Pawai atau kirab obor Olimpiade Tokyo menyalakan api harapan di tengah bencana pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia. Spirit kebangkitan itu dimulai dari Fukushima, wilayah yang sempat luluh lantak akibat bencana.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
Setelah tertunda setahun akibat pandemi Covid-19, pawai estafet obor Olimpiade Tokyo akhirnya dimulai dari Perfektur Fukushima, Jepang. Pawai selama 121 hari itu menjadi simbol nyalanya api harapan di tengah kegelapan musibah akibat pandemi Covid-19.
”Selama setahun terakhir ini, dunia menghadapi masa sulit (akibat pandemi). Namun, api kecil Olimpiade tidak lantas mati dan kehilangan harapan. Seperti kuncup sakura, itu menunggu mekar pada saatnya,” ujar Ketua Panitia Olimpiade Tokyo Seiko Hashimoto dalam upacara pawai obor itu, Kamis (25/3/2021).
Tanpa suara sorak-sorai dari tamu-tamu undangan, obor berisikan api abadi yang diambil dari Olimpia, Yunani, itu mulai diarak melintasi 47 perfektur di Jepang sebelum finis di Stadion Olimpiade Jepang pada 23 Juli 2021. Pawai itu melibatkan 10.000 pelari.
Bukan tanpa alasan Fukushima dipilih sebagai titik start pawai obor Olimpiade itu. Wilayah yang sempat luluh lantak akibat dilanda gempa bumi, tsunami, dan kebocoran reaktor nuklir PLTN Fukushima Daichi, pada 11 Maret 2011 silam itu menjadi simbol kebangkitan manusia dari bencana. Fukushima kini telah pulih dan kembali bergeliat, meskipun kondisinya tidak lagi bisa sama seperti dahulu.
Lewat pawai itu, spirit Fukushima, yang bangkit kembali dari bencana mengerikan, diharapkan bisa menerangi dunia dari krisis akibat pandemi. ”Kami berharap pawai obor ini menjadi inspirasi untuk mendapatkan kembali kehidupan normal,” ujar Hashimoto.
Jepang memang menjadikan Olimpiade Tokyo sebagai kampanye pemulihan dunia dari pandemi Covid-19. Hal itu sesuai jargon Olimpiade Tokyo 2020 sebagai ”Olimpiade pemulihan”. Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menjamin, pihaknya akan menggelar Olimpiade yang aman.
Kita masih menghadapi pandemi. Namun, adalah hal bagus kita dapat menggelar pawai obor Olimpiade.
Untuk menjamin keamanan itu, Olimpiade Tokyo telah dipastikan tidak akan dihadiri para penonton asing. ”Kami akan melakukan yang terbaik untuk menahan penyebaran infeksi demi Olimpiade yang aman dan terjamin,” kata Suga seperti dikutip The Guardian.
Meskipun mengusung spirit yang mulia, tidak semua warga Jepang mendukung Olimpiade itu. Sebagian dari mereka menolak panggung olahraga akbar itu digelar. Penolakan itu diperlihatkan lewat mundurnya 20 selebritas yang diminta ikut dalam estafet pawai obor itu.
Mereka yang mundur antara lain kapten timnas sepak bola putri Jepang di Piala Dunia 2011, Homare Sawa, dan peraih medali perak seluncur indah Olimpiade Rio de Janiero 2016 Shoma Uno. Azusa Iwashimizu, anggota timnas sepak bola putri Jepang saat menjuarai Piala Dunia Putri 2011, lantas tampil sebagai pembawa obor pertama untuk menggantikan Sawa.
Kehadiran anggota timnas sepak bola putri Jepang dalam pembukaan pawai obor Olimpiade itu adalah bentuk penghormatan atas prestasi mereka. Selain juara dunia 2011, mereka adalah runner-up Piala Dunia Putri 2015 dan Olimpiade London 2012 silam.
Selain itu, keberadaan mereka menjadi simbol penghargaan terhadap perempuan menyusul kasus pernyataan seksisme yang pernah dilontarkan mantan Ketua Panitia Olimpiade Tokyo Yoshiro Mori. Kasus itu membuatnya lengser dari jabatan itu serta digantikan Hashimoto, Februari lalu.
”Kita masih menghadapi pandemi. Namun, adalah hal bagus kita dapat menggelar pawai obor Olimpiade,” ujar Takumi Ito, warga Fukushima, Jepang. (BBC/REUTERS)