompon lunak ini membutuhkan kelihaian pebalap untuk menjaga ritme dan pemlihan waktu untuk menyerang supaya ban tidak habis sebelum balapan berakhir.
Strategi itu dijalankan dengan brilian oleh pebalap Monster Energy Yamaha, Maverick Vinales. Perlahan, tetapi pasti, Vinales mendahului Rossi, kemudian membuntuti Quartararo yang agresif berusaha mendahului para pebalap Ducati. Vinales memanfaatkan slipstream rekan setimnya itu untuk menghemat ban.
”Saya cukup nyaman di belakang Fabio karena saya melihat para pebalap Ducati tidak menjauh. Fabio memangkas selisih dan saya berusaha menghemat ban sebesar mungkin, khususnya ban belakang,” kata Vinales.
Vinales mengasah strategi itu sejak sesi tes pramusim yang dimatangkan saat latihan bebas menjelang balapan. Dia menjalani simulasi balapan dengan ban yang sudah terpakai untuk mendapatkan rasa pengendalian yang mampu menghemat ban sekaligus dengan pace kompetitif.
”Jujur, kami bekerja dengan sangat baik akhir pekan ini di FP4 (latihan bebas keempat) dengan ban yang mulai aus. Kami pun memahami bagaimana cara mendapatkan daya cengkeraman dengan kondisi ban seperti itu," ujar Vinales kemudian.
Menikung sebagai senjata
Kelihaian Vinales mengelola usia ban itulah yang membuat dia bisa melewati Zarco dan Pecco yang unggul kecepatan puncak. Beberapa kali dia gagal mendahului karena Desmosedici melesat seperti peluru, meninggalkan M1, di trek lurus. Vinales mendahului dengan senjata utamanya, yaitu kecepatan saat menikung yang membuat Zarco dan Pecco tak berdaya.
Masalah degradasi ban belakang itu tidak sepenuhnya bisa diatasi oleh semua pebalap Yamaha. Quartararo, yang terlalu agresif di awal balapan saat mengejar para pebalap Ducati, sempat tercecer.
Vinales mengakui, musim ini M1 jauh lebih stabil, bahkan di awal balapan saat trek sangat bersih setelah balapan Moto2. Musim lalu, dia mengeluhkan daya cengkeram ban belakang yang sudah minim sejak awal balapan.
”Itu sesuatu yang tidak saya duga karena setelah digelarnya Moto2, tingkat cengkeraman ban biasanya sangat rendah. Akan tetapi, hari ini saya memiliki cengkeraman yang bagus. Ini pertanda bagus. Kami membaik dalam kondisi di mana biasanya kami kesulitan,” ujarnya kemudian.
Ia pun optimistis menatap seri-seri berikutnya. ”Untuk balapan berikutnya, saya memiliki beberapa pemikiran untuk perbaikan karena pada beberapa titik saya masih tergelincir dengan ban belakang saat memasuki titik tikungan. Jadi, kami perlu memperbaiki area itu,” kata pebalap berusia 26 tahun itu.
Masalah degradasi ban belakang itu tidak sepenuhnya bisa diatasi oleh semua pebalap Yamaha. Quartararo, yang terlalu agresif di awal balapan saat mengejar para pebalap Ducati, sempat tercecer hingga didahului oleh Rins dan Mir. Dia finis kelima setelah mendahului Rins di lap-lap akhir.
Setali tiga uang, pebalap tim satelit Petronas SRT Yamaha, Valentino Rossi, juga kehilangan daya cengkeram secara drastis hingga gagal bersaing di rombongan depan. Rossi, yang start dari posisi keempat, sempat bertahan di posisi kelima. Namun, ia kemudian tergusur ke posisi ketujuh, kesembilan, hingga akhirnya finis ke-12.
”Kami berharap lebih dari ini, khususnya setelah kualifikasi. Tetapi, dalam balapanm saya sangat kesulitan. Setelah beberapa putaran, saya bermasalah dengan ban. Ini juga terjadi pada Jumat (latihan bebas). Kami berusaha melakukan sesuatu, tetapi sayangnya kami tidak membenahi masalah tersebut,” kata Rossi dikutip Crash.
Sementara rekan setim Rossi, Franco Morbidelli, hanya bisa finis di posisi ke-18. Padahal, dia tampil kuat pada sesi latihan. Dia mengalami masalah pada suspensi belakang. Sepeda motornya limbung saat dipacu kencang, seolah tidak ada peredaman.
”Kami sudah bermasalah sejak di garis start, tetapi kami memutuskan melanjutkan balapan. Ini masalah yang perlu kami selidiki dengan lebih baik karena saya pikir ini juga terjadi sebelumnya pada akhir pekan,” tegas Morbidelli.
Nestapa Ducati
Balapan seri pembuka ini juga tidak berjalan mulus bagi para pebalap tim pabrikan Ducati serta tim satelit Pramac Racing. Degradasi ban belakang sangat cepat sehingga mereka kehilangan kecepatan mulai pertengahan balapan. Zarco dan Bagnaia menyadari masalah mereka di tengah balapan. Mereka berjuang menjaga ban tidak habis, sehingga bisa berbuah podium.
Mereka mendahului Joan Mir setelah tikungan terakhir, hanya beberapa puluh meter dari garis start untuk finis di posisi kedua dan ketiga. Sengatan terakhir Zarco dan Bagnaia itu menunjukan wajah ganas Desmosedici dalam akselerasi dan kecepatan puncak yang sangat dominan.
Jika pada balapan pekan depan (masih di Losail) Ducati bisa menekan degradasi ban belakang, podium tertinggi bukan hal mustahil bagi mereka. Mantan pebalap Ducati, Andrea Dovizioso, membuktikan itu dengan memenangi seri Qatar pada 2018 dan 2019. Takhta Ducati pada seri pembuka musim itu kini direbut Yamaha.
”Saya mengambil risiko yang sangat besar pada putaran terakhir karena setelah balapan seperti ini saya tidak akan senang tanpa podium. Jadi, saya menekan kuat, mengambil resiko besar untuk mengejar Johann dan Joan,” ujar Bagnaia yang kini membela tim pabrikan Ducati bersama Jack Miller, dikutip Motorsport.
Rekan setim Zarco di Pramac Racing, Jorge Martin, yang sempat di posisi keempat, juga menderita berkat degradasi ban belakang. Pebalap debutan itu masih minim pengalaman untuk menghemat ban sehingga posisinya terus merosot hingga finis di posisi ke-15.
Miller, yang kuat sejak tes pramusim dengan catatan waktu tercepat, juga mengawali balapan dengan bagus. Namun, dia tetap kehilagan posisi tiga besar meskipun sudah berusaha menghemat ban.
”Saya berusaha mengelola ban di awal balapan dan itu tidak berjalan dengan baik. Jadi, kami perlu memahami apa yang saya lakukan, apa yang pebalap lain lakukan. Ini balapan pertama musim ini dan kami memulai dari sini,” tegas Miller.