Kisah Konsistensi Sang MVP
MVP IBL 2020 Abraham Damar Grahita semakin berkembang dan konsisten di Prawira Bandung musim ini. Konsistensi itu tidak jatuh dari langit, melainkan proses pendewasaan selama tiga tahun terakhir.
Ada satu faktor yang memisahkan pebasket biasa dan hebat, yaitu konsistensi. Faktor itu yang diperlihatkan peraih Most Valuable Player IBL 2020 Abraham Damar Grahita. Guard Prawira Bandung ini mengukuhkan diri sebagai pebasket nasional terbaik lewat konsistensinya musim ini.
Setelah meraih MVP musim lalu bersama Indonesia Patriots, performa Abraham terus menanjak bersama klub barunya, Prawira. Pebasket 25 tahun itu menjadi salah satu pemain paling bersinar pada seri pertama IBL 2021 di ”gelembung” Cisarua, 10-17 Maret. Dia menyumbangkan rata-rata 19,5 poin, 5 rebound, dan 3,5 assist.
Pemain andalan tim nasional Indonesia ini telah melampaui statistik saat5 meraih MVP 2020, yakni 13,6 poin, 3,6 rebound, 2,8 assist. Statistik impresif tersebut diikuti peningkatan akurasi lemparan dari 45 persen menjadi 53 persen.
AF Rinaldo, pelatih NSH Timika, menilai mantan anak asuhnya itu bukan pemain yang sama seperti tiga tahun lalu. Abraham terus berkembang dan semakin konsisten sejak meraih Sixth Man of The Year IBL 2019 bersama Stapac Jakarta.
”Dia sudah mencapai level yang menikmati permainan. Dia berkembang karena menyadari kelebihan pada kecepatan dan akurasi lemparan. Dia mengembangkan kelebihan itu dengan etos kerja yang bagus. Hal itu membuatnya semakin baik dan konsisten,” kata Inal, yang melatih Abraham saat menjadi asisten pelatih Stapac.
Absennya pemain asing membuat peningkatan kontribusi Abraham terlihat wajar. Terlepas dari itu, ada hal istimewa yang terlihat dalam 4 laga seri pertama. Penampilannya sangat konsisten di setiap laga, saat banyak pemain kesulitan setelah kompetisi vakum setahun penuh.
Akurasi tinggi
Pebasket asal Bangka Belitung ini merupakan satu-satunya pemain dalam daftar lima top skor IBL yang selalu mencatatkan akurasi lemparan di atas 40 persen setiap gim. Konsistensi itu bahkan tidak bisa dilakukan bintang lain seperti Jamarr Andre Johnson dan Arki Wisnu. Konsistensi diikuti persentasi effective field goal (eFG%) tertinggi di antara yang lain, mencapai 60,2 persen.
Permainan konsisten ini tidak jatuh dari langit. Abraham semakin dewasa karena mengetahui dan menekuni ciri khas bermainnya. Cara itu didapatkan tiga tahun lalu ketika Stapac dilatih arsitek bertangan dingin asal Lithuania Giedrius ”Ghibbi” Zibenas. Sang pelatih membawa pendekatan bermain sederhana dan efektif ke permainannya.
Sejak itu, Abraham sadar kelebihannya. Dia fokus mengembangkan lemparan dari dekat keranjang lewat penetrasi dan juga tiga poin. Gaya ini dilatih berulang-ulang selama tiga tahun. Hasil repetisi latihan itu merupakan yang terlihat di pertandingan.
”Kalau ditonton dari 2019, permainan saya sama saja. Tidak menembak mid range, ngapain kan dua poin juga dan akurasinya rendah. Mending dekat-dekat sekalian, jauh-jauh sekalian,” sebut pebasket 1,8 meter tersebut.
Aksi yang identik dengannya adalah tembakan jarak dekat. Dengan tubuh kokoh dan kecepatan tinggi, dia kerap melakukan penetrasi yang diakhiri lay-up. Menurut data Basketballstatistic, pemain inti timnas ini merupakan pencetak dua poin terbanyak (19 kali) pada seri pertama, bersanding dengan Arki. Bedanya, Abraham jauh lebih efisien (73 persen).
Selain pendewasaan visi bermain selama tiga tahun, Abraham juga terus menjaga kondisi tubuhnya yang selalu kekar dan kering. Hal itu menghasilkan kekuatan dan ketahanan yang cocok untuk penampilan eksplosifnya.
“Penting banget kondisi fisik. Sekarang semua harus main cepat, kuat, dan tahan lama. Harus bisa konsisten. Ketika konsisten, capeknya itu bakal capek banget. Fisik memengaruhi angka, produktivitas. Nah penting bagaimana membina fisik dengan baik,” ucap pemain yang sempat memakai jasa pelatih pribadi di luar klub pada pramusim tersebut.
MVP bukan tujuannya musim ini. Abraham punya misi lebih besar untuk mengembalikan trofi juara liga basket profesional yang sudah terlalu lama tidak dirasakan tim dari Kota Bandung itu. “Saya datang ke sini untuk juara. Hanya itu fokus dan tujuannya,” pungkasnya.
Meski bergabung dengan tim baru, penyesuaiannya musim ini tidak terlalu sulit karena rekan-rekannya di Prawira musim lalu dilatih oleh Ghibbi. Gaya melatih ala Eropa tersebut masih diterapkan oleh pelatih saat ini Andre Yuwadi.
Menurut Andre, Abraham merupakan kepingan terakhir bagi Prawira untuk bersaing sebagai kandidat juara. Konsistensi pemain dengan slogan Just a Kid from Bangka itu pun terus dinanti demi target besar tim musim ini.
“Yang pasti pengalaman Abraham sudah pernah merasakan juara, mental juara, visi bermain, ditambah pengalaman di timnas. Semua hal itu harapan saya bisa dibagikan ke dalam tim,” kata Andre yang menjadi asisten pelatih Ghibbi musim lalu.
Perjalanan Abraham masih sangat panjang dengan usianya yang baru menginjak 25 tahun. Lewat pertumbuhan konsistennya, Indonesia bukan tidak mungkin akan memiliki sosok terhebat dalam sejarah bola basket nasional.